DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Dalam semangat menciptakan ruang komunikasi yang inklusif dan memperluas kesadaran sosial generasi muda, Kementerian Pengembangan Sumber Daya Mahasiswa (PSDM) BEM Universitas Syiah Kuala (USK) berkolaborasi dengan Himpunan Mahasiswa Psikologi (HIMAPSI) USK menyelenggarakan Workshop Pelatihan Bahasa Isyarat pada Sabtu (31/5/2025).
Kegiatan ini terbuka untuk umum dan berhasil menarik antusiasme yang tinggi, terutama dari kalangan mahasiswa dan siswa sekolah.
Ketua Panitia, Tazkiatul Ulya, menyampaikan bahwa pelatihan ini bertujuan memperkenalkan dasar-dasar bahasa isyarat sebagai alat komunikasi alternatif yang penting bagi masyarakat luas.
"Kami ingin mengajak peserta untuk memahami bahwa komunikasi bukan hanya soal suara, tetapi juga soal rasa dan empati," ujar Tazkiatul dengan penuh semangat.
Ketua HIMAPSI USK, M. Raffi Filhayati Akbar, dalam sambutannya menyampaikan apresiasi atas sinergi antarorganisasi dalam menginisiasi kegiatan yang bersifat edukatif dan inklusif ini. Ia berharap pelatihan ini menjadi awal dari terbentuknya kepedulian sosial yang lebih luas di kalangan mahasiswa terhadap komunitas disabilitas.
"Bahasa isyarat bukan hanya keterampilan, tapi juga jembatan kemanusiaan," tegasnya.
Pocut Afra Azuhra, Direktur Jenderal PSDM BEM USK, juga menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan wujud komitmen PSDM untuk tidak hanya membentuk mahasiswa yang cakap akademis, tetapi juga memiliki empati sosial yang tinggi.
“Kami percaya bahwa keberdayaan mahasiswa harus mencakup keberpihakan pada kelompok rentan, dan pelatihan ini adalah salah satu langkah kecil menuju cita-cita besar tersebut,” tuturnya.
Sambutan berikutnya disampaikan oleh Ahmad Taisir, Menteri PSDM BEM USK, yang menekankan bahwa pelatihan ini bukan hanya respons terhadap kebutuhan komunikasi inklusif, tetapi juga bagian dari pendidikan karakter.
"Kami ingin mahasiswa USK menjadi agen perubahan yang tidak hanya berpikir kritis, tetapi juga peduli dan adaptif terhadap realitas sosial di sekitarnya," ujar Taisir.
Workshop ini menghadirkan Muhammad Rikal Qamara sebagai pemateri utama. Dengan pendekatan yang komunikatif dan penuh empati, beliau membimbing peserta mengenal dasar-dasar bahasa isyarat, serta memberikan wawasan mendalam tentang pentingnya membangun komunikasi dua arah yang menghormati keberagaman cara berbicara.
Kegiatan berlangsung dalam suasana penuh kehangatan dan antusiasme. Para peserta tidak hanya belajar secara teoritis, tetapi juga melakukan praktik langsung dalam membentuk kalimat dan menyampaikan pesan menggunakan bahasa isyarat. Suasana tersebut menjadi bukti bahwa kepedulian bisa diajarkan, dan empati bisa dilatih.
Dengan terlaksananya workshop ini, BEM USK dan HIMAPSI USK menegaskan kembali peran mahasiswa sebagai pelopor perubahan sosial yang berakar pada nilai-nilai kemanusiaan. Karena dalam dunia yang terlalu bising oleh suara, mungkin bahasa yang paling kuat justru yang disampaikan dalam diam. [*]