Beranda / Berita / Aceh / Soal Kemiskinan, Rektor UTU Imbau Warga Stop Serang Gubernur Aceh

Soal Kemiskinan, Rektor UTU Imbau Warga Stop Serang Gubernur Aceh

Kamis, 01 Juli 2021 15:30 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : akhyar

Rektor Universitas Teuku Umar, Prof Dr Jasman J Ma'ruf [Foto: Ist]


DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Rektor Universitas Teuku Umar, Prof Dr Jasman J Ma'ruf mengatakan sikap masyarakat yang menyalahkan gubernur atas kemiskinan yang menimpa Aceh sudah sangat berlebihan.

Ia meminta masyarakat seutuhnya untuk tidak lagi saling menyalahkan soal kemiskinan dan mulai berusaha mencari solusi untuk perbaikan Aceh ke depan, karena semua pihak ikut berkontribusi dan terlibat atas kegagalan ekonomi ini.

Ia mencontohkan, banyak orang dari ragam profesi yang kadang kala banyak menunda-nunda waktu untuk bekerja. Sehingga pendapatan yang diperolehnya sesuai jatah berapa lama dia bekerja.

"Bagaimana kita bicara soal mengentaskan kemiskinan sedangkan dirinya saja suka menunda-nunda pekerjaan untuk mengentaskan kemiskinan dirinya," kata Prof Jasman dalam Semiloka dengan tajuk Kemiskinan Aceh dalam Perspektif Sosiologi yang disiarkan secara daring melalui Zoom App, Kamis (1/7/2021).

Pada kesempatan yang sama, Prof Jasman juga menegaskan bahwa semua pihak harus ikut terlibat untuk saling mendorong dalam menghilangkan penyakit penundaan pekerjaan ini yang sudah membudaya di tengah masyarakat.

Ia meminta pihak akademisi, Da'i, dan pemerintah tingkat kabupaten/kota dan kecamatan untuk mendorong masyarakat agar giat bekerja dan memberi semacam insight (pemahaman) kepada pemerintah daerah guna menyempurnakan strategi kebangkitan ekonomi di Aceh.

"Sekarang mari kita berhenti mencari-cari alasan kenapa kita miskin. Kalau Aceh ini gagal, kita ikut berkontribusi semuanya. Oleh karena itu kita cari solusi nggak perlu saling menyalahkan siapa pun. Mari kita cari solusi," kata dia.

Rektor itu juga menegaskan, bupati atau walikota sebagai pemerintah kabupaten/kota punya kontribusi lebih besar untuk menurunkan kemiskinan di Aceh.

Hal ini ia katakan karena dia melihat seorang bupati/walikota lebih dekat dengan masyarakat miskin ketimbang gubernur. Dalam hal ini, diharapkan seorang bupati/walikota bisa lebih cepat dan sigap dalam mengatur strategi untuk menurunkan angka kemiskinan di Aceh.

"Ketika semua orang menyerang provinsi Aceh sebagai provinsi termiskin se-sumatera, bupati tepuk tangan seolah menunjukkan dia nggak salah. Itu yang kita tidak mau. Kita inginnya dia ikut berkontribusi," ungkapnya.

"Bupati punya kontribusi lebih besar dalam menurunkan angka kemiskinan dibandingkan dengan gubernur, apalagi pusat yang sangat jauh," pungkasnya. [Akh]

Keyword:


Editor :
Alfatur

riset-JSI
Komentar Anda