Minggu, 14 September 2025
Beranda / Berita / Aceh / Tanah Rusak karena Pupuk Kimia, Agroindustri Jadi Solusi Jangka Panjang Pertanian Aceh

Tanah Rusak karena Pupuk Kimia, Agroindustri Jadi Solusi Jangka Panjang Pertanian Aceh

Sabtu, 13 September 2025 22:30 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Naufal Habibi

Ketua Tim Kerja Program, Evaluasi, dan Penerapan Modernisasi Pertanian Balai Penerapan Modernisasi Pertanian (BRMP) Aceh, Husaini. Foto: Naufal Habibi/dialeksis.com.


DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Ketua Tim Kerja Program, Evaluasi, dan Penerapan Modernisasi Pertanian Balai Penerapan Modernisasi Pertanian (BRMP) Aceh, Husaini mengatakan sektor pertanian di Aceh menghadapi persoalan klasik yaitu tanah rusak akibat penggunaan pupuk kimia berlebihan

Menurutnya, penggunaan kimia sintetis yang terus-menerus membuat tanah ketagihan sehingga kesuburan alami semakin berkurang.

“Kalau penggunaan pupuk kimia banyak di pertanian maka akan terus diminta oleh tanah. Jadi upaya masyarakat adalah dengan memberikan pupuk kompos. Ini penting untuk menjaga keseimbangan ekosistem tanah,” jelasnya kepada media dialeksis.com, Jumat, 12 September 2025

BRMP Aceh juga mendorong pengembangan agroindustri sebagai solusi alternatif jangka panjang. Menurut Husaini, agroindustri bukan hanya membuka peluang nilai tambah bagi hasil pertanian, tetapi juga menciptakan lapangan kerja baru di pedesaan.

“Agroindustri bisa menjadi jawaban atas tantangan harga komoditas yang fluktuatif. Petani tidak hanya menjual produk mentah, tapi juga bisa mengolah menjadi produk turunan bernilai jual lebih tinggi,” katanya.

Selain itu, perubahan iklim yang tidak menentu juga menjadi ancaman nyata. Untuk mengantisipasi, BRMP Aceh merekomendasikan petani beralih pada varietas tanaman yang lebih tahan terhadap kekeringan.

“Kalau terkait dengan akibat perubahan iklim, salah satu solusinya adalah penggunaan varietas tanaman yang tahan kekeringan. Ini bagian dari adaptasi yang harus kita lakukan,” tegas Husaini.

Lebih jauh, Husaini juga menyoroti pola pengendalian hama dan penyakit yang masih sangat bergantung pada pestisida kimia. Menurutnya, pola ini perlu diubah secara bertahap dengan mengedepankan cara-cara organik dan ramah lingkungan.

“Perilaku kita dalam mengendalikan hama dan penyakit tanaman jangan terlalu mengandalkan kimia. Memang kelemahan di organik adalah pada saat perangsangan tanaman, tapi dalam jangka panjang itu lebih sehat dan berkelanjutan,” jelasnya.

Dengan sederet tantangan tersebut, Husaini menegaskan bahwa modernisasi pertanian bukan lagi pilihan, melainkan kebutuhan mendesak. Cetak sawah, brigade pangan, pengembangan agroindustri, hingga penerapan teknologi ramah lingkungan menjadi kombinasi strategi yang diyakini mampu mengangkat kembali kejayaan sektor pertanian Aceh.

“Pertanian kita harus berubah. Modernisasi adalah kunci agar petani tetap sejahtera, pangan terjamin, dan lingkungan tetap lestari,” pungkasnya.

Keyword:


Editor :
Alfi Nora

perkim, bpka, Sekwan
riset-JSI
pelantikan padam
sekwan - polda
bpka - maulid
bpka