kip lhok
Beranda / Advertorial / Tari Rabbani Wahed dari Tanah Samalanga Bireuen Masih Tetap Eksis

Tari Rabbani Wahed dari Tanah Samalanga Bireuen Masih Tetap Eksis

Minggu, 21 Agustus 2022 14:30 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Nora
Suasana latihan Tari Rabbani Wahed pada pelatihan seni tradisi Aceh 2022 yang diselenggarakan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Aceh, Sabtu (20/8/2022) di Banda Aceh. [Foto: Nora/Dialeksis]

DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Provinsi Aceh merupakan wilayah di Indonesia yang berada di ujung bagian barat Pulau Sumatera. Aceh memiliki beragam kebudayaan, adat istiadat, dan bahasa daerah yang berbeda-beda.

Salah satu kesenian yang masih hidup dan berkembang hingga hari ini adalah Tari Rabbani Wahed, yaitu tari yang berasal pesisir Aceh yang dikembangkan pada tahun 1989 oleh T.M. Daud Gade di desa Sangso, Samalanga, Kabupaten Bireuen.

Nama Rabbani Wahed dalam tari ini adalah istilah yang dibuat oleh T.M. Daud Gade berdasarkan syair yang dibacakan dalam tradisi Meugrob yang telah lama eksis dan berkembang di wilayah Samalanga dan sekitarnya.

Pegiat sekaligus pelatih Tari Rabbani Wahed, M Kasem Ahmad yang akrab dipanggil Syekh Kasem mengatakan, tarian itu mulai diajarkan setelah dirinya mengikuti event Festival Istiqal di Jakarta pada tahun 1991 silam.

"Sebelum mengikuti festival itu, saya juga telah melakukan kesenian ini di meunasah-meunasah, tempat kesenian, di acara hari besar islam dan 17 Agustus," kata Syekh Kasem saat diwawancarai Dialeksis.com pada pelatihan seni tradisi Aceh 2022 yang diselenggarakan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Aceh, Sabtu (20/8/2022) di Banda Aceh.

Pegiat sekaligus pelatih Tari Rabbani Wahed, M Kasem Ahmad yang akrab dipanggil Syekh Kasem. [Foto: Nora/Dialeksis]

Pria asli Bireuen itu menjelaskan, Rabbani Wahed diartikan sebagai Allah sang rabbi yang satu dan menggambarkan identitas dari tari ini yang syair-syairnya berisikan puji-pujian kepada Allah dan Rasulullah, nasehat-nasehat dan cerita-cerita yang semuanya bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt. Syair yang dibacakan dalam tari Rabbani Wahid kebanyakan berasal dari Meugrob yang berasal dari Syeikh Muhammad Saman.

"Jadi gerak-gerak saja yang sekarang dikolaborasikan supaya lebih terbaru. Perubahan pada gerak itu menandakan juga semangat kepada kaum muda," ucapnya.

Syekh Kasem mengucapkan terima kasih kepada pemerintah daerah dalam hal ini Disbudpar Aceh yang telah memfasilitasi dan menjadikan tari rabbani sebagai warisan daerah tak benda.

"Saya berterima kasih kepada Disbubpar Aceh yang telah menggelar acara pelatihan kesenian seperti ini. Jika dari dulu dibuat pelatihan begini pasti tarian sufi ini akan berkembang dengan pesat," pungkasnya.

Untuk diketahui, sebanyak 105 peserta mengikuti pelatihan seni tradisi Aceh 2022 yang diselenggarakan Disbudpar Provinsi Aceh, mulai 18-20 Agustus 2022 di Hermes Palace Hotel Banda Aceh.

[Foto: Nora/Dialeksis]

Para peserta yang ikut pelatihan merupakan siswa SMA, SMK, MA dan santri yang ada di Kota Banda Aceh dan Kabupaten Aceh Besar.

Pelatihan Seni Tradisi Aceh 2022 dibagi menjadi tiga kelas, yaitu kelas alat musik Serunee Kalee, kelas alat musik tradisi Geundrang, dan kelas tarian Rabbani Wahed. Masing-masing kelas dipandu oleh pemateri senior yang sudah berpengalaman di bidangnya masing-masing. 

Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Aceh, Almuniza Kamal melalui Kepala Bidang Bahasa dan Seni, Nurlaila Hamjah, S.S0s, M.M, mengatakan pelatihan kesenian tradisi ini bertujuan untuk mendorong bakat minat anak-anak sekolah dan pegiat seni yang bergabung di sanggar seni.

Hal itu, kata Nurlaila, agar mereka bisa mempelajari dan mencintai kesenian tradisi Aceh, dan diharapkan mereka mampu mewariskannya dengan baik, apalagi selama pelatihan itu mereka menerima transfer pengetahuan dari narasumber yang kompeten di bidangnya masing-masing.

"Kami berharap mereka bisa mewariskan ilmu itu dengan baik, selanjutnya bisa menjadi penerus bagi warisan seni itu sendiri, kita ajak mereka untuk bisa menjaga seni tradisi Aceh," kata Nurlaila.

Pelatihan Seni Tradisi Aceh 2022 merupakan kegiatan perdana Disbudpar yang berbasis praktik langsung dengan segmen khusus alat musik. Namun, sebelum pandemi Disbudpar Aceh pernah mengadakan pelatihan kesenian secara umum.

"Baru pertama kali ini, kita mengambil pelatihan khusus alat musik itu dan mengundang narasumber kompeten, mahir dan memang berkecimpung di bidang itu dan peserta itu langsung diajak praktik," terangnya.

Lebih lanjutnya, ia mengatakan, dari 3 kelompok seni yang sudah terbentuk diharapkan kedepan bisa membuka kelas yang sama tapi dengan kelas peningkatan kapasitas peserta.

Disbudpar mengajak anak muda agar menjadikan seni tradisi ini sebagai salah satu pengembangan bakat seni di era digitalisasi. Kemudian pihaknya juga mengarahkan anak-anak itu untuk menggali potensi berkesenian.

Selain itu, diharapkan peserta bisa mentransfer pengetahuan mereka kepada rekan-rekan lainnya di sekolah, dan lingkungannya.

"Kami juga ingin membangun kepedulian anak-anak sekolah dan sanggar untuk menyukai seni tradisi Aceh ini," pungkasnya.  

Keyword:


Editor :
Alfi Nora

riset-JSI
Komentar Anda