TDMRC USK Lakukan Survei Penyebab Banjir Bandang Berturut-turut di Aceh Tenggara
Font: Ukuran: - +
Reporter : Nora
DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Pasca banjir dan banjir bandang yang menelan korban jiwa sebanyak dua orang di Kabupaten Aceh Tenggara (Agara), Pusat Mitigasi Bencana/TDMRC Universitas Syiah Kuala (USK) lakukan survey untuk menilai penyebab terjadinya banjir bandang di Kabupaten setempat.
Survei dilakukan mulai tanggal 3 hingga 6 Desember 2023, melibatkan gabungan beberapa pusat riset TDMRC USK, seperti pusat riset becana hidrometerologi, manajemen risiko dan pusat riset komunikasi bencana.
Pengumpulan data lapangan dilakukan dengan kuesioner elektronik berbasis android dengan platform “Kobo Toolbox”.
Alat bantu penting lainnya seperti sistem informasi geografis dan penginderaan jauh citra satelit juga digunakan, selanjutnya dilakukan analisis deskriptif pada sejumlah data-data yang telah kumpulkan.
Koordinator Bencana Hidrometerologi, Dr. Saumi Syahreza menyampaikan bahwa analisis deskriptif bertujuan untuk mendapatkan gambaran secara sistematis dan faktual tentang fakta-fakta yang ditemukan di lapangan pasca kejadian bandang Agara, serta melihat hubungan antar varibel yang diamati.
“Berdasarkan data-data yang dikumpulkan, selanjutnya diolah, dianalisis untuk kemudian interpretasikan ungkapnya,” ucapnya kepada Dialeksis.com, Minggu (10/12/2023).
Lebih lanjut, Dr. Saumi Syahreza menjelaskan, hasil pengecekan pada aliran Sungai Lawe Bulan yang membelah Ibu Kota Agara, dijumpai bahwa sungai tersebut cukup berpotensi picu banjir bandang dan banjir luapan susulan.
Menurut tim survey dari TDMRC, bentuk morfologi Sungai Lawe Bulan cukup bervariasi, dari mulai kondisi penyempitan, pendangkalan, dan erosi, sebagai akibatnya cukup berpotensi terhadap banjir luapan.
“Meningkatnya jumlah masyarakat yang tinggal di bantaran sungai dan perilaku buang sampah ke dalam sungai, dapat menyebabkan terjadinya penyempitan dan pendangkalan terhadap ruang lingkup sungai,” jelasnya.
Salah satu sudut bantaran Sugai Lawe BulanCuramnya bagian hulu sungai, juga dinilai telah mempercepat limpasan air permukaan deras mengalir ke dalam sungai saat hujan lebat atau hujan susulan terjadi, hal ini menyebabkan debit aliran sungai meningkat dengan cepat.
Selain itu, kata Saumi, limpasan terjadi karena intesitas hujan yang jatuh pada daerah tersebut tidak lagi mampu meresap ke dalam tanah akibat jenuh atau melebihi kapasitas penyerapan tanah.
Hasil pantauan banyak ditemukan bekas longsor pada lereng-lereng gunung di daerah hulu sungai, hal ini menandakan bahwa curah hujan tinggi di daerah tersebut selama beberapa hari, menyebabkan kondisi tanah jenuh disertai beban berat di atasnya, potensi longsor terjadi.
Longsor pada lereng-lereng gunung bagian hulu aliran sungai
Hasil pantauan pada dua lokasi terjadinya banjir bandang, yaitu Kecamatan Semadam (13/11) dan Kecamatan Bukit Tusam (20/11), tim menemukan bahwa kombinasi hujan lebat disertai longsor pada alur sungai pengunungan, menjadi penyebab utama banjir bandang pada dua lokasi terpisah dan berdekatan tersebut.
Banjir bandang atau aliran bahan rombakan (debris flow) ini terjadi ketika massa tanah bergerak didorong oleh air.
Menurut tim dari TDMRC, pada lokasi pegunungan yang sangat curam, dimana lerengnya tidak lagi stabil, banjir bandang dapat disertai tanah longsor atau semburan lumpur.
“Kejadian ini dipicu oleh hujan lebat yang luar biasa terjadi selama beberapa hari di area pegunungan barisan tersebut. Kekuatan gerak aliran bahan rombakan ini sangat berbahaya, karena mampu merobohkan batu-batu besar, menumbangkan pohon, dan menghancurkan jembatan serta bangunan yang menghalanginya. Kecepatan aliran tersebut sangat dipengaruhi oleh miringnya alur sungai pegunungan dan perubahan kekesaran saluran sungai,” jelasnya lagi.
Material lumpur dan kayu menerjang salah satu SMK di Kab. AgaraApa yang harus dilakukan?
Melihat fenomena bencana banjir cenderung berulang, tim survey TDMRC USK menyampaikan bahwa, cara terbaik menghadapi banjir adalah dengan bersiap, selalu meningkatkan kewaspadaan dengan memperhatikan peringatan, serta menjauhi sumber air. Jika pemerintah setempat mengeluarkan peringatan bahaya, segera menghindar melalui jalur evakuasi yang ada di komunitas anda/mencari tempat yang lebih tinggi.
Ketahui apakah komunitas Anda rentan terhadap banjir, jika ya, maka segera siapkan tas siaga bencana, termasuk dokumen anti air, dan tentunya setiap keluarga harus miliki rencana darurat, misalkan kemana harus berkumpul jika sewaktu-waktu bencana kembali melanda.