Beranda / Berita / Aceh / SEMMI Komisariat Kenang Perjalanan Hidup Bapak Teknologi Indonesia B.J. Habibie

SEMMI Komisariat Kenang Perjalanan Hidup Bapak Teknologi Indonesia B.J. Habibie

Minggu, 21 Maret 2021 11:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Akhyar
[Foto: Akhyar/Dialeksis]

DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Sabtu (20/3/2021) kemarin, Serikat Mahasiswa Muslimin Indonesia (SEMMI) Komisariat Malikussaleh Banda Aceh mengadakan Program Rutin Sharing Session dengan tema "Menilik Habibie-Ainun Dalam Mempertahankan Cinta dan Negara." 

Pemantik acara, Cutbang Suhaili dengan sendu menceritakan perjuangan Bapak Teknologi Indonesia B.J. Habibie dari masa kecil yang bermimpi ingin membuat pesawat hingga ia dewasa dan menuntut ilmu di Jerman untuk mewujudkan cita-cita membuat sebuah pesawat pertama di Indonesia dengan nama N-250.

Tak hanya itu, Cutbang Suhaili juga dengan detail menceritakan cinta Habibie kepada Ainun.

“Jika, kita ingin melihat bagaimana sih cinta sejati itu, maka lihatlah Presiden Ke-3 kita pak Habibie dan Ibu Ainun. Tak perlu seseorang yang sempurna, cukup temukan orang yang selalu membuatmu bahagia dan membuatmu berarti lebih dari siapa pun,” ujar Cutbang Suhaili dalam sesi penyampaian cerita.

Anggota Serikat Mahasiswa Muslimin Indonesia lainnya, Bella Disa Novita menambahkan, B.J. Habibie adalah Sosok jenius dan setia serta bisa membawa sebongkah Jasa bagi bangsa Indonesia. 

“Saya kira kita harus mengartikan nama Habibie dengan arti yang dicintai dan mencintai,” tambah Bella.

Ketua SMMI Komisariat Malikussaleh Banda Aceh, Said Habibi mengungkapkan, dirinya masih teringat dengan perjalanan tampuk kepemimpinan Presiden Habibie pasca menggantikan Soeharto.

Said menguraikan, pertama, Presiden Habibie berhasil melambungkan angka Rupiah dengan satuan mata uang Dollar Amerika.

Kedua, Presiden Habibie juga mampu meredakan banyak kerusuhan yang terjadi.

“Walaupun pak Habibie sebagai orang Golkar yang banyak dibenci masyarakat pada waktu itu. Tapi demo yang menduduki MPR untuk melengserkan Habibie bisa dibubarkan dengan tertib. Padahal cara tersebut berhasil melengserkan Soeharto, namun gagal melengserkan Habibie,” jelas Said.

ketiga, pers dibebaskan dan tidak lagi memerlukan Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) dalam menjalankan usaha penerbitan. Media pada waktu itu, asal bisa mencetak dan punya konten dipersilahkan untuk menyebarluaskan. 

“Apakah bisa membawa profit atau tidak, itu urusan penerbit. Murni bisnis. Jadi, pemerintah tidak bisa lagi membubarkan atau membredel media. Kalau ada konten yang nggak bener, nanti tinggal dituntut saja secara hukum,” jelas Said.

Keempat, semasa kepemimpinan Habibie, Bank Indonesia (BI) dilepas dari pemerintahan sehingga bisa independen dalam membuat kebijakan. Kemudian, seorang Presiden tidak bisa lagi mengangkat atau memberhentikan kewenangan eksekutif BI.

Kelima, menyelenggarakan Pemilihan Umum (Pemilu) yang benar-benar demokratis dan diikuti oleh 48 partai dengan segala paham yang ada.

“PDI abal-abal yang mengusir Megawati akhirnya kalah telak dari PDI-Perjuangan yang awalnya tidak bisa ikut Pemilu 1997, namun menang pada pemilu 1999. Golkar juga secara resmi menyandang status sebagai partai,” jelas Said.

Keenam, selama kepemimpinan Habibie juga para partai-partai nasionalis termasuk Golkar, mencoba meraih hati Tionghoa setelah dimusuhi selama 32 tahun tanpa melakukan kesalahan.

Ketujuh, Habibie juga merelakan masa jabatannya yang seharusnya 1998-2003 tapi dipotong sampai 1999 saja untuk menyelenggarakan Pemilu lagi dan Pemilihan Presiden lagi.

“Padahal Habibie bisa bersaing untuk jabatan Presiden di periode ke dua. Tapi Habibie memutuskan tidak ikut Pemilu lagi setelah Pertanggungjawabannya ditolak MPR,” pungkas Said.

Keyword:


Editor :
Sara Masroni

riset-JSI
Komentar Anda