kip lhok
Beranda / Analisis / Siapa Wakil Bupati Bener Meriah?

Siapa Wakil Bupati Bener Meriah?

Jum`at, 28 Juni 2019 08:08 WIB

Font: Ukuran: - +


DIALEKSIS.COM – Tgk. Syarkawi sudah dua bulan dilantik menjadi bupati defenitif. Publik kini mulai memunculkan siapa orang yang tepat untuk "menemani" Syarkawi memimpin Bener Meriah?

Syarkawi dilantik menjadi bupati defenitif, 30 April 2019, mengantikan posisi Ahmadi yang terjerat OTT bersama Irwandi Yusuf. Abuya panggilan akrabnya, akan melanjutkan jabatan orang nomor satu di negeri lembah merapi ini hingga 2022.

Siapa yang akan mendampingi Abuya dalam memimpin Bener Meriah, kini menjadi pembahasan publik. Usung mengusung dan dukung mendukung terjadi. Namun dibalik nama yang dimunculkan, Abuya sendiri terlihat sangat berhati hati. Statemen darinya pun masih sulit didapat.

"Maaf saya belum bisa memberikan keterangan dalam persoalan ini. Biarkan semuanya berjalan sesuai dinamika. Ada tahapan tahapan yang harus dilalui," sebut Tgk. Syarkawi ketika diminta dialeksis.com tanggapanya.

Namun apapun ceritanya, kelak Abuya harus punya pendamping untuk memimpin negeri ini. Belum lagi persoalan Sekda yang juga belum defenitif. Dua pigur yang harus dipertimbangkan Abuya. Siapa wakil bupati dan Sekda.

Dari pengamatan Dialeksis dilapangan, sejumlah nama bermunculan untuk mendampingi Abuya. Ada pigur Hendra Budian, Caleg terpilih ke DPRA dari Partai Golkar. Ada nama Adijan (Misriadi) pengusaha kopi yang pernah meramaikan kandidat bupati di sana.

Ada juga yang menyebutnya Tgk. Bahar, tokoh politik PKB yang pada Pileg 2019 ini mendapat support Abuya . Dimana PKB mendulang suara yang signifikan dan nantinya akan mendapatkan jabatan pimpinan DPRK hasil Pileg ini, serta meloloskan seorang calonya ke DPRA.

Muncul juga nama dari kalangan muda, Fahruddin, orang yang selama ini dekat dan membantu tugas Abuya. Pegiat lingkungan LSM dengan wadah organisasi Redelong Institut ini, juga turut dibacarakan sebagai kandidat wakil.

Ada juga nama Satriwanto, kini sebagai anggota DPRK Bener Meriah yang dalam pertarungan Pileg 2019 ini gagal untuk kembali duduk di DPRK. Demikian juga dengan Dailami Aci, orang yang dekat dengan Ahmadi dan menjadi saksi dipersidangan KPK, juga meramaikan pembahasan.

Dari sejumlah nama yang muncul itu, Hendra Budian, Caleg terpilih dari Golkar untuk DPRA menjadi pertentangan. Plt pimpinan Golkar Bener Meriah ini bagi pendukungnya adalah orang yang tepat untuk mendampingi Abuya.

Namun ada juga yang menilai bila Hendra menjadi wakil bupati bukan hanya langkah mundur, namun mengkhianati pemilih yang mempercayakanya ke DPRA pada Pileg lalu. Hendra disebut sebut layak masuk dalam jajaran pimpinan DPRA.

Dari pembicaraan Dialeksis.com dengan Abuya, belum ada gambaran bagaimana sikap bupati di lembah merapi ini. Abuya sangat berhati hati dalam memberikan keterangan menyangkut persoalan ini. Sepertinya Abuya ingin kedamaian dan tidak mengharapkan adanya gejolak.

Terlepas siapa nanti pigur yang tepat untuk mendampingi Abuya, yang pasti dia adalah orang yang mampu dan mau berjalan seiring dengan Bupati Bener Meriah. Mampu mengamankan sejumlah kebijakan, bukan kelak menjadi duri dalam daging.

Catatan sejarah, keretakan antara pimpinan dan wakil sering terjadi. Ketika sang wakil punya kepentingan dan ada keinginan untuk kelak meramaikan bursa pimpinan, bukan lagi sebagai wakil, awal keretakan itu terjadi.

Apalagi sang pimpinan (bupati, atau gubernur), juga punya kesempatan untuk maju kembali dalam pertarungan Pilkada. Keretakan itu sulit dihindari, ketika sang wakil juga ingin menjadi orang nomor satu.

Dua tahun menjelang berahirnya masa jabatan perbedaan prinsip itu mulai terlihat. Wakil juga punya trik untuk kelak tampil sebagai orang nomor satu. Sementara sang pimpinan yang juga punya kesempatan untuk duduk kedua kalinya, juga akan melakukan upaya "membatasi" laju sang wakil. Gesekan itu akan terjadi.

Apakah sang pimpinan akan diam, bila sang wakilnya dirasakan menjadi duri di dalam daging? Permainan politik, saling mengintip dan memanfaatkan akan terjadi. Otomatis akan menguras energi, yang mana seharusnya dipergunakan untuk kepentingan rakyat, justru "terbuang" dalam permainan arus.

Mungkin catatan sejarah itu menjadi bahagian dari penilaian Tgk. Syarkawi. Mungkin saja. Karena selain mempertimbangkan siapa wakil yang layak untuk mendampinginya dalam mengayuh bahtera di Bener Meriah, Abuya juga punya kesempatan untuk kedua kalinya meramaikan kompetisi Pilkada.

Pilihan Abuya untuk wakil sebagai pendampingnya, bukan hanya menentukan bagaimana warna Bener Meriah sampai habis masa jabatanya (2022), juga akan sangat menentukan langkah Abuya selanjutnya.

Siapa yang layak menjadi wakil Bupati Bener Meriah, bukan hanya ditentukan oleh partai pengusung yang telah mengantarkan orang pilihanya menjadi pemimpin. Bila partai pengusung menginginkan seseorang, namun orang yang diusung itu terasa kurang nyaman oleh mereka yang menggunakanya, bisa jadi situasi akan berkata lain. 

Waktu terus berjalan. Wakil bupati Bener Meriah harus ada untuk mendampingi Abuya. Namun yang menjadi pertanyaan siapakah orangnya yang layak mendampingi Abuya, agar mereka seirima dalam membangun negeri subur di lembah merapi Burni Telong ini? Bahtiar Gayo


Keyword:


Editor :
Redaksi

riset-JSI
Komentar Anda