6 Hari Lagi Blok Rokan Jatuh ke Pertamina
Font: Ukuran: - +
DIALEKSIS.COM | Jakarta - Tinggal hitungan hari, tepatnya enam hari lagi, 9 Agustus 2021, pengelolaan Blok Rokan, Riau akan berpindah ke PT Pertamina Hulu Rokan setelah berakhirnya kontrak bagi hasil (PSC) PT Chevron Pacific Indonesia di Blok Rokan pada 8 Agustus.
Menjelang peralihan wilayah kerja (WK/ Blok) Rokan ini, Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) terus mengawal proses peralihan agar berjalan dengan baik.
Salah satu proses peralihan yang penting adalah terkait kewajiban yang ada di kontrak-kontrak pengadaan barang/jasa, termasuk di dalamnya kontrak untuk vendor lokal Riau.
Untuk ketiga kalinya SKK Migas, Chevron Pacific Indonesia (CPI) dan Pertamina Hulu Rokan (PHR) menyelenggarakan kegiatan vendor day dalam rangka mengawal proses peralihan Blok Rokan agar berjalan secara seamless (mulus) tanpa ada kendala yang dapat mengganggu operasional blok ini pasca alih kelola. Kegiatan vendor day tersebut diselenggarakan secara virtual pada Minggu (1/8/2021) dan dihadiri lebih dari 550 penyedia barang/jasa.
"Blok Rokan memiliki sejarah panjang dalam industri hulu migas nasional. Sejak berproduksi pertama kali di tahun 1951, blok Rokan sudah 70 tahun memberikan kontribusi pembangunan. Blok ini pernah mencapai masa puncak kejayaan dengan produksi minyak mencapai lebih dari 700 ribu barel (per hari) dan saat ini masih menjadi andalan dengan produksinya yang mencapai sekitar 160 ribu barel," tutur Rudi Satwiko, Plt Deputi Pengendalian Pengadaan SKK Migas pada sambutan di acara tersebut, dikutip dari keterangan resmi SKK Migas, Selasa (03/08/2021).
Lebih lanjut Rudi menjelaskan bahwa Blok Rokan telah berkontribusi rata-rata 46% terhadap produksi minyak nasional, meskipun saat ini produksinya menurun menjadi 24% dari nasional.
"Namun melihat potensi di blok Rokan yang masih menjanjikan, maka blok ini akan terus dikembangkan dan menjadi salah satu tulang punggung untuk mencapai produksi 1 juta barel di tahun 2030", kata Rudi.
"Kegiatan ini bagus sebagai bagian upaya untuk memastikan kontrak dan suplai tetap berjalan lancar saat terjadi alih kelola dari CPI ke PHR. Kelancaran proses alih kelola membutuhkan dukungan dari perbagai pihak, termasuk para penyedia barang/jasa di wilayah kerja Blok Rokan. Terima kasih saya ucapkan atas kontribuasi para vendor, sehingga produksi Blok Rokan dapat dijaga secara optimal," tutur Rudi.
Pada kesempatan yang sama, VP Procurement & Contract CPI Sigit Pratopo menyampaikan proses mengawal transisi Blok Rokan sudah berjalan selama dua tahun. Hal ini menunjukkan komitmen CPI untuk menjaga operasional blok ini agar tetap optimal, termasuk penyediaan barang dan jasa oleh para vendor.
"Kita semua berharap, pelaksanaan transisi berjalan secara mulus, tanpa kendala, selamat, akuntabel andal dan lancar. Selama persiapan terminasi dan transisi, kami telah menyampaikan data dan informasi kepada SKK Migas dan PHR, termasuk diantaranya salinan kontrak dan PO untuk proses mirroring kontrak oleh PHR, Salinan kontrak local business development (vendor lokal) untuk proses pengadaan LBD di PHR, data inventory dan proses pengelolaan warehouse," kata Sigit.
"Pasca transisi, pihak CPI akan terus melakukan dukungan, termasuk melanjutkan proses penutupan kontrak dan PO untuk memastikan pemenuhan kewajiban rekanan penyedia barang/jasa dan melakukan proses pembayaran invoice untuk kontrak dan PO di bawah entitas CPI," ujar Sigit.
Bussiness Support Project Leader PHR Danang Ruslan Saleh menyampaikan upaya menjaga keberlangsungan dan keberlanjutan pengadaan barang/ jasa telah dilakukan melalui mirroring kontrak yang dilakukan oleh PHR.
"Mirroring kontrak akan memastikan keberlanjutan kontrak-kontrak yang sudah ditandatangani saat vendor menjadi rekanan CPI. Dari total 379 kontrak aktif, ditetapkan sebanyak 318 kontrak sesuai dengan kebutuhan PHR dan berlanjut pada proses mirroring kontrak yang telah diselesaikan 298 kontrak, dengan 4 kontrak dalam proses amandemen," paparnya.
"Amandemen kontrak untuk penyediaan pemboran sehubungan dengan jumlah kegiatan pemboran yang akan ditambah oleh PHR pasca alih kelola sehingga membutuhkan rig yang lebih banyak dari jumlah yang ada di kontrak existing," ujar Danang.
Kemudian, Danang menambahkan bahwa PHR akan melanjutkan kegiatan LBD yang telah dirintis oleh CPI. Selain terkait kontrak, saat ini PHR sudah menyiapkan work order untuk 1 bulan ke depan, sehingga pasca alih kelola PHR tidak ada kendala penyediaan barang/jasa untuk mendukung operasional blok Rokan.
"Kami sedang menyelesaikan daftar kontrak owner yang dibutuhkan oleh penyedia barang/jasa saat PHR secara resmi sudah mengoperasikan blok Rokan," ujarnya.
Kepala Divisi Pengelolaan Rantai Suplai dan Analisis Biaya Erwin Suryadi mengatakan bahwa yang berubah di blok Rokan hanyalah operatornya saja yaitu dari CPI ke PHR. Untuk pengelolaan blok Rokan tetap berada di bawah kendali SKK Migas sebagai pihak yang mendapatkan kepercayaan dari pemerintah untuk mengelola hulu migas nasional.
"Salah satu inti dari kegiatan vendor day kali ini adalah menyampaikan kehadiran SKK Migas yang akan terus mengawal pengoperasian blok Rokan agar proses transisi berjalan dengan baik tanpa halangan, serta tidak boleh ada penurunan produksi maupun gangguan produksi," tegas Erwin.
Erwin melanjutkan, langkah antisipatif dan gerak cepat SKK Migas diwujudkan dengan dilakukannya revisi PTK 007 dengan memasukkan terminologi kontrak mirroring sehingga transisi hal-hal yang terkait dengan aktivitas dan penyediaan barang/jasa oleh vendor berjalan dengan mulus.
"Kontrak mirroring selama 1 tahun bukanlah bagi-bagi proyek, tetapi adalah langkah yang dilakukan untuk menjaga kesinambungan penyediaan barang/jasa sampai PHR sebagai operator baru telah menyiapkan segala hal, termasuk infrastruktur pendukungnya. Per 17 Agustus 2021, PHR nanti sudah bergabung di Centralized Integrated Vendor Database (CIVD), sehingga memudahkan vendor dan PHR dalam kegiatan penyediaan penyedia barang/jasa sesuai ketentuan yang ada," jelas Erwin.
Terkait program LBD, Erwin menambahkan agar PHR dapat meningkatkan jumlah LBD yang terlibat di berbagai daerah di Riau yang saat ini dari 14 wilayah ring 1 dengan 699 aktif LBD.
"Kontrak pengadaan barang/jasa ke LBD sangat besar. Berdasarkan data SKK Migas per Mei 2021, selama 11 tahun mencapai Rp 1,27 triliun untuk 5.055 kontrak yang menyerap 40.400 tenaga kerja. Harapannya jumlah LBD bisa ditambah sehingga manfaat bagi masyarakat Riau menjadi lebih besar," pungkas Erwin.[CNBC Indonesia]
- Warga Aceh yang Tinggal di Bawah Kolong Jembatan di Medan Akan Dipulangkan
- Dana Akidi Tio Konon Ada di Singapura, Berapa Kurs Dolarnya?
- Pentingnya Kolaborasi Pusat dan Daerah untuk Perkuat Pembinaan Ideologi Pancasila dan Gerakan Revolusi Mental
- Muzakkar : Kecintaan Terhadap Al-Quran Harus Menjadi Rol Model