Sekretaris DPW Apkasindo Aceh: Kampanye Negatif Sawit Harus Dilawan
Font: Ukuran: - +
Reporter : Baga
Fadhli Ali, SE Sekretaris Apkasindo (Asosiasi Petani Kepala Sawit) Provinsi Aceh. [Foto: Ist]
DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Pebisnis Uni Eropa mengkampanyekan negatif sawit, pemerintah RI berkolaborasi dengan Malaysia berupaya melawan kampanya negatif itu dengan mengkampanyekan positif sawit secara efektif, efesien dan tepat sasaran.
Kampanye positif sawit yang dilakukan menteri perkonomian Airlangga Hartarto dan Menteri Perladangan dan Komoditi Malaysia Datok Hajah Zuraidah, mendapat dukungan dari Sekretaris DPW Apkasindo Aceh.
Menurut Fadhli Ali, SE Sekretaris Apkasindo (Asosiasi Petani Kepala Sawit) Provinsi Aceh, pihaknya mengapresiasi dan mendukung langkah yang dilakukan pemerintah Indonesia dalam mengantisipasi kampanye negatif yang dilakukan oleh Uni Eropa.
“Kampanye negatif yang dilakukan Uni Eropa beserta antek-antek mereka di tanah air adalah upaya bisnis, mereka kerap menuduh bahwa kelapa sawit adalah biang keladi terjadi perubahan iklim dan merusak lingkungan,” sebut Fadhli Ali, menjawab Dialeksis.com, Rabu (27/10/2021) via selular.
Menurutnya upaya yang dilakukan pemerintah RI dan Malaysia merupakan langkah antisipasi mempertahankan siklus harga tetap terus tinggi, melalui peningkatan konsumsi CPO dalam negeri antara lain melalui konversi BBM ke B30-B40.
Fadhli yang juga politisi Nasdem ini menjelaskan, kampanye negatif yang muncul selama ini kerapkali menuduh bahwa kelapa sawit adalah biang keladi terjadinya perubahan iklim. Terlalu banyak mulai merusak lingkungan, menyerap banyak air, merusak hutan, penyebab pemanasan global dan juga merusak lahan gambut serta minyak yang mengandung lemak.
Oleh karenanya, sebut Fadhli Ali, sangatlah tepat pemerintah terus menerus berkampanye untuk menekan isu tersebut. Menyampaikan informasi dan mengkomunikasikan kebijakan serta upaya mengembangkan industri kelapa sawit nasional dengan memperhatikan prinsip keberlanjutan (Sustainability) dan ramah lingkungan.
“Harga TBS dan CPO yang tinggi saat ini merupakan dampak nyata yang tidak dapat terbantahkan dari keberhasilan pemerintah Indonesia dalam mengantisipasi berbagai kampanye negative, serta keberhasilan dalam mengurangi ketergantungan harga pada pasar ekspor CPO dengan "membakar" sebagian produksi CPO melalui konversi CPO jadi bahan bakar yang ramah lingkungan,” jelasnya.
Menurutnya, kerjasama dan sinergi dengan Malaysia merupakan keniscayaan. Mengingat Indonesia dan Malaysia adalah negara produsen utama CPO dunia. Kedua negara ini harus lebih "berdaulat" dalam menentukan harga barang yang diproduksinya.
Asosiasi Petani Kelapa Sawit (Apkasindo) Aceh juga berharap agar pihak-pihak yang selama ini seringkali kerap menyampaikan atau melaporkan informasi negatif tentang kelapa sawit ke dunia internasional, agar objektif dan jangan "lugu" memandang kecemasan komunitas internasional khususnya UE terhadap kelapa sawit semata- mata berbasis kelestarian lingkungan hidup global.
“Ketahuilah bahwa dibalik itu ada ancaman bisnis dan ekonomi bangsa-bangsa Eropa yang ladang pertanian mereka memproduksi minyak nabati meliputi 3 komoditas, yakni soybean oil (SBO), rapeseed oil (RSP) dan Sunflower oil (SFO),” sebut Fadhli.
Oleh karenya, Apkasindo Aceh sangat mendukung upaya pemerintah dalam mengkampanye positif sawit secara efektif, efesien dan tepat sasaran. (Baga)