kip lhok
Beranda / Berita / Aceh / UAS: pemimpin paling besar perannya dalam amal makruf nahi mungkar

UAS: pemimpin paling besar perannya dalam amal makruf nahi mungkar

Kamis, 04 April 2019 20:02 WIB

Font: Ukuran: - +


DIALEKSIS.COM | Calang - Ustadz Abdul Somad menyatakan, seorang pemimpin paling besar perannya dalam amal makruf nahi mungkar, karena dengan kekuasaannya bisa mengambil kebijakan untuk menghentikan hal-hal yang bertentangan dengan syariat Islam.

"Kita adalah umat yang paling baik diciptakan oleh Allah SWT, salah satu sifat umat yang paling baik adalah amal ma'ruf nahi munkar," ujar Ustad Somad di hadapan puluhan ribu masyarakat Aceh Jaya pada peringatan Isra Mi'raj di halaman masjid Islamic Center Kecamatan Krueng Sabee, Aceh Jaya, Rabu (3/4) malam.

Namun, kata Ustaz Abdul Somad, salah satu yang paling besar peran dalam melarang kemungkaran adalah bukan seorang ustadz atau tengku dan penceramah, melainkan seorang pemimpin.

"Ustadz Abdul Somad hanya melarang dengan ceramah agama namun ada orang-orang yang melarang kemungkaran bukan dengan tangannya, bukan dengan ceramahnya tapi ia melarang kemungkaran dengan tanda tangannya yaitu peraturan daerah atau qanun," ujarnya.

Sehingga, lanjut Ustad Somad, seorang pemimpin punya peran penting dalam melarang kemungkaran.

"Itulah kenapa orang banyak ingin jadi penguasa, karena mereka ingin menegakkan amal ma’ruf nahi mungkar," ungkap Ust Abdul Somad.

Oleh sebab itu, pada kesempatan tersebut Ustaz Somad mengajak semua pihak untuk menegakkan amal ma’ruf nahi mungkar dimanapun ia melihat kemungkaran.

Sementara itu, Bupati Aceh Jaya T Irfan Tb dalam sambutannya berterima-kasih kepada semua pihak yang telah menyukseskan acara tabligh akbar dalam rangka Isra Mi'raj Nabi Muhammad SAW.

"Saya mewakili masyarakat, mengucapkan terima kasih kepada Ustadz abdul Somad yang sudah berhadir kembali ke Aceh Jaya," tutur Irfan.

Selanjutnya, Ustadz Abdul Somad dalam tausyiahnya di Dayah Darul Ihsan Abu Hasan Krueng Kalee, Siem, Kabupaten Aceh Besar mengatakan, sesungguhnya kecanggihan sudah lebih dulu terjadi pada jaman nabi.

"Mana yang lebih hebat, 2019 atau di zaman nabi?," sebutnya.

"Masjidil Haram, Makkah ke Masjidil Aqsha dan naik Sidratul Muntaha tidak sampai sepertiga malam. Bukan mengirim surat atau foto, tapi mengirim Nabi Muhammad SAW," ujarnya.

Ia menjelaskan, pada peristiwa Isra Mi’raj Nabi Muhammad mendapat perintah untuk menunaikan shalat lima waktu sehari semalam.

Meski begitu, kata UAS, tetap saja masih ada orang yang tidak percaya dengan peristiwa tersebut, seperti Abu Jahal dan Abu Lahab contohnya.

Mereka bahkan mengolok-olok Nabi Muhammad. Mereka meminta nabi untuk mengangkat kakinya sebelah, lalu meminta mengangkat sebelah lagi.

"Dan tentunya tidak bisa. Mereka tertawa terbahak-bahak. Bagaimana bisa terbang ke Masjidil Aqsha. Mereka kafir (ingkar). Mereka tak percaya pada Isra Miraj," kata UAS.

Mengapa mereka tak percaya? "Jawabannya karena mereka tak bisa membaca. Padahal mereka bisa mendapatkan dalam Al-Quran tentang Nabi Sulaiman," jelasnya.

Al-Quran memang telah menggambarkan seorang manusia yang mempunyai ilmu dari al-Kitab mampu memindahkan singgasana Ratu Balqish, penguasa Saba di Yaman, hanya dalam satu kedipan mata ke Palestina.

Bahkan, kemampuannya itu mengalahkan kemampuan yang dimiliki Ifrit (pengikut Nabi Sulaiman dari golongan Jin) yang hanya mampu memindahkan singgasana itu dalam waktu beberapa detik. (PD)

Keyword:


Editor :
Pondek

riset-JSI
Komentar Anda