Tuntaskan Persoalan Air Bersih, Banda Aceh Kerja Sama dengan Batam
Font: Ukuran: - +
Pipa bocor diameter 300 mm di Jl. Prof Ali Hasyimi, Pango sedang di perbaiki oleh petugas PDAM. Foto PDAM Tirta Daroy.
DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Sebagai bagian dari upaya menuntaskan persoalan air bersih per Januari 2020 mendatang, Pemerintah Kota Banda Aceh melalui PDAM Tirta Daroy menjalin kerja sama dengan PT Adhya Tirta Batam (ATB).
Kerja sama bertajuk Program Kemitraan Solidaritas Persatuan Perusahaan Air Minum di Indonesia (Perpamsi) 2018-2019 tersebut, difinalisasi kedua belah pihak dalam pertemuan di ballroom Hotel Grand Nanggroe, Rabu (13/2/2019).
Hadir dalam acara itu Wakil Wali Kota Banda Aceh Zainal Arifin, Sekda Bahagia, dan Direktur PDAM Tirta Daroy T Novizal Aiyub. Sementara dari PT ATB hadir Presiden Direktur Benny Andrianto dan jajarannya. Hadir pula sejumlah unsur pimpinan Perpamsi.
Dalam sambutannya, Cek Zainal -sapaan akrab wakil wali kota- mengatakan pihaknya menyambut baik kerja sama tersebut seraya menyampaikan terima kasih kepada PT ATB dan Perpamsi. "Ini sangat membantu kami untuk menuntaskan persoalan air bersih per Januari 2020 mendatang," katanya.
Menurutnya, penuntasan persoalan air bersih memang sudah menjadi komitmen wali kota dan dirinya sejak memimpin Banda Aceh. "Kami minta jajaran direksi PDAM Tirta Daroy untuk bekerja dengan serius karena ini terkait janji kami kepada masyarakat."
Tak lupa ia mengapresiasi kinerja PDAM Tirta Daroy selama ini yang ia sebut semakin baik. "Laporan masyarakat ditangani dengan baik, begitu pula dengan penindakan sambungan liar yang terus dilakukan. Tetap bekerja sesuai prosedur termasuk dalam hal penyambungan baru atau penyambungan kembali," pesannya.
Dirut PDAM Tirta Daroy T Novizal Aiyub mengatakan, kerja sama pihaknya dengan perusahaan pengelola air minum swasta pertama di Indonesia tersebut merupakan awal yang baik bagi Banda Aceh dalam upaya menuntaskan persoalan air bersih.
"Saat ini cakupan layanan kita sudah mencapai 94 persen -salah satu terbesar di Indonesia. Dan Insyaallah dengan kerja sama ini bisa segera kita realisasikan 100 persen coverage-nya," ungkapnya.
Menurut Novizal, pencurian air lewat sambungan ilegal masih menjadi masalah utama di Banda Aceh. "Angkanya sekira 40 persen, dan menjadi fokus kami untuk menekan tingkat kehilangan air. Sistemnya kita adopsi dari Batam, di samping terus membenahi jaringan perpipaan," ungkapnya lagi.
Ia menjelaskan, bentuk konkret kerja sama yang telah dilakukan adalah dengan membangun dua sistem Distrik Area Meter (DMA) percontohan di kawasan Kopelma Darussalam yang meliputi 1.700 sambungan rumah. "Hasilnya kita mampu menekan tingkat kehilangan air dari 40 persen menjadi 26 persen. Pendapatan juga meningkat 26 persen "
"Sebelumnya 15 pegawai Tirta Daroy juga sudah kita kirim ke Batam untuk meng-copy paste best practice PT ATB dalam hal pembentukan tim khusus yang menangani kebocoran air. Mereka ini yang nantinya akan kita tempatkan dalam tim khusus tersebut di Banda Aceh," katanya.
Sementara mengenai tarif air yang ditetapkan oleh pihaknya saat ini, Novizal menyebut sudah full cost recovery. "Artinya sudah ideal tanpa harus disubsidi oleh pemerintah. Dan alhamdulillah kini PDAM Tirta Daroy merupakan satu dari tiga PDAM di Aceh yang sudah mampu membukukan laba dari operasionalnya," katanya.
Sementara itu, Presdir ATB Benny Andrianto mengungkapkan masih besarnya tingkat kehilangan air masih momok besar bagi setiap PDAM di Indonesia. "Solusinya harus ditangani secara berkesinambungan dan memang harus dibentuk suatu tim khusus," katanya.
"Kemudian kontrol atas aduan pelanggan maupun setiap kendala yang ada sangat penting. Di era informasi digital dewasa ini jangan kedepankan metode manual lagi. Untuk itu, kami sudah membangun sistem Scada 4.0, dan siap kami bagikan untuk Banda Aceh," kata Benny yang juga menjabat Wakil Ketua Perpamsi ini.
Ia pun memuji cakupan layanan PDAM Tirta Daroy yang telah mencapai 94 persen yang diiringi dengan penetapan tarif full cost recovery. "Untuk mencapai cakupan layanan 100 persen memang sulit karena kota terus tumbuh dan berkembang. Batam saja sekarang persentasenya 99,8. Sementara tarif yang layak merupakan modal utama agar PDAM kita 'sehat'," pungkasnya. (Jun)