kip lhok
Beranda / Berita / Aceh / Yuliana: Jangan Eksploitasi Ayah Kami untuk Kepetingan Politik

Yuliana: Jangan Eksploitasi Ayah Kami untuk Kepetingan Politik

Rabu, 15 Juli 2020 20:01 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Hendra Vramenia

Yuliana didampinggi adiknya Nurul dan Putra saat memberi keterangan kepada Wartawan (Foto : Hendra/ Dialeksis.com)


DIALEKSIS.COM | Aceh Tamiang - Yuliana (36) warga Karang Baru, yang merupakan anak keempat dari Ardian, peraih medali emas pertama PON untuk Aceh pada tahun 1973 melalui cabang olahraga pencak silat, mengaku orang tuanya dieksploitasi pihak pelaku politik. 

“Kami sekeluarga merasakan sangat miris dengan berita di sejumlah media yang menyebutkan ayah kami, atlit pencak silat, peraih medali emas, bekerja sebagai buruh angkut pasir," kata Yuliana kepada Dialeksis.com, Selasa (14/7/2020).

Pihak keluarga pun meminta pihak-pihak yang mengembangkan informasi ini untuk meralatnya. “Kami sangat terpukul ketika membaca di media sosial (medsos) dan beberapa media menyebutkan ayah kami di hari tuanya terpaksa bekerja sebagai buruh angkut pasir, sebagai anaknya, kami kecewa karena dianggap menelantarkan orang tua,” ucapnya.

Yuliana mengaku, sampai saat ini sangat terpukul dengan informasi itu dan berharap ayahnya tidak dijadikan eksploitasi politik. “Kalau Pemda atau pihak lain ada yang mau membantu kami sangat berterimakasih, dan kayaknya itu memang pantas untuk ayah kami karena sudah berjuang untuk daerah, tapi tolong jangan dieksploitasi ayah kami apalagi untuk kepetingan politik,” ungkap Yuliana yang didampinggi adiknya Nurul dan Putra.

Yuliana menambahkan, di hari tuanya ini Adrian terbilang tidak terlalu kesulitan ekonomi karena delapan anaknya secara rutin memenuhi kebutuhan pokoknya dan mendapat tunjangan pensiun almarhum istrinya, T Fatimah Nur yang berprofesi sebagai guru.

“Memang ayah orangnya gak bisa diam, tapi gak pernah jadi buruh angkut pasir, dia lebih sering berkebun pisang di halaman belakang rumah,” jelasnya.

Hal senada juga disampaikan Datok Penghulu Kampung Tanjung Karang, Amiruddin yang sudah mengenal Adrian sejak muda.

“Mungkin karena galian pasir persis ada di depan rumahnya, kesannya dia ikut kerja di situ. Padahal tidak,” kata Amiruddin.

Adrian sendiri meluruskan profesi sebagai buruh angkut pasir ini ditekuninya saat masih muda atau saat aktif sebagai atlet pencak silat.

“Kalau sekarang, saya sudah tua, mana sanggup,” tutupnya. (MHV)


Keyword:


Editor :
Mulyana Syahriyal

riset-JSI
Komentar Anda