Sosiolog Ungkap Penyebab Ramai Orang Aceh Terlibat Bisnis Gelap Obat Terlarang
Font: Ukuran: - +
Reporter : Nora
Sosiolog ternama Aceh Prof Dr Ir Agussabti MSi. [Foto: dok USK]
DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Beberapa tahun terakhir ini, terungkap fakta bahwa banyaknya orang Aceh yang merantau ke Jakarta dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu untuk menjadi agen penjualan obat-obat terlarang.
Obat-obatan yang dijual secara ilegal tersebut termasuk dalam golongan narkotika golongan 3, yang secara tegas dilarang untuk dijual bebas oleh undang-undang.
Obat terlarang itu berjenis Tramadol, Psikotropika, Klonopin, dan Alprazolam, yang memiliki potensi risiko serius jika tidak digunakan dengan bijak dan hanya berdasarkan resep dokter.
Guna mendalami secara prilaku kemanusiaan, Dialeksis.com menghubungi Sosiolog ternama Aceh Prof Dr Ir Agussabti MSi, Minggu (3/9/2023).
Prof Agus menjelaskan ada 2 faktor penyebab ramai orang-orang Aceh hijrah ke Jakarta menjual obat terlarang. Pertama karena faktor penarik, yaitu berupa harapan ekonomi bisa berubah. Seseorang yang merantau ke Jakarta punya harapan ekonominya bisa berubah dari keterpurukan.
Kedua, lanjutnya, karena ada faktor pendorong. Artinya didorong karena sulitnya ekonomi di Aceh, banyak ketidakpastian ekonomi hingga sempitnya lapangan pekerjaan, maka menarik bagi mereka untuk pindah ke Jakarta karena sistem pertukaran uang disana lebih besar.
"Jadi para perantau itu berpikir semua kegiatan bisa dilakukan dan punya harapan ekonomi lebih baik, lalu karena hanya bidang itu yang terbuka makanya itu dulu yang digeluti," ujarnya.
Untuk itu, Prof Agus menyarankan agar pemerintah membuat suatu grand desain pembangunan untuk mengantisipasi faktor pendorong tersebut agar orang tidak terdorong untuk keluar Aceh.
"Ke depan harus dipikir bagaimana menjamin kepastian pekerjaan, kepastian mata pencaharian, lalu penting juga diciptakan agroindustri berbasis geoproduk di Aceh," ucapnya.
Misal, kata dia, produk pisang sale, bagaimana kedepan pisang sale bisa melahirkan daerah industri untuk memasarkan produk pertanian berbasis besar. Kemudian, sambungnya, ada sawit, sawit juga bisa digabung dengan peternakan.
"Kalau ini sudah ada di Aceh, maka orang-orang itu tidak lagi ke Jakarta, karena sudah terjamin pekerjaan dan terbuka luas untuk siapapun," jelasnya.
Di samping itu juga, kata Prof Agus, perlu perbaikan terhadap sistem pendidikan Aceh kedepan. Bagaimana membuat suatugerakan sosial intelektual, maknanya anak-anak tidak hanya belajar akademik, tetapi jam sekolah setelah siang itu harus ada pelajaran membentuk nilai karakter keagamaan.
"Perlu kita buat grand desain pendidikan Aceh yang berbasis karakter syariah, kalau tidak nanti generasi muda akan terjebak dalam urusan terlarang. Kita ada Dinas pendidikan, Dinas dayah bagaimana kita membuat sebuah payung besar untuk grand desain pendidikan Aceh kedepan," pungkasnya.