kip lhok
Beranda / Berita / Aceh / Simak Peninggalan Era Prasejarah di Aceh

Simak Peninggalan Era Prasejarah di Aceh

Kamis, 04 Januari 2024 21:30 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Nora

DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Peneliti Independen Arkeologi Kebencanaan, Ambo Asse Ajis mengatakan era prasejarah (zaman batu) di Aceh memiliki potensi kajian dan pengembangan yang sangat besar dan terbuka untuk para peminat zaman ini.

"Objek kajian prasejarah merupakan satu kajian kebudayaan manusia yang multidisplin, umumnya mengkaji tentang ras asal usul manusia sebelum geograsi ras manusia modern seperti saat sekarang ini," kata Ambo Asse kepada Dialeksis.com, Kamis (4/1/2024).

Lebih lanjut, ia menjelaskan, pembabakan atau klasifikasi kebudayaan prasejarah umumnya dibagi atas masa paleolitik atau jaman batu tua, mesolitik atau jaman batu pertengahan dan masa neolitik atau jaman batu muda. Ketiga klasifikasi umum ini masih memiliki percabangan ilmunya sendiri, tergantung dari disiplin ilmu mana yang digunakan.

Misal, sambungnya, pendekatan lingkungan dan lansekap kuno oleh disiplin ilmu geografi kuno, teknologi oleh disiplin ilmu arkeologi, ras oleh disiplin ilmu antropologi ragawi, botani dan hewan kuno oleh disiplin ilmu biologi dan zoologi dan banyak percabangan lainnya.

Ia menyampaikan, masa prasejarah dikenal sebagai masa kebudayaan manusia belum mengenal tulisan dan di Aceh juga terdapat potensi jenis situs prasejarah (paleolitikum, mesolitikum dan neolitikum) ini.

"Untuk era Paleolitikum (jaman batu tua atau awal) di Aceh, sampai saat ini memang masih belum ditemukan bukti arkeologisnya tetapi potensi keberadaannya jelas ada dan besar. Hanya saja butuh kegiatan penelitian-penelitian yang disupport oleh pemerintah, dunia kampus maupun kelompok penelitian," jelasnya.

Anggota Ahli Arkeologi Indonesia Komisariat Aceh dan Sumut itu menyampaikan pada periode Mesolitikum (jaman batu pertengahan) ada bukti-bukti arkeologisnya di Aceh. Beberapa situs yang berhasil dikaji dan sudah dikomunikasikan kepada publik seperti, Situs Bukit Kerang di Kabupaten Aceh Tamiang, Situs Loyang Mendale serta Situs Ujung Kerang di Kabupaten Aceh Tengah dan juga Situs Gua Mabitce di Kabupaten Aceh Besar.

"Tinggalan arkeologisnya, seperti: alat batu serpih, kapak batu, deposit sisa konsumsi kerang, pewarna merah, kerangka manusia, alat-alat dari kerang dan tulang hewan dan banyak lagi lainnya. Umur budaya di situs tersebut antara 13 ribu tahun lalu hingga 8 ribu tahun yang lalu," sebutnya.

Sementara pada periode Neolitikum (jaman batu muda) juga ada di Aceh yang situsnya terdapat di Pulau Weh, Situs Loyang Mendale serta Situs Ujung Kerang di Kabupaten Aceh Tengah. Tinggalan arkeologisnya berupa kapak batu yang dikenal dengan nama kapak persegi dan kapak lonjong.

"Tinggalan lainnya seperti tembikar (gerabah), tinggal di ceruk bukti karst, hidup menetap, domestifikasi hwan, mengenal religi, yang kesemuanya tinggalan budaya disebut budaya Hoabinh. umur budaya ini antara 8 ribu-2 ribu tahun lalu," tutupnya. 

Keyword:


Editor :
Alfi Nora

riset-JSI
Komentar Anda