kip lhok
Beranda / Berita / Alam Indonesia Sangat Kaya Tapi Kemiskinan Masih Banyak

Alam Indonesia Sangat Kaya Tapi Kemiskinan Masih Banyak

Sabtu, 18 September 2021 18:30 WIB

Font: Ukuran: - +


Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siradj. [Dok. PBNU]


 DIALEKSIS.COM | Jakarta - Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Said Aqil Siradj menyayangkan kekayaan alam di Indonesia tak membawa kesejahteraan bagi rakyatnya. Ulama asal Cirebon itu menganggap hal itu disebabkan lantaran terjadi salah urus.

"Sebenarnya alam kita sangat kaya, alam kita sangat kaya raya akan tetapi kemiskinan masih sangat banyak karena ada salah kelola. Entah disengaja atau tak disengaja sehingga kekayaan kita tidak dinikmati oleh semuanya," kata Said Aqil dalam acara Pembukaan Rakernas LP Ma'arif NU lewat daring, Sabtu (18/9).

Said menilai kekayaan di negeri ini hanya dinikmati oleh segelintir orang saja. Sementara mayoritas rakyatnya masih terpuruk di jurang kemiskinan.

"Hanya kelompok kecil saja yang merasakan kenikmatan kekayaan alam kita. Hanya bisa dihitung dengan jari konglomerat kita, 50 orang saja kaya raya," ujarnya.

Said pun menyinggung warga NU yang masih banyak terpuruk di tengah kemiskinan. Ia memaknai hal itu sebagai belum diraihnya kebanggan bagi mereka menjadi penduduk Indonesia.

Padahal menurutnya dengan kekayaan alam sebegitu besar, maka mestinya tak pantas penduduk di negeri ini berkecimpung dengan kemiskinan.

"Tidak masuk akal kalau penduduk Indonesia sampai tidak makan, beda dengan misalkan alamnya gersang seperti di Afrika atau Banglades dan negara miskin memang alamnya miskin. Nah kita ini negaranya kaya, alamnya kaya, tapi masyarakatnya miskin ini gak pantas!" tegasnya.

Lebih ironis lagi, menurut Said kuntung-kantung kemiskinan justru didapati pada daerah-daerah yang menjadi sumber kekayaan. Misalnya di daerah tepi tambang, dan daerah pesisir.

"Padahal laut isinya kekayaan luar biasa," katanya.

Untuk itu dirinya menekan pemerintah agar dapat merealisasikan pemerataan di masyarakat. "Bukan hanya pertumbuhan tapi harus ada pemerataan," pungkasnya. (Merdeka.com)

Keyword:


Editor :
Alfi Nora

riset-JSI
Komentar Anda