Tingginya Harga CPO, Reza: Pabrik Minyak Goreng Harus Dibangun
Font: Ukuran: - +
Reporter : Fatur
Penggiat Ekonomi Syariah, Reza hendra Putra. [Foto: Dialeksis/ftr]
DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Tingginya harga CPO saat ini berdampak kepada banyak hal salah satunya tingginya harga sembako dan langkanya ketersediaan minyak goreng. Namun dibalik itu, terdapat hal lainnya juga, di Aceh dengan tingginya harga itu seharusnya bisa memanfaatkan momen ini dalam memproduksi minyak goreng. Tapi hal itu tak bisa dilakukan karena tak ada pabrik skala besar dalam pengelolaan minyak goreng.
Penggiat Ekonomi Syariah, Reza hendra Putra mengatakan, sebenarnya jika kita melihat beberapa lokasi di Aceh, kita bisa membangun pabrik minyak goreng.
“Seperti lokasi di KIA Ladong dan beberapa tempat lainnya yang layak. Kadang investor ini masuk untuk buat lahan sawit, tapi untuk membangun pabrik minyak itu belum ada atau belum masuk,” ucapnya kepada Dialeksis.com, Sabtu (11/12/2021).
Dirinya mengatakan, padahal kita juga banyak sekali Investor-investor Aceh ini juga banyak surplus anggarannya. “Jadi kalau mereka yang membangun pabrik minyak ini bagus sekali, artinya disini, Aceh tak hanya hadirkan bahan mentah saja. Nah disinilah efeknya, kita disini (Pemerintah) tidak pikir jangka panjang,” ujar Reza.
Seharusnya, kata Reza, dari dulu sudah dipikirkan untuk jangka dalam mengeloh bahan baku/mentahan menjadi bahan jadi/produk.
“Padahal bahan baku sawit ini melimpah luas di Aceh, bahkan hampir seluruh wilayah di Aceh itu hampir sebagian besar itu kawasan perkebunan sawit, contoh, Aceh Timur, Aceh Tamiang, kawasan barat selatan,” sebut Reza.
Reza mengatakan, Seharusnya juga Dewan (DPRA) kita juga membahas hal ini, karena mereka salah satunya tugasnya perancangan Anggaran, karena itu harus dibicarakan dengan serius hal ini.
“Jadi seharusnya di tahun 2023 bangun pabrik minyak goreng itu. Undang Investor utama dari luar, atau kepemilikannya sebagian dari pemerintah Aceh, itu perlu di desain. Dan sebenarnya jika pabrik minyak goreng ini dibangun di Aceh, ini menjadi satu hal positif, karena perputaran ekonomi berlangsung dengan sangat baik, kita juga tidak kesulitan bahan baku juga,” jelas Reza.
Bahkan, kata Reza, dengan adanya pabrik minyak goreng ini kita tidak hanya dapat memenuhi pasar lokal (Aceh), namun bisa luar Aceh, dan bahkan kita bisa Ekspor juga keluar negeri.
“Jadi disini kalau saya lihat, jangan hanya komoditas kopi yang dikembangkan, namun sawit juga harus di optimalkan juga, jadi kita tidak hanya serta merta kasih bahan baku, kemudian yang terima keuntungannya itu daerah lain,” tambahnya.
Dan disini, kata Reza, dalam membangun pabrik minyak itu tidak mesti serta merta siapa yang menjadi Gubernurnya atau Kepala Daerahnya. “Karena inikan problemnya adalah problem masyarakat secara umum, gak wajib Gubernurnya siapa, tapi dia harus memperdulikan apa yang menjadi kebutuhan masyarakat tentunya, dan harus bertanggung jawab,” tegasnya.
Oleh karena itu, Reza mengharapkan, dan seharusnya program-program kedepan tak hanya mengundang kontraktor saja, namun juga harus bisa mengundang Investor dalam skala besar untuk berinvestasi di Aceh yang sangat potensial SDA nya.
“Jangan hanya sekedar membangun gedung-gedung yang dimana kebermanfaatan terhadap masyarakat itu tidak terlalu penting, seharusnya program-program yang dapat memberikan impact besar terhadap ekonomi Aceh dan pemberantasan pengangguran dan kemiskinan, dengan hadirnya pabrik-pabrik itu juga membuka dan memberikan lapangan kerja terhadap masyarakat Aceh,” pungkasnya. [ftr]