Stimulus Da’i Aceh Terhadap Ajakan Vaksinasi Harus Disampaikan Secara Komprehensif
Font: Ukuran: - +
Reporter : Akhyar
Ketua Dewan Pengurus Wilayah (DPW) Ikatan Da’i Indonesia (IKADI) Aceh Dr Syafrilsyah Syarief. [Foto: IST]
DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Peran ulama, pendakwah, tungku semebeut (ustaz pengajian) dianggap sangat penting dalam meningkatkan cakupan vaksinasi Covid-19, terutama bagi kelompok sasaran lanjut usia (lansia) yang memang cakupannya saat ini masih sangat minim di Aceh.
Merespons hal tersebut, Ketua Dewan Pengurus Wilayah (DPW) Ikatan Da’i Indonesia (IKADI) Aceh Dr Syafrilsyah Syarief mengatakan, pihaknya menyambut positif terhadap program vaksinasi yang digulirkan oleh pemerintah.
Namun, kata dia, perlu diingat bahwa penawaran vaksinasi bagi warga sifatnya pilihan. Masyarakat bisa memilih untuk ikut divaksin atau bisa memilih untuk tidak. Dalam hal ini, lanjut dia, keputusan vaksinasi, semuanya dikembalikan kepada masing-masing individu.
Akan tetapi, tegasnya, bukan berarti para pemuka agama yang ada di Aceh tidak mau menjamah atau menyahuti perannya sebagai penyukses vaksinasi di daerah. Namun, konteksnya adalah penda’i fungsinya sebagai pemberi stimulan ke masyarakat soal program vaksinasi.
“Keterlibatan tungku sumubeut (ustaz pengajian), da’i, atau para pendakwah untuk menyahuti program ini supaya para lansia ingin divaksin, saya kira kembali ke dua pilihan tadi. Artinya para pendakwah ini posisinya menyuarakan kebaikan terhadap program yang sedang digulirkan, misal untuk kesehatan, imunisasi dan untuk menjaga lingkungan agar sehat,” kata Dr Syafrilsyah kepada reporter Dialeksis.com, Banda Aceh, Sabtu (30/10/2021).
Di sisi lain, lanjut dia, penyampaian informasi oleh penda’i soal vaksinasi ke jamaahnya juga perlu berimbang dan komplit. Minimal seorang da’i itu harus paham mengenai fungsi vaksinasi dan bagaimana efek suntikan vaksin ke jamaahnya yang lansia.
“Jadi, tidak boleh kalau hanya menyuarakan fungsi dari efek positif program ini saja, tapi mereka juga harus secara komprehensif menjelaskan efeknya bagi yang sudah berusia lansia,” jelasnya.
Seimbangnya penyampaian informasi, kata dia, dikarenakan program vaksinasi yang sifatnya pilihan. Stimulus untuk vaksinasi, secara komprehensif harus dijelaskan oleh seorang penda’i ketika menyampaikan informasi seputar vaksinasi bagi warga.
“keterlibatan penda’i bagi saya, oke. Tapi penyampaiannya harus berimbang dan komprehensif. Da’i juga harus tahu efek-efek vaksin, dia sampaikan ke para jamaah. Jangan setelah tahu kemudian disembunyikan. Kan jadi tidak fair (adil). Tidak baik begitu,” pungkasnya.