Transformasi Kesehatan di Aceh: Perjuangan Rumah Sakit Menuju Konsep Smart Hospital
Font: Ukuran: - +
Ketua Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) Provinsi Aceh, Dr dr Azharuddin SPOT K-Spine FICS. Foto: doc.pribadi
DIALEKSIS.COM | Aceh - Dunia layanan rumah sakit dituntut profesional serta memberikan optimalisasi pelayanan kesehatan bagi pasien. Menyingkapi hal itu, Dialeksis berdiskusi bersama Ketua Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) Provinsi Aceh, Dr dr Azharuddin SPOT K-Spine FICS, dirinya mengungkapkan dunia kesehatan di Aceh sedang mengalami perubahan mendalam menuju konsep rumah sakit pintar yang dikenal sebagai smart hospital.
Dalam pembicaraannya, Dr Azharuddin memberikan gambaran komprehensif tentang tantangan dan perubahan yang dihadapi rumah sakit di Provinsi Aceh. Ia menyoroti evolusi pesat dalam pelayanan kesehatan, modernisasi alat, dan tuntutan efisiensi yang semakin tinggi.
Salah satu aspek yang dibahas oleh Dr Azharuddin adalah komposisi kepemilikan rumah sakit di Indonesia. Dengan 65 persen rumah sakit berada di bawah kepemilikan swasta, ia menekankan dominasi sektor swasta dalam dunia kesehatan.
"Hal ini menimbulkan kebutuhan untuk adaptasi dan inovasi yang cepat, terutama di tengah persaingan yang semakin ketat," tegasnya.
Dr Azharuddin juga mencermati keberhasilan rumah sakit swasta dalam menyajikan pelayanan terbaik dan kemampuannya untuk bersaing secara efisien, terutama dalam format grup korporat yang memiliki puluhan bahkan ratusan rumah sakit. Ini menciptakan tingkat efisiensi yang sulit dicapai oleh rumah sakit pemerintah.
Namun, dia juga menyoroti pentingnya peran pemerintah daerah dan provinsi dalam memahami dan mengikuti perkembangan dunia kesehatan. Tanpa keterlibatan yang baik dari pemimpin daerah, rumah sakit pemerintah berisiko tertinggal, terutama dalam adopsi teknologi dan pelayanan kesehatan modern.
Masih menurut Dr Azharuddin, perubahan cepat di dunia medis, terutama dalam spesialisasi dan teknologi, menjadi fokus perbincangan. Dr Azharuddin menunjukkan bahwa rumah sakit harus terus menyesuaikan diri dengan perkembangan ilmu kedokteran, baik dalam hal alat kesehatan yang diperlukan maupun infrastruktur SDM yang mendukung.
Dia juga menegaskan implementasi Universal Health Coverage (UHC) oleh BPJS sebagai pendorong signifikan dalam peningkatan standar pelayanan rumah sakit.
"Kewajiban memenuhi standar tertentu, seperti kelas rawat inap BPJS, menjadi dorongan untuk transformasi lebih lanjut," ungkapnya.
Mengakhiri diskusi, Dr Azharuddin menyampaikan harapannya terhadap pemahaman pemerintah tentang pentingnya memiliki blueprint atau roadmap pengembangan rumah sakit yang fokus pada modernisasi dan transformasi.
Dia menekankan capaian terpenting yaitu, bahwa langkah-langkah konkret telah diambil, seperti standar kelas rawat inap BPJS dan penerapan rekam medis elektronik.
Selanjutnya sebagai ketua organisasi Persi Aceh, Dr Azharuddin mendorong agar semua pihak, termasuk pemerintah, rumah sakit, dan masyarakat, dapat bersinergi untuk menciptakan konsep smart hospital yang tidak hanya efisien namun juga responsif terhadap perkembangan zaman.
"Dengan semangat transformasi kesehatan yang nyata, Aceh diharapkan dapat menjadi pionir dalam mewujudkan sistem kesehatan yang lebih baik dan adaptif," tutupnya.