Ustadz Yusran: Bukti Cinta Kepada Rasulullah, Jadikan Idola dan Panutan dalam Kehidupan
Font: Ukuran: - +
Reporter : Auliana Rizky
Ketua MIUMI Provinsi Aceh, Dr. Tgk. Muhammad Yusran Hadi. [Foto: Ist.]
DIALEKSIS.COM | Aceh - Ketua Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI) Provinsi Aceh, Dr. Tgk. Muhammad Yusran Hadi mengingatkan, umat Islam terkait kewajiban menjadikan Nabi Muhammad Saw. sebagai idola dan panutan dalam kehidupan sehari-hari.
Ia mengatakan, sudah menjadi kewajiban bagi setiap muslim untuk menjadikan Nabi Muhammad saw sebagai sosok idola dan panutannya dalam kehidupannya sehari-hari, baik dalam persoalan ibadah, muamalah maupun akhlak. Begitu mulianya akhlak Nabi Saw. sehingga datang pujian langsung dari Allah Swt. agar kita meneladaninya.
Ia sangat menyayangkan perilaku sebahagian ummat muslim yang tidak menjadikan Nabi Saw. sebagai idola dan panutannya. Mereka telah kehilangan jati dirinya sebagai seorang muslim dengan mengutamakan manusia lain daripada Nabi Saw. dan menjadikan orang-orang yang seharusnya tidak patut dijadikan panutan.
"Mereka lebih senang dan bangga menjadikan para artis atau selebritis, pemain bola, pemain musik, politikus, filusuf, dan lainnya sebagai idola dan panutan mereka daripada Nabi Saw. bahkan orang kafir sekalipun dijadikan idolanya," ucapnya dalam khutbah Jum'at (15/9/23) di Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh.
Ia juga menyampaikan, akibatnya muncullah berbagai maksiat seperti kriminal, kerusakan moral, paham sesat, dan maksiat lainnya. Tentu saja kita mesti risau dengan kondisi umat Islam seperti ini. Ini permasalahan yang harus mendapat perhatian dan diperbaiki segera. Kualitas iman seseorang sangat tergantung sejauh mana kecintaannya kepada Nabi Saw.
Kualitas iman seseorang sangat ditentukan dengan kecintaannya kepada Rasul Saw. Orang yang memiliki iman yang sempurna selalu memposisikan cintanya kepada Rasul saw dengan posisi urutan pertama dibandingkan kepada manusia lain. Cintanya kepada Rasul saw melebihi cintanya kepada orang lain termasuk orang tuanya, istri atau suaminya, anaknya, bahkan dirinya sendiri.
Saat dikonfirmasi Tim Dialeksis.com melalui telepon seluler, Ustadz Yusran menyebutkan, bukti cinta kepada Nabi Saw. adalah menjadikannya sebagai sosok idola dan panutan dengan mengikuti sunnahnya, baik dalam persoalan ibadah, muamalah maupun akhlak. Sepanjang hidupnya, Nabi Saw. orang yang paling jujur. Apa yang dikatakannya adalah kebenaran. Beliau tidak pernah berdusta, baik saat sungguhan maupun bergurau. Beliau memerintahkan umatnya untuk berkata benar (jujur) dan mengecam perbuatan dusta.
"Nabi Saw. seorang yang amanah, beliau menunaikan amanah dari Allah Swt. untuk disampaikan kepada ummat dengan sempurna tanpa mengurangi atau melebihkan sehuruf pun, beliau selalu bersikap amanah dan memerintahkan umatnya untuk amanah, sebaliknya, beliau mengecam orang yang tidak amanah dan zhalim," sebutnya lagi.
Ia juga menambahkan, nabi Saw. adalah seorang yang rendah hati. Beliau menjenguk orang sakit, mengasihi orang fakir dan miskin, menyantuni orang sengsara, dan menolong orang yang lemah. Beliau duduk dan tidur di atas tanah beralaskan tikar. Nabi tidak suka pujian dan melarang pujian terhadap dirinya. Beliau melarang orang lain berdiri dan berhenti menundukkan kepalanya untuk menghormati kedatangannya.
Meskipun beliau seorang Nabi bahkan kepala negara Islam sedunia, beliau membawa sendiri keperluan keluarganya, memperbaiki sendiri sandalnya, menjahit sendiri bajunya yang robek, memeras sendiri susu kambingnya, memotong dagingnya bersama isterinya, dan menyuguhkan makanan kepada tamunya. Beliau tidak perlu pembantu atau ajudan.
Nabi Saw. adalah seorang pemimpin sejati. Kepemimpinan beliau patut dicontoh oleh para pemimpin saat ini. Beliau pemimpin yang cerdas, jujur, amanah dan adil, bukan pemimpin yang bodoh, dusta, korup, khianat dan zhalim. Beliau pemimpin yang berani menegakkan Syariat Islam di muka bumi ini, membela kebenaran dan menghancurkan kebatilan, bukan pemimpin pengecut dan takut kehilangan jabatan karena menegakkan syariat Islam.
"Beliau pemimpin yang murabbi dan muallim, bukan pemimpin yang hanya pandai bicara dan perintah saja, beliau pemimpin yang sederhana dan zuhud, bukan pemimpin yang hidup mewah dan menghambur-hamburkan uang rakyat untuk kepentingan pribadi, keluarga dan golongannya," pungkasnya [AU]