Beranda / Berita / Aceh / Tokoh Lintas Agama bertemu di Pendopo Walikota Banda Aceh

Tokoh Lintas Agama bertemu di Pendopo Walikota Banda Aceh

Jum`at, 27 April 2018 18:58 WIB

Font: Ukuran: - +


DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Kamis 26 April 2018 Wali Kota Banda Aceh, Aminullah Usman menerima audiensi Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kota Banda Aceh di pendopo wali kota. Pada kesempatan itu, wali kota turut didampingi oleh Kepala Badan Kesbangpol Banda Aceh, Faisal.

Unsur FKUB yang hadir antara lain ketua Abdul Syukur yang mewakili umat muslim, Eliaudin Gea tokoh Kristen Protestan, Robertus tokoh Kristen Katolik, Willy Putrananda perwakilan umat Budha, dan Krisna pemuka agama Hindu.

Kepada Wali Kota, Ketua FKUB Banda Aceh Abdul Syukur menjelaskan saat ini jumlah penduduk muslim di Banda Aceh tercatat sebanyak 227.629 ribu orang, penganut Katolik 600 orang, Protestan 1.508 orang, Budha 1.300 orang, dan Hindu 150 orang.

"Jadi dari total penduduk Kota Banda Aceh berdasarkan catatan kami yakni 231.187 jiwa, tidak ada yang tidak beragama. Sementara rumah ibadah selain Masjid, terdapat tiga gereja milik umat Protestan, satu gereja katolik, satu kuil Hindu, dan empat vihara milik umat Budha di Banda Aceh," ungkapnya.

Menurutnya, selama ini umat beragama yang ada di Banda Aceh hidup adem-ayem, dan tidak ada konflik atas dasar agama sejak ratusan tahun yang lalu. "Kalaupun ada riak-riak kecil yang terjadi, itu bukan ulah dari warga kota kita," ungkapnya lagi.

Untuk menjaga kondisi tesebut, FKUB di bawah koordinasi Badan Kesbangpol rutin menggelar pertemuan, dan dibantu kantor kementerian agama pihaknya juga melakukan sosialisasi mengenai kerukunan umat beragama kepada para pelajar di sekolah-sekolah.

"Saat ini kami juga tengah menjalin kerja sama dengan Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Ar-Raniry untuk terus mensosialisasikan kepada masyarakat mengenai arti pentingnya kerumunan umat beragama dalam menggapai kegemilangan di Banda Aceh," katanya.

Para pemuka agama non muslim yang hadir dalam pertemuan tersebut pun mengamini apa yang disampaikan oleh Ketua FKUB Banda Aceh. "Sudah 40 tahun saya hidup di Banda Aceh, belum pernah saya merasakan konflik beragama. Kalaupun ada itu pasti olah oknum. Kami komit untuk senantiasa menjaga kerukunan antar umat beragama di Banda Aceh," kata Eliaudin Gea tokoh Kristen Protestan.

Hal senada juga disampaikan oleh Willy Putrananda perwakilan umat Budha. "Vihara di Banda Aceh telah berdiri sejak zaman Belanda, dan selama itu tidak pernah bermasalah dengan umat lain. Kami juga dekat dengan masyarakat lokal dan aktif dalam setiap kegiatan sosial. Komitmen kami menjunjung tinggi harkat dan martabat Aceh. Pinto Aceh bagi kami adalah pintu kebahagiaan," katanya.

Bahkan umat Katolik di Banda Aceh juga pernah turun ke jalan untuk mendukung kemerdekaan Palestina. Hal tersebut diungkapkan Robertus, tokoh Kristen Katolik. "Kami juga mendukung Palestina, dan pernah ikut demo bersama warga kota. Selain itu, komunitas kami juga kerap menampilkan Tarian Ranub Lampuan di luar daerah," kata pria kelahiran Lhoknga, Aceh Besar ini.

Sementara itu, Wali Kota Aminullah menyatakan sangat mengapresiasi kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan FKUB dalam menjaga kerukunan umat beragama di Banda Aceh. "Apa yang sudah dilakukan FKUB sangat membantu Pemko Banda Aceh, dimana hal tersebut sejatinya juga merupakan tugas pemerintah."

"Saya bahagia karena kehidupan antar umat beragama di Banda Aceh sudah sangat kuat. Mari kita terus bersama-sama untuk saling bahu-membahu membangun Banda Aceh menuju Kota yang Gemilang. Saya meyakini setiap umat beragama pada dasarnya pasti mendambakan kerukunan dan kedamaian," katanya.

Terkait dengan bulan puasa yang akan segera tiba, wali kota juga mengharapkan dukungan dari seluruh pemuka agama di Banda Aceh untuk saling hormat-menghormati. "Seperti yang sudah berjalan selama ini, mari tetap kita jaga seperti tidak makan-minum di tempat umum, berjualan makanan atau minuman di siang hari dan lain sebagainya guna menghormati Ramadan -bulan sucinya umat muslim," pintanya. (Jun)

Keyword:


Editor :
Jaka Rasyid

riset-JSI
Komentar Anda