Siapa Gubernur Aceh 2024?
Font: Ukuran: - +
Reporter : TM Jafar Sulaiman
Dari jajak pendapat ini, hanya lima kandidat yang persentasenya di atas 2 persen, yaitu 1). Muzakir Manaf (28,78 Persen), 2). Nasir Djamil (24,15 persen), 3). Sudirman (10,00 persen), 4). Tgk H Muhammad Yusuf A Wahab (Tu Sop 4,88 persen) dan 5). Irwandi Yusuf (4,63 persen). Sedangkan kandidat lainnya semua dibawah 2 persen.
Kelima nama ini nantinya punya potensi untuk bergeser jika ada jajak pendapat atau survei terbaru lainnya yang dilakukan. Survei seperti ini sangat berpengaruh terhadap penetapan calon yang diusung terutama oleh partai politik. Partai politik yang ingin mengusung calon tertentu, maka wajib melakukan survei terlebih dahulu, karena popularitas mendukung terhadap elektabilitas.
Beberapa kandidat yang secara terbuka telah menyatakan maju sebagai calon gubernur Aceh diantaranya adalah Aminullah Usman, Nasir Djamil, Muzakir Manaf dan Taufiqul Hadi.
Diantara semua kandidat ini, Mualem bahkan telah mematikan Ramli MS (mantan Bupati Aceh Barat) menjadi pasangan sebagai bakal calon wakil gubernur pada kontestasi Pilkada Aceh 2024 mendatang. Namun ini bukanlah final, karena masih banyak muncul nama - nama lainnya yang akan mendampingi Mualem sebagai bakal calon wakil gubernur, yaitu Rocky (mantan Bupati Aceh Timur) dan beberapa nama lainnya.
Pileg 2024 adalah Kunci
Saat ini, semua partai politik baik lokal maupun nasional sedang sibuk mempersiapkan diri dan fokus pada pemenangan pemilu legislatif 2024, karena ini merupakan kunci, yang akan menjadi bergaining untuk membangun deal dalam mengusung calon gubernur dan calon wakil gubernur Aceh 2024. Semua partai harus memenangkan suara minimal 15 persen sebagai syarat bisa mengusung calon, sehingga semua proses pengusungan bakal calon gubernur sangat ditentukan oleh jumlah suara dalam pileg 2024 nanti.
Nasdem misalnya, meskipun mereka secara internal kemungkinan besar memutuskan mengusung Taufiqul Hadi sebagai bakal calon gubernur, tapi mereka harus meningkatkan jumlah kursi di DPRA, karena di pemilu legislatif kemarin hanya memperoleh dua buah kursi.
Jika mengacu pada Pileg 2019, maka satu -satunya partai yang bisa mengusung calon secara mandiri tanpa perlu berkoalisi hanyalah Partai Aceh. Sedangkan partai lainnya di luar Partai Aceh, harus berkoalisi mengusung calon gubernur. Partai Gerindra dipastikan akan mengajukan Mualem sebagai Gubernur, sehingga pasti akan berkoalisi dengan partai Aceh.
Namun, sekali lagi, itu semua sangat ditentukan oleh hasil Pileg 2024. Semua partai berlomba untuk mendapatkan 15 persen suara, sehingga semua kandidat yang diusung terutama oleh partainya sendiri bisa menjadi calon gubernur, tidak menjadi calon wakil gubernur. Diantara semua kandidat yang muncul, tidak mungkin semuanya terakomodir oleh partai, maka jalur independen pasti akan menjadi pilihan bagi mereka untuk bertarung.
Pileg kali ini menjadi sesuatu yang menarik dengan kehadiran dua partai lokal yaitu partai Gabthat dan Partai Adil Sejahtera (PAS). Kedua partai ini sama-sama berbasis dayah, yang juga akan bersaing dengan PDA yang juga berbasis dayah. Namun PDA ini mesin pemenangannya pasti lebih teruji dan besar supportnya karena mereka juga punya beberapa kursi di kabupaten/kota, sehingga posisi ini bisa dimainkan sebagai mesin politik. Kehadiran partai ini juga membelah para pemilih loyal (fanatis) yang selama ini lebih dekat kepada Partai Aceh. Ini tentu menjadi tantangan tersendiri bagi partai Aceh, karena barisan loyalnya yang selama ini berbasis dayah, telah terbelah oleh kehadiran dua Parlok tersebut. Barisan pemilih Partai Aceh besar, tapi terus menyusut, hal ini tercermin dari perolehan kursi mereka di DPRA yang terus berkurang.
Perolehan kursi partai lokal ini juga sangat ditentukan oleh afiliasi mereka dengan Pilpres, yaitu afiliasi mereka kepada calon presiden yang akan mereka dukung, karena Pilpres dan Pileg akan dilaksanakan serentak, sedangkan Pilkada juga dilaksanakan serentak, tetapi di waktu yang berbeda. Disini, lagi-lagi partai-partai lokal ini akan terbelah, karena kebanyakan mereka pasti akan mendukung Anis sebagai kandidat presiden, Partai Nasdem pasti juga akan terkena dampak dalam peroleh kursi di DPRA dan juga kursi kabupaten/kota, padahal partai ini baru saja mendapat ruang untuk pemulihan nama baik dari partai penista agama, yang dulunya mendukung Ahok di pusat, kini mengusung Anis Baswedan. Fenomena ini menarik, karena mereka semua bersatu mendukung Anis, tapi terpecah untuk legislatif.
Basis Pemilih dan Faktor diluarnya
Dalam kontestasi Gubernur Aceh, juga harus dipahami bahwa juga ada perang kepentingan antara pusat dan daerah, ada skenario -skenario tertentu yang akan bekerja melakukan ini, yang akan tercermin dari siapa saja tokoh yang ingin dimunculkan sebagai kandidat gubernur. Jika bicara kontestasi, maka Mualem, Nasir Djamil, Abdullah puteh adalah sosok yang pernah bertarung memperebutkan kursi nomor 1 di Aceh. Sedangkan kandidat lainnya bertarung pada area yang berbeda, Tu Sop pernah sebagai kandidat Bupati, Haji Uma bertarung di DPD. Terkait dengan nama lainnya, warga tentu punya memori khusus dengan nama Abdullah Puteh, walaupun kemudian tersandung kasus korupsi.
Ada satu faktor penentu dalam kompetisi politik yaitu kehadiran kandidat di tengah warga dan visi misi calon. Namum di sini, pemilih terbelah kepada dua golongan besar yaitu pemilih rasional dan pemilih fanatis. Pemilih rasional jumlahnya sedikit bila dibandingkan dengan jumlah pemilih fanatis. Pemilih rasional berbasis kepada visi dan track record kandidat, sedangkan pemilih loyal (fanatis), tidak pedulu kepada visi dan misi, tetapi fokus pada sosok, karena basisnya bukan lagi argumen, tetapi sentimen.
Ada tiga tahap jika berbicara model pemilihan, yaitu dikenal, disukai dan dipilih. Jika bicara dikenal, maka semua kandidat ini adalah sosok - sosok yang dikenal, tetapi bicara disukai maka ini sifatnya sangat relatif, karena basis utamanya adalah barisan loyal, pendukung fanatis. Dan tahapan dipilih, itu juga sangat tergantung pada para pemilih di luar barisan loyal, karena itu penentu kemenangan adalah di luar barisan loyal dan diluar pemilih-pemilih yang tidak terjangkau oleh survei. Karena itu, jika ingin menang, maka rubahlah pemilih fanatis menjadi pemilh rasional.
Semoga Aceh mendapatkan Gubernur terbaik 2024 nanti. [**]
Penulis: T. Muhammad Jafar Sulaiman, MA (Analis pada Meta Politica)