Kamis, 13 Maret 2025
Beranda / Berita / Bisnis (Janggal) Penerbangan Iskandar?

Bisnis (Janggal) Penerbangan Iskandar?

Selasa, 11 Maret 2025 16:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Arn

Sosok pengusaha Aceh di balik maskapai Indonesia Airlines. Foto: Ist 


DIALEKSIS.COM | Aceh - Dunia penerbangan Indonesia dibuat heboh dengan kehadiran Indonesia Airlines yang menawarkan layanan premium kelas dunia. 

Dalam rilis resminya, Indonesia Airlines disebut didirikan melalui Calypte Holding Pte. Ltd. Perusahaan ini disebut bergerak di sektor energi terbarukan, penerbangan, dan pertanian. Chief Eksekutifnya orang Aceh, kelahiran Bireuen, Aceh. 

Sementara itu, PT Indonesia Airlines Group dikabarkan telah didaftarkan melalui notaris pada 7 Maret 2025.

Indonesia Airlines adalah maskapai milik pengusaha asal Aceh bernama Iskandar. Merujuk Radio Republik Indonesia (RRI), Iskandar lahir pada 7 April 1983 di Bireuen, Aceh.

Iskandar mengawali karier di Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi (BRR) Aceh-Nias. Ia juga diklaim sempat bergabung dengan PT PLN (Persero) pada 2006-2009.

Pria Aceh itu lalu memasuki dunia perbankan dan asuransi. Pada 2015, dia kembali berpindah ke dunia proyek kelistrikan di Indonesia. Sampai pada akhirnya terbentuk Calypte Holding Pte. Ltd.

Dari penelusuran Dialeksis, ada dua sosok penting dari Indonesia di Calypte Holding, yaitu Randy Bimantoro dan Hasani Abdulgani. 

Randy Bimantoro dikenal sebagai putra mantan Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko. Randy mengisi posisi sebagai Presiden Komisaris di Calypte Holding. 

Sedangkan Hasani Abdulgani dipercaya sebagai komisaris. Hasani juga anak Aceh tapi dikenal sebagai orang kepercayaan Menteri BUMN Erick Thohir.

Ada satu lagi sosok dari Singapura, yaitu Han Fook Kwang yang yang mengisi posisi Chief Development Officer di Calypte Holding. 

Sosok ini juga tercatat sebagai chief development director  PT Calypte Sugi Power. Baru-baru ini dikabarkan menjalin kerjasama dengan Aslan Energy Capital, Singapura untuk mengembangkan pusat pembangkit listrik berkapasitas dua gigawatt di Pulau Sugi, Provinsi Kepulauan Riau, Indonesia. 

Disebutkan, pada akhir 2026, kedua pihak berencana untuk memproduksi satu gigawatt energi surya, dan berpotensi mencapai dua gigawatt pada akhir 2027.

Sayangnya, maskapai yang disebut menawarkan kemewahan jetpribadi dan kenyamanan pesawat komersil ini belum mengantongi izin pendirian maupun izin operasional dari Kementerian Perhubungan. 

“Hingga saat ini, Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan belum menerima pengajuan perizinan ataupun permohonan terkait pendirian dan operasional perusahaan angkutan udara niaga berjadwal tersebut," kata Plt Kepala Bagian Kerja Sama Internasional Humas dan Umum Ditjen Hubud Mokhammad Khusnu melansir antara, Senin (10/3/2025).

Tapi, dari Tempo (10/3) dikabarkan bahwa maskapai penerbangan asal Singapura Calypte Holding Pte. Ltd., melalui anak usahanya PT Indonesia Airlines Group (INA), telah resmi mengantongi izin untuk mengudara per 7 Maret 2025.

Publik jadi bertanya, siapa sebenarnya pemilik Calypte Holding yang terjun di bisnis PLTS besar-besaran dan kini juga merambah bisnis maskapai penerbangan. Apa mungkin Iskandar sebagai pendiri, pemilik, dan pengelola sekaligus? 

Atau, ada orang “besar” yang sedang “meminjam” Iskandar putra Aceh untuk menggerakkan bisnis besar-besaran termasuk di dunia penerbangan ketika bisnis penerbangan Indonesia sedang tidak baik-baik saja? 

Chappy Hakim dari Pusat Studi Air Power Indonesia, dalam ulasannya di RMOL menegaskan bahwa dunia penerbangan Indonesia memang mengalami dinamika yang cukup ironis setidaknya dalam 25 tahun terakhir. 

Dan, menurutnya, awal tahun 2025 menandai berakhirnya era maskapai penerbangan milik negara di Indonesia, dengan Merpati Nusantara Airlines, Pelita Air Service, dan akhirnya Garuda Indonesia mengalami kebangkrutan alias gulung tikar.

Oleh karena itu, menurutnya kehadiran Indonesia Airlines yang diumumkan pada awal bulan Maret 2025 seakan menjadi harapan baru bagi penerbangan nasional. 

Namun, kenyataan pahit harus diterima ketika diketahui bahwa maskapai ini merupakan badan usaha milik negara Singapura. Meskipun menggunakan nama “Indonesia Airlines”, faktanya maskapai ini adalah perpanjangan tangan dari negara lain dalam upaya tiada akhir untuk menguasai sektor penerbangan di Indonesia. 

Ditegaskan, ini menjadi fakta bahwa Indonesia adalah sebuah market yang sangat mengiurkan dalam sisi bisnis, sejak dahulu kala.

Publik juga terkesima dengan profil Iskandar dengan segala capaiannya, bahkan ada yang tergelitik bertanya apa benar adanya. 

Paska di BRR, Desember 2008, Iskandar dipercaya sebagai Pelaksana Kepala Kementerian Keuangan untuk Aceh selama setahun (2009-2010). 

Iskandar berpindah lagi, menjadi petugas penjualan pendanaan di Bank CIMG Niaga Banda Aceh (2012 - 2013). Setahun kemudian pindah ke Bank Danamon sebagai Manajer Cabang, Banda Aceh (2013 - 2014). 

Tahun 2015 Iskandar meninggalkan Aceh dan menjadi Wakil Presiden Asosiasi Sequis Life hingga September 2016 untuk kawasan Jabodetabek. 

Tidak lama, Iskandar kembali pindah menjadi Direktur Eksekutif Daiwatech Indonesia, Provinsi Banten hingga Februari 2018. 

Pada Juni 2019 dipercaya sebabai Pejabat tertinggi Eksekutif pada Sientratek Energi Indonesia, Tanggerang, Banten. PT. Sientratek Energi Indonesia (SEI) yang merupakan perusahaan pengembang dan penyedia jasa teknologi tenaga surya.

Dan, pada Oktober 2022 Iskandar dan rekan-rekan mendirikan Calypte Holding Pte. Ltd. Dan Iskandar sebagai Eksekutif Chairman. []

Keyword:


Editor :
Redaksi

riset-JSI
ultah dialektis
bank Aceh
dpra
bank Aceh pelantikan
pers