kip lhok
Beranda / Berita / Aceh / Toet Budee Trieng: Sejarah dan Tradisi Yang Harus Dijaga

Toet Budee Trieng: Sejarah dan Tradisi Yang Harus Dijaga

Kamis, 05 Mei 2022 09:30 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : fatur
Toet Budee Trieng. [Foto: Yulzi]

DIALEKSIS.COM | Pidie - Tradisi Toet Budee Trieng atau meriam bambu sudah menjadi sebuah tradisi di Aceh, tepatnya di Kabupaten Pidie.

Pelaksanaan Toet Budee Trieng ini disemarakkan ketika menjelang hari Raya Idul Fitri yang selalu dilaksanakan di Garot, Kecamatan Indra, Kabupaten Pidie.

Salah satu masyarakat setempat Zahrul Munir mengatakan, ini sudah menjadi sebuah kebiasaan pemuda setempat.

“Nyoe ka biasa, thip thoen na Toet Bude Trieng. Ka dipersiapkan mandum-mandum,”
 

“Ini sudah biasa, setiap tahun ada Bakar Meriam Bambu. Sudah dipersiapkan semua-semuanya (Segala kebutuhannya),” ucapnya ucapnya kepada Dialeksis.com, Kamis (5/5/2022).


Kemudian, Dia mengatakan, banyak sekali pengunjung dari luar daerah yang pergi melihat kegiatan ini.

“Ini dari malam hari raya, malam meeugang hari raya sudah padat semua jalan, tidak lewat terus, biasanya yang dari luar daerah naik mobil besar sekali pergi, tapi H-1/H-2 sebelum acara,” jelasnya.

“Sejarahnya sudah dari zaman dahulu, dari masa kerjaan sudah ada ini (Toet Budee Trieng), cuman sekarang sudah berbeda (Meriamnya), sekarangkan sudah pakai carbit, kalau dulu masih pakai bambu, kali ini pakai karbit,” sebutnya.

Pelaksanaan ini menjadi kegiatan Toet Budee Trieng ini, kata Zahrul Munir atau yang akrab Dek Pon Mila ini menyebutkan, Toet Budee Trieng sering sekali menjadi sorotan media besar Nasional dan Internasional.

Menurutnya, tradisi ini harus dipertahankan dan dijaga. “Ini sudah menjadi sebuah adat dan menjadi ciri khas di Kabupaten Pidie, jadi harus dijaga,” pungkasnya. [ftr]

Keyword:


Editor :
Alfatur

riset-JSI
Komentar Anda