Beranda / Berita / Aceh / Siswa Abdya Belajar di Ruang Darurat

Siswa Abdya Belajar di Ruang Darurat

Kamis, 04 Oktober 2018 18:52 WIB

Font: Ukuran: - +

Foto - Iyan

DIALEKSIS.COM | Blangpidie - Sebanyak 19 dari 148 siswa Madrasah Tsanawiyah (MTs) Swasta di Kecamatan Tangan-Tangan, Aceh Barat Daya (Abdya), belajar dalam lokal darurat lantaran keterbatasan ruangan kelas.

Sekolah swasta di Kecamatan Tangan-Tangan ini salah satu sekolah tertua di Kabupaten Abdya. Sekolah swasta itu dibangun pada awal kemerdekaan Republik Indonesia kemudian menjadi MTsS tahun 1999.

"Jika hujan turun, banjir menggenangi lokal darurat ini. Kalau matahari sedang terik, anak-anak tidak sanggup menahan panas," kata Kepala MTs Swasta Tangan-Tangan, Kamaruzzaman, diwawancarai wartawan di ruangan kerjanya, Kamis, 4 Oktober 2018.

Kamaruzzaman menjelaskan, lokal darurat tempat proses belajar 19 siswa kelas II MTsS tersebut dibangun secara swadaya tahun 2012 lalu. Hingga kini lokal itu masih berlantai tanah, tidak memiliki dinding, dan beratap seng bekas.

 "Kami sudah sampaikan kepada pihak Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Abdya, tapi hingga kini belum ada tanda-tanda pembangunan lokal baru," kata dia.

Gedung MTs swasta ini awalnya berada di pinggir jalan nasional tepatnya di samping SMP Negeri 1 Tangan-Tangan. Kemudian tahun 2012 lalu, bangunan MTs ini dialihfungsikan untuk Madrasah Aliyah Swasta (MAS). "Sementara sekolah ini dipindahkan ke Desa Padang Bak Jeumpa," Ungkap Kamaruzzaman.

Ia mengatakan, setelah dipindahkan, sejak itu pula sebagian murid terpaksa belajar dalam lokal darurat lantaran ruangan kelas permanen yang tersedia sangat terbatas, hanya lima ruangan. Sementara jumlah siswa-siswi di madrasah ini setiap tahun bertambah. 

"Jumlah siswa-siswi saat ini 148 orang. Dari jumlah itu, sebanyak 129 siswa belajar dalam gedung permanen. Sementara 19 orang lagi terpaksa belajar dalam lokal darurat, karena tidak tertampung dalam lokal permanen," kata Kamaruzzaman.

Kamaruzzaman mengatakan, proses belajar mengajar dalam lokal darurat tidak berdinding dan berlantai tanah tersebut berlangsung sejak lima tahun lalu.

"Tahun 2016 lalu, madrasah ini ada dapat satu bangunan permanen. Pembangunan gedung itu belum siap  seratus persen. Jendela belum ada, plasteran juga belum, tapi sudah kami gunakan  lantaran ruang lokal terbatas," ujar dia.

Kamaruzzaman mengaku tidak mengetahui jumlah anggaran yang dikucurkan pemerintah untuk pembangunan  satu gedung untuk ruangan belajar tersebut.

"Saya tidak mengetahui sumber anggarannya. Karena saya menjadi kepala MTs ini tahun 2017, sejak sekolah ini masuk dalam Yayasan Sigupai Tanjong," kata Kamaruzzaman. (iyan)

Keyword:


Editor :
Jaka Rasyid

riset-JSI
Komentar Anda