Beranda / Berita / Aceh / Stock Gula Menipis, Ini Langkah yang Dilakukan Disperindag Aceh

Stock Gula Menipis, Ini Langkah yang Dilakukan Disperindag Aceh

Senin, 23 Maret 2020 15:01 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Im Dalisah

Plt Kadis Perindag Aceh Muslem Yacob, S.Ag, M.Pd saat diwawancarai awak media, Senin, (23/3/2020) di gudang logistik Lambaro. Foto: Ist




DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Plt Kadis Perindag Aceh Muslem Yacob, S.Ag, M.Pd membenarkan bahwa stock ketersediaan gula di gudang logistik Lambaro telah berkurang. Namun, berdasarkan pemantauan pada sidak pasar yang baru saja dilakukan Disperindag Aceh bersama satuan gugus tugas penanggulangan Covid-19 Provinsi Aceh, persediaan gula di pasar masih mencukupi.

"Ketersediaan gula di gudang memang telah berkurang, tapi gula dipasaran masih mencukupi," ujar Muslem saat dikonfirmasi Dialeksis.com, Senin, (23/3/2020).

Menyikapi situasi tersebut, sambungnya, pihaknya telah melakukan beberapa langkah strategis untuk menjamin ketersediaan gula. Ia mengaku telah berkoordinasi dengan sejumlah pengusaha gula asal Aceh yang membeli gula di pulau Jawa.

"Kita berkoordinasi dengan pengusaha gula asal Aceh yang membeli gula di Surabaya. Kemarin sudah sampai 2 kontainer, sebanyak 50 ton. Hari Kamis, akan datang lagi 8 kontainer, kurang lebih 200 ton," jelas Muslem.

Selain itu, lanjut Muslem, Disperindag Aceh sedang mengupayakan agar kuota gula yang diberikan oleh Kemendag melalui Bulog agar segera direalisasikan.

"Jadi kita harapkan jelang Ramadhan ini telah tiba. Kisarannya dari Pak Kabulog 1200 ton," terang dia.

"Disamping itu ada juga dari gula-gula pihak swasta yang mendapat kuota dari Kemendag sebanyak 438 ribu ton. Untuk hal ini kita belum dapat kuota gula yang didistribusikan dari pihak swasta. Yang penting masyarakat tenang dan tidak panik," tambah Muslem sekaligus menghimbau masyarakat agar tidak panik.

Pejabat yang masih berstatus pelaksana tugas di Disperindag Aceh ini mengakui jika kebutuhan yang telah dijelaskan di atas belum mencukupi jika dibandingkan dengan akumulasi penduduk Aceh saat ini. Pun demikian, sambung dia, yang penting adalah memastikan ketersediaan barang dipasaran.

"Kalau ditanya sudah cukup, itu belum mencukupi. Karena kalau dibandingkan dengan kebutuhan masyarakat Aceh saat ini, kita butuh 3750 ton/bulan. Walau tidak mencukupi, yang penting barangnya ada," pungkas dia.

Saat disinggung mengenai upaya membangun komunikasi dengan pihak BPKS Sabang agar bisa memasukkan gula impor ke daratan Aceh, Muslem menerangkan telah melakukan hal tersebut. 

"Saat ini di Sabang memang dibolehkan untuk mengimpor gula untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Sabang. Di gudang sana, hanya tersedia 200 ton yang hanya dialokasikan untuk masyarakat Sabang. Tapi kalau ditarik yang 200 ton itu ke daratan kan kasihan juga masyarakat Sabang," ujar Muslem.

Selain jumlah kesediaan gula di Sabang, sebut Muslem, kendala utama lainnya terbentur pada persoalan regulasi sehingga langkah tersebut belum terealisasi.

"Kalau diberikan ijin oleh Kementrian untuk impor melalui Sabang, dan dibawa ke Sabang, tapi kalau dibawa ke daratan kan kena fiskal juga. Kalau pemerintah mengijinkan impor, melalui pelabuhan Krueng Raya, atau Krueng Geukuh juga boleh, tidak mesti melalui BPKS di Sabang. Saya sudah tanya ke beberapa pengusaha kita, mereka sudah sangat siap. Yang penting ada ijin, mereka bisa loby dari Thailand dan tempat lain. Yang penting regulasinya, nah ini yang sedang kita koordinasikan ke Kemendag. Itu kan kemarin Pak Airlangga (Menko Perekonomian) sudah meminta Kemendag membuka kran. Tentu dalam suasana Covid-19 seperti ini kita harus koordinasi," jelas Muslem. (Im)






Keyword:


Editor :
Im Dalisah

riset-JSI
Komentar Anda