Beranda / Berita / Aceh / Simak! Hasil Monitoring JSI terhadap Dinamika dan Sentimen Publik Pilkada Aceh 2024

Simak! Hasil Monitoring JSI terhadap Dinamika dan Sentimen Publik Pilkada Aceh 2024

Kamis, 03 Oktober 2024 16:30 WIB

Font: Ukuran: - +


Komisi Independen Pemilihan (KIP) Aceh melakukan agenda pengundian nomor urut pasangan calon (paslon) Gubernur dan Wakil Gubernur Aceh untuk Pilkada 2024 dalam rapat pleno terbuka di Hotel Pade, Aceh Besar, pada pukul 10.00 WIB. [Foto: Naufal Habibi/dialeksis.com]


DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Jaringan Survei Inisiatif (JSI) merilis laporan terbaru terhadap dinamika kampanye Pilkada Aceh 2024 dari tanggal 1-26 September. 

Periode ini penuh dengan isu-isu krusial yang dipicu oleh peristiwa penting seperti bom di kediaman Bustami pada 2 September, tes mengaji bagi calon gubernur dan wakil gubernur pada 4 September, serta meninggalnya calon wakil gubernur Tu Sop, pada 7 September. 

Dalam laporan tersebut, JSI menggunakan kata kunci seperti Muzakir Manaf, Fadhlullah, Mualem, Dek Fad, Bustami Hamzah, Tu Sop dan Fadhil Rahmi untuk memantau sentimen publik melalui data percakapan di media sosial dan online berkaitan dengan topik/kata kunci yang telah ditentukan. 

Tim JSI memproses pemilahan sentimen dengan sistem double layer; layer atau lapis pertama yaitu menggunakan bantuan A.I dan lapis kedua dilanjutkan dengan data cleaning oleh tim olah data JSI.

Selama periode tanggal 1 - 26 September 2024, Tim JSI berhasil mengumpulkan data berupa mentions atau percakapan sebanyak 12.961 mentions dan bersumber paling banyak dari media sosial tiktok yaitu 6.287 mentions dan diikuti oleh media berita online yaitu 2.935 mentions.

Isu seputaran topik Muzakir Manaf dan Fadhlullah 

Dalam pantauan ini, Muzakir Manaf alias Mualem dan Fadhlullah alias Dek Fad menonjol sebagai sosok yang banyak diperbincangkan, baik secara positif maupun negatif. Isu-isu yang terkait dengan kedua calon ini mencerminkan perpecahan sentimen di antara para pendukung mereka, menciptakan narasi dominan di media sosial yang kemudian diperkuat oleh liputan media massa.

Salah satu isu negatif yang mencuat adalah dugaan adanya dukungan dari Aparatur Sipil Negara (ASN) kepada Mualem. Temuan ini memicu reaksi negatif, karena keterlibatan ASN dalam politik praktis dianggap melanggar aturan netralitas, sehingga mengundang kritik tajam dari berbagai kalangan.

Isu lainnya terkait kemampuan Mualem dalam membaca Al-Quran saat mengikuti tes mengaji yang diadakan sebagai bagian dari persyaratan calon gubernur. Sebagian pengguna media sosial mengomentari bahwa Mualem lebih mengandalkan irama daripada kefasihan dalam melafalkan ayat-ayat Al-Quran.

Selain itu, pidato Mualem pada saat pendaftaran di Komisi Independen Pemilihan (KIP) Aceh juga menjadi bahan perbincangan. Dalam pidato tersebut, ia secara tidak sengaja menyebutkan "meningkatkan pengangguran," yang seharusnya "mengurangi pengangguran." Kesalahan ini langsung mendapat sorotan tajam dari publik dan berujung pada gelombang perbincangan negatif di media sosial, memperlemah citra Mualem-Dek Fad di mata pemilih.

Komentar selanjutnya, adanya tuduhan keberpihakan DPR Aceh kepada pasangan ini, karena hingga kini belum ada penetapan paripurna untuk kesepakatan MoU Helsinki bagi pasangan Bustami Hamzah-Fadhil Rahmi. Selain itu, wacana lama Muzakir Manaf ketika masih menjabat sebagai Wakil Gubernur pada tahun 2012, terkait keberangkatan haji menggunakan kapal pesiar, kembali diungkit dan menjadi bahan perbincangan di media sosial.

Meskipun menghadapi sejumlah kritik, Mualem juga berhasil menarik simpati publik dengan berbagai isu positif yang menguatkan citranya sebagai pemimpin. Dukungan luas yang diterimanya sebagian besar didasarkan pada pandangan bahwa kepemimpinannya berakar kuat pada nilai-nilai budaya dan kearifan lokal Aceh. 

Selain itu, kedekatannya dengan ulama menjadi salah satu faktor utama yang memperkuat posisinya. Beberapa kali Mualem melakukan kunjungan ke tokoh-tokoh ulama Aceh, termasuk dukungan yang diberikan oleh partai-partai berbasis agama, seperti Partai Gabthat. 

Mualem juga dianggap mampu menawarkan solusi konkret bagi pembangunan Aceh. Banyak pendukungnya yang percaya bahwa ia adalah tokoh yang bisa membawa perubahan positif dalam memperbaiki infrastruktur dan perekonomian daerah. 

Berdasarkan pantauan tim Monitoring Data, banyak akun yang mengapresiasi penyampaian visi-misi mereka, yang dianggap lebih unggul dibandingkan dengan pasangan lainnya. Penarikan nomor urut dua juga membangkitkan optimisme di kalangan pendukung, yang menilai bahwa nomor tersebut membawa keberuntungan, merujuk pada hasil Pilpres 2024. Selain itu, pengalaman Muzakir Manaf sebagai Wakil Gubernur pada tahun 2012 dianggap sebagai modal penting dalam kepemimpinannya di masa depan.

Isu seputaran topik Bustami Hamzah dan Tu Sop & Fadhil Rahmi

Bustami Hamzah berhasil mendapatkan apresiasi publik berkat program penuntasan kemiskinan dan penguatan jaminan kesehatan yang ia usung selama masa kampanye. Program ini dianggap relevan dan mendesak bagi masyarakat Aceh, sehingga mendapatkan respon positif di berbagai kalangan.

Selain itu, capaian Bustami saat menjabat sebagai Pj Gubernur Aceh dalam mengembalikan proyek jalan tol Aceh sebagai Proyek Strategis Nasional (PSN) juga dipandang sebagai keberhasilan besar. Proyek ini dinilai penting bagi pengembangan infrastruktur di Aceh dan semakin memperkuat citra Bustami sebagai pemimpin yang fokus pada pembangunan.

Keberhasilannya menggandeng ulama sebagai calon wakil gubernurnya, yaitu almarhum Tu Sop, juga menambah nilai positif bagi kampanye Bustami. Kedekatannya dengan kalangan ulama menjadi salah satu faktor yang membuatnya diterima oleh masyarakat Aceh yang religius.

Usai Tu Sop meninggal dunia, Bustami Hamzah dipasangkan dengan Fadhil Rahmi. Di media sosial, pemilihan Syech Fadhil sebagai calon wakil gubernur mendapat apresiasi luas dari masyarakat, yang menilai keputusan ini sangat tepat. Kampanye pertama pasangan ini juga disambut dengan antusiasme yang positif di berbagai daerah.

Namun, di sisi lain, Bustami juga tidak lepas dari kritik, terutama terkait kemampuan mengajinya yang disorot selama tes mengaji. Dugaan korupsi sebesar Rp 4,3 miliar di Dinas Kesehatan saat ia menjabat sebagai Pj Gubernur Aceh pun kembali diangkat di media sosial, terutama di TikTok. Selain itu, penggunaan fasilitas negara untuk kampanye juga menjadi bahan kritik yang ramai diperbincangkan, menimbulkan sentimen negatif di sebagian kalangan.

Namun, mereka juga dihadapkan pada sejumlah isu negatif. Berdasarkan pantauan tim monitoring, kekhawatiran muncul di kalangan masyarakat terkait kemungkinan pasangan Bustami terancam gagal maju karena dianggap tidak memenuhi syarat tertentu. Selain itu, rapat Badan Musyawarah DPR terkait penandatanganan MoU Helsinki yang diharapkan mendukung pasangan ini tertunda karena kuorum tidak tercapai, menambah ketidakpastian.

Isu lain yang sempat mencuat adalah kabar bahwa Ustaz Abdul Somad (UAS) akan ikut berkampanye mendukung Syech Fadhil. Namun, UAS dengan tegas membantah kabar tersebut, menegaskan posisinya yang netral dalam kontestasi politik ini, yang menjadi topik hangat di media sosial.

Keyword:


Editor :
Redaksi

riset-JSI
Komentar Anda