Surat Terbuka Maharadi, Petani Kopi kepada PLT Gubernur Aceh
Font: Ukuran: - +
DIALEKSIS.COM | Takengon- Salah seorang petani kopi di Aceh Tengah yang juga sebagai aktivis mengirim surat terbuka untuk PLT Gubernur Aceh, Nova Iriansyah.
Surat terbuka yang diterima Dialeksis.com, mengisahkan bagaimana keadaan petani kopi di Gayo, selama wabah melanda negeri ini. Dalam surat itu ada harapan dan keinginan kiranya PLT Gubernur mengambil kebijakan.
Inilah petikan surat terbuka, Maharadi, aktifis Jang-Ko yang sekaligus sebagai petani dan pengolah kopi di sebuah caffe.
Assalamualaikum Ama. Semoga sehat lancar ibadah puasanya dan dimudahkan mengurus negeri Aceh kita.
Dengan keprihatinan yang mendalam saya, Maharadi menulis surat ini kepada Ama, seorang putra Gayo yang lahir dari garis keluarga petani kopi.
Jikapun mungkin ada perbedaan, saat ini saya bisa merasakan penderitaan saudara-saudara petani kopi yang sedang tercekik akibat dampak covid-19.
Harga beli ditingkat petani dan ekspor Kopi Gayo terganggu, Harga jual Kopi Arabika Gayo ditingkat petani saat ini tak menentu, Ama.
Pengepul enggan membeli gabah Kopi dari petani langsung dengan skala besar. Harga gelondong (cherry) saat ini turun berkisar Rp.6000 per bambu sebagian Rp.5000/kg. Saat ini masyarakat mengalami kesulitan menjual kopi setelah panen.
Petani harus merelakan membagi 3/4 kopinya kepada jasa petik, sisa yang dibawa petani 60 % dan belum lagi dikurangi biaya pemupukan, perawatan.
Sementara, sembako yang Ama bagikan melalui dinas sosial Aceh baru datang kemarin, 15 Mei. itu pun sudah lama sekali kami menungu,.di karenakan datanya lambat di serahkan Pemkab disini kepada Ama.
Saat ini, pemerintah Kabupaten belum melakukan upaya kongkrit, membantu petani. Yang ada hanya tawaran menampung kopi dengan sistem resi gudang.
Skema dan syarat resi gudang ini sangat berat bagi petani dengan kondisi saat ini Ama, disebabkan adanya jasa bunga, jasa bank itu sebesar 6 persen per tahun.
Seperti kata Ama, kita harus mengantisipasi kemungkinan terjadinya krisis pangan di tengah pandemi virus Corona atau COVID-19.
Bertepatan di bulan September hingga Desember Tahun ini, terjadi kenaikan produksi kopi Ama, di bulan itu adalah panen raya kopi. Saya khawatir kalau panen raya itu malah menyengsarkan Petani.
Namun, Kami berharap kebaikan Ama tidak hanya sekedar blusukan atau pun himbaun, tapi langsung mengena pada hal yang kongkrit.
Ama sudah sering berkunjung kemari, namun sayangnya kita belum pernah punya waktu untuk bertemu. Karena saya malas kalau ketemu hanya numpang foto Dan selfie saja, sepertinya yang lainya.
Terakhir Ama, kami mengharapkan pemimpin yang mampu membersamai kami dalam keadaan sulit ini. Kami, petani selalu merindukan pemimpin seperti itu.
Ama memiliki kuasa untuk meringkan masalah yang kami hadapi.
Wassalamu alaikum Warahmatullahi wa Barakatuh. Takengon 16 Mei 2020.Hormat saya,Maharadi, Petani kopi.
Surat terbuka itu, bagaikan mewakili seluruh petani yang ada di negeri dalam balutan gunung, yang merasakan dampak dari pertarungan wabah corona. Apa yang disampaikan Maharadi, merupakan realita yang dihadapi petani kopi. (baga)