Beranda / Berita / Aceh / Surya Dharma Terpilih Aklamasi Sebagai Ketua DPW Partai SIRA Kota Banda Aceh

Surya Dharma Terpilih Aklamasi Sebagai Ketua DPW Partai SIRA Kota Banda Aceh

Senin, 25 Juli 2022 14:00 WIB

Font: Ukuran: - +


[Foto: Istimewa]

DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Konferensi Luar Biasa (Konferwillub) Partai SIRA yang digelar oleh Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai SIRA di Bale Bameuba Jeulingke Banda Aceh pada Sabtu, 23 Juli 2022 berhasil menentukan secara aklamasi Ketua Definitif DPW Partai SIRA Kota Banda Aceh. 

Konferwilub yang diikuti oleh jajaran DPW dan DPK se kota Banda Aceh tersebut telah memilih dan menetapkan Surya Dharma, seorang aktivis sosial kemasyarakatan Aceh, sebagai Ketua Dewan Pimpipinan Wilayah (DPW) Partai SIRA kota Banda Aceh untuk periode 2022-2027. 

Berdasarkan rilis yang diterima Dialeksis.com, Senin (25/7/2022), dihadapan Pimpinan sidang Konferwillub, Tgk. Munawar Yusuf, dari unsur DPP Partai SIRA, serta disaksikan oleh Ketua Majelis Tinggi Partai (MTP) SIRA, para peserta dan peninjau konferwilub itu juga langsung dilakukan serah terima Jabatan dari PLT Ketua DPW Partai SIRA Kota Banda Aceh sebelumnya, Muhammad Yusuf kepada Ketua terpilih, Surya Dharma.

 Pelaksanaan kegiatan Konferwillub tersebut dipimpin langsung oleh DPP Partai SIRA serta mendapatkan arahan langsung dari Ketua Mejelis Tinggi Partai (MTP) SIRA, Tgk. H. Muhammad Nazar.

Pentingnya Politik & Menjadi Para Pemenang

Dalam arahan politiknya, usai terpilihnya Surya Dharma sebagai pemimpin Partai SIRA kota Banda Aceh, Ketua MTP SIRA, yang juga pernah menjadi wagub Aceh pilihan langsung periode pertama 2007-2012, itu menyampaikan secara details terkait Partai SIRA, mulai sejarahnya hingga visi misi yang harus dijalankan secara nyata oleh seluruh jajaran Partai SIRA di semua tingkatan, termasuk di kota Banda Aceh selaku ibukota provinsi Aceh. 

H. Muhammad Nazar menekankan bahwa pencerdasan politik rakyat dan penyelamatan Aceh serta pembangunannya yang berperadaban adalah diantara hal yang paling krusial untuk segera dilakukan Partai SIRA.

“Kesadaran terhadap kekurangan dan kelebihan yang dimiliki Aceh menjadi kekuatan penting untuk perbaikan keadaan di Aceh ke depan, jangan pernah merasa hebat padahal masih penuh dengan kekurangan. Tak perlu takut dan ragu dengan trauma dan segala kekurangan Aceh selama ini, kalua kita masih punya niat baik, tekad dan upaya untuk memperbaikinya, Insya Allah masih masih ada jalan keluarnya. Idealnya, kekuatan harus semakin menjadi kekuatan yang bermanfaat, dan kekurangannya juga harus berubah menjadi kekuatan baru,” tambah tokoh aktifis perjuangan referendum penentuan nasib sendiri Aceh tersebut.

“Berpolitik dalam makna melahirkan dan menjadi pemimpin yang memperbaiki, baik dalam lingkungan terkecil maupun terbesar adalah kewajiban yang telah dinyatakan dalam Alquran sejak penciptaan Nabi Adam AS dengan segala cobaan dan tentangan nyata yang selalu dihadapi, meskipun sesungguhnya istilah atau nomenklatur ‘politik’ itu dipopulerkan oleh dunia barat dan negara-negara pemenang perang dunia I dan II, tetapi substansi politik yang hakiki itu datang dari Islam melalui kitab suci Alquran,” ungkap Wagub senior Aceh itu.

Akibat dari penggunaan istilah dan nomenklatur itu, dan ditambah lagi dengan praktik-praktik politik atau kekuasaan yang kotor di berbagai tempat, akhirnya ada saja individu dan pihak yang berusaha menghindarkan diri dari dunia politik, tetapi pada saat yang sama pula, tanpa disadari dan diakui, mereka justru hidup dalam desaign dan pengendalian politik orang lain, yang bisa jadi tak pernah dikenalnya. Karena itu kitab oleh mengambil suatu kesimpulannya, bahwa berpolitik itu memang suatu keniscayaan untuk tujuan memperbaiki, menyelamatkan dan memajukan dunia manusia, sambung Tgk. H. Muhammad Nazar lagi.

Maskot aktivis gerakan sipil SIRA tersebut mengingatkan pula, “Betapa penting menjadi para pemenang ketika terjadi suatu perang dan pertarungan dalam beragam bentuknya di dunia ini. 

Sebab para pemenang itu akan dijadikan referensi atau kiblat dalam banyak urusan. Saat dunia Islam pernah menguasai sebagian Eropa di masa lalu misalnya, istilah-istilah Islam hingga nama-nama berbau ke-Arab-an juga digunakan di Eropa dan pihak non muslim. Begitulah pada berikutnya, istilah politik digunakan hingga ke dunia Islam karena negara-negara Islam menjadi negara ketiga dan terjajah secara dominan di banyak benua.” ungkap Tgk. H. Muhammad Nazar di akhir pidato arahannya. []

Keyword:


Editor :
Alfatur

riset-JSI
Komentar Anda