Minggu, 23 November 2025
Beranda / Berita / BMKG Ingatkan Aceh Masuk Zona Megathrust Wilayah dengan Risiko Tinggi

BMKG Ingatkan Aceh Masuk Zona Megathrust Wilayah dengan Risiko Tinggi

Minggu, 23 November 2025 09:30 WIB

Font: Ukuran: - +

Segmen Megathrust di Indonesia. Foto: doc  BRIN


DIALEKSIS.COM | Nasional - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) kembali menegaskan pentingnya kewaspadaan terhadap aktivitas megathrust di Indonesia. Dari 13 zona megathrust yang membentang di seluruh nusantara, dua di antaranya disebut sudah lama tidak melepaskan energi dan “menunggu waktu” untuk kembali aktif.

BMKG menekankan, frasa “menunggu waktu” kerap disalahartikan sebagai ramalan waktu terjadinya gempa besar. Padahal, istilah tersebut merujuk pada kondisi ilmiah bahwa suatu segmen patahan telah lama tidak melepaskan energi, sehingga menyimpan potensi kegempaan yang signifikan.

“Tinggal menunggu waktu bukan ramalan. Kalimat ini sering disalahartikan. Yang dimaksud adalah zona tersebut menyimpan potensi besar karena sudah lama tidak melepaskan energi. Bukan berarti gempa akan terjadi dalam waktu dekat,” tulis BMKG melalui akun Instagram resminya, Sabtu (22/11/2025).

BMKG menegaskan, penggunaan istilah tersebut berlandaskan data sejarah dan geologi, bukan untuk menimbulkan kepanikan publik. Dalam UU No. 31 Tahun 2009, BMKG bertanggung jawab atas pengamatan, pengelolaan data, serta penyampaian informasi kebencanaan termasuk gempa bumi dan tsunami.

BMKG mengingatkan bahwa kewaspadaan perlu ditingkatkan karena beberapa segmen megathrust telah tidak aktif selama ratusan tahun. Misalnya, segmen megathrust di Selat Sunda terakhir melepaskan gempa besar pada 1757. Sementara segmen Mentawai“Siberut belum kembali aktif sejak gempa besar tahun 1797.

“Kondisi ini dikenal sebagai seismic gap, yaitu wilayah yang secara geologis menyimpan potensi besar karena lama tidak melepaskan energi. Jadi meskipun belum terjadi, potensi itu nyata dan harus kita waspadai,” tulis BMKG.

Lembaga tersebut menegaskan, memahami potensi megathrust merupakan langkah awal dalam membangun kesiapsiagaan publik, termasuk pemerintah daerah, lembaga kebencanaan, hingga masyarakat yang berada di wilayah rawan.

Secara terpisah, Direktur Gempabumi dan Tsunami BMKG, Daryono, menjelaskan bahwa megathrust merupakan zona patahan besar yang terletak pada batas lempeng tektonik, tempat lempeng samudra menunjam ke bawah lempeng benua. Interaksi dua lempeng ini menimbulkan tekanan sangat besar yang kemudian menyimpan energi elastik dalam jumlah besar.

Disebut mega karena wilayahnya yang sangat luas, bahkan mencapai ratusan hingga ribuan kilometer. Sementara thrust merujuk pada gerakan naik secara vertikal dari lempeng atas akibat tekanan yang lama terkunci.

“Ketika bidang kontak patah secara tiba-tiba, terjadi pergeseran vertikal di dasar laut yang melepaskan energi gempa sangat besar (>M8) dan dapat memicu tsunami dahsyat,” ujar Daryono melalui akun X-nya.

Ia menambahkan, posisi Indonesia yang dikepung tiga lempeng utama dunia Indo - Australia, Pasifik, dan Eurasia”membuat wilayah ini memiliki 13 segmen megathrust aktif dan 295 segmen sesar aktif yang telah teridentifikasi. Sebagian lainnya diperkirakan masih belum terpetakan, sehingga menjadikan Indonesia salah satu negara dengan risiko kegempaan tertinggi di dunia.

Berdasarkan Peta Sumber dan Bahaya Gempa Indonesia 2017, berikut 13 segmen megathrust yang berpotensi memicu gempa besar:

  1. Mentawai - Pagai (M 8,9)
  2. Enggano (M 8,4)
  3. Selat Sunda (M 8,7)
  4. Jawa Barat - Jawa Tengah (M 8,7)
  5. Jawa Timur (M 8,7)
  6. Sumba (M 8,5)
  7. Aceh - Andaman (M 9,2)
  8. Nias“Simeulue (M 8,7)
  9. Batu (M 7,8)
  10. Mentawai - Siberut (M 8,9)
  11. Sulawesi Utara (M 8,5)
  12. Filipina (M 8,2)
  13. Papua (M 8,7)

BMKG menegaskan bahwa potensi megathrust adalah fakta ilmiah, bukan prediksi waktu kejadian. Upaya mitigasi dan kesiapsiagaan dinilai jauh lebih penting daripada membahas kapan gempa akan terjadi.

“Penting bagi masyarakat memahami risiko bencana agar mampu mengambil langkah kesiapsiagaan dengan benar,” tulis BMKG dalam imbauannya.

Dengan potensi kegempaan tinggi dan sejarah gempa besar yang pernah terjadi, BMKG mengajak seluruh pihak untuk meningkatkan literasi kebencanaan, memperkuat mitigasi struktural dan non-struktural, serta memastikan jalur evakuasi dan sistem peringatan dini berfungsi optimal.

Keyword:


Editor :
Redaksi

riset-JSI