UTU Menangi Kompetisi Kampus Merdeka Kemendikbudristek
Font: Ukuran: - +
DIALEKSIS.CO | Meulaboh - Universitas Teuku Umar (UTU) kembali berhasil mengukir prestasi sebagai pemenang Program Kompetisi Kampus Merdeka (PKKM) Liga II yang diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti), Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) tahun 2021.
Atas keberhasilannya tersebut, kampus yang bermarkas di Meulaboh, Aceh Barat ini berhak membawa pulang dana sebesar Rp. 3.695.150.000 atau 3,6 Milyar.
Program kompetisi Kampus Merdeka merupakan bentuk dari akselerasi program Kampus Merdeka, mendorong perguruan tinggi melakukan inovasi pada basis program studi agar terjadi pembelajaran 4.0 atau Kampus Merdeka yang diharapkan, serta meningkatkan mutu dan relevansi perguruan tinggi agar dapat berkontribusi dalam meningkatkan daya saing bangsa.
Rektor UTU, Prof. Dr. Jasman J. Ma'ruf, SE., MBA mengatakan, keberhasilan ini merupakan sebuah momentum bagi Universitas Teuku Umar untuk mengimplemetasikan dan mengembangkan Konsep Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka di Lingkungan Universitas Teuku Umar.
"Ini merupakan bentuk kepercayaan bagi Universitas Teuku Umar untuk mengimplementasikan program pemerintah Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka, tentunya sejumlah pembenahan dan peningkatan baik secara akademik maupun non-akademik akan kita dorong secara maksimal," ucap Prof Jasman.
Lanjutnya,UTU berhasil memenangkan kompetisi yang diikuti oleh seluruh Perguruan Tinggi Akademik se Indonesia ini dengan mengusung tema "Implementasi Merdeka Belajar - Kampus Merdeka (MBKM) sebagai upaya menurunkan prevalensi stunting berbasis agro and marine industry".
"UTU sepenuhnya mendukung program penanganan kasus stunting (gangguan pertumbuhan fisik dan otak pada anak karena kurangnya asupan gizi dalam waktu lama) yang digalakan oleh Pemerintah, baik Kementerian Kesehatan maupun oleh Kemendikbudristek." Lanjut Prof Jasman
Kita mendorong prodi dan mahasiswa dalam 8 aktivitas Kampus Merdeka yang dilakukan di luar kampus demi membantu penanganan stunting.
“Melalui program Merdeka Belajar Kampus Merdeka, memberikan peluang bagi mahasiswa untuk dapat membantu menyelesaikan permasalahan mengenai stunting. Mahasiswa selama satu semester dapat mendampingi kasus stunting namun harus dilakukan diseminasi dan pengarahan oleh dosen sebelum langsung terjun ke lapangan,” jelas Prof Jasman.
Secara geografis, lanjutnya UTU berada di wilayah dengan prevelansi stunting tertinggi di Indonesia. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2018, balita di Aceh menduduki posisi 3 dari 34 provinsi di Indonesia dengan prevelansi stunting sebesar 37,3%.
"Artinya 1 dari 3 anak balita di Aceh mengalami stunting. Sedangkan angka stunting untuk anak di bawah dua tahun (baduta), Aceh berada di posisi 1 dari 34 provinsi di Indonesia dengan prevelansi sebesar 37,9%." Terang Prof. Jasman
Prevelansi stunting di Aceh bahkan masih jauh lebih tinggi dari Papua Barat, Papua, Nusa Tenggara Barat, dan Maluku. Secara nasional prevelansi stunting Indonesia berada pada angka 30,8% dan Aceh melewati angka nasional dengan angka 37,3%. Lanjut Prof Jasman.
"Kasus stunting di Aceh sudah harus menjadi perhatian dan tanggungjawab kita bersama". Kata Prof Jasman.