Sejak Oktober 2021, RSUD Meuraxa Banda Aceh Kembali Layani Hemodialisis
Font: Ukuran: - +
dr. Muzakkir Ilyas, Sp.PD-KGH Spesialis Penyakit Dalam, Konsultan Ginjal dan Hipertensi RSUD Meuraxa. [Foto: Diskominfotik Banda Aceh]
DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan masyarakat, Rumah Sakit Daerah (RSUD) Meuraxa Kota Banda Aceh sejak bulan oktober tahun lalu kembali membuka layanan Hemodialisis.
Sejatinya, layanan Hemodialisis pernah ada di RSUD Meuraxa, namun sejak dokter penanggung jawab melakukan studi lanjutan, layanan tersebut berhenti.
Penanggung jawab layanan Hemodialisis, dr. Muzakkir Ilyas, Sp.PD-KGH Spesialis Penyakit Dalam, Konsultan Ginjal dan Hipertensi RSUD Meuraxa mengatakan, Hemodialisis merupakan terapi cuci darah di luar tubuh. Terapi ini umumya dilakukan oleh pengidap masalah ginjal yang ginjalnya sudah tak berfungsi dengan optimal.
“Pada dasarnya, tubuh manusia memang mampu mencuci darah secara otomatis, tapi bila terjadi masalah pada ginjal, kondisinya akan lain lagi,” kata Muzakkir, Rabu (3/8/2022).
Menurutnya, ginjal sendiri merupakan organ yang punya peran vital dalam tubuh. Organ ini bertanggung jawab untuk penyaringan darah. Selain membersihkan darah dalam tubuh, ginjal juga membentuk zat-zat yang menjaga tubuh agar tetap sehat. Namun, pada pengidap penyakit ginjal kronis ataugagal ginjal, organ ini sudah tidak bisa berfungsi dengan baik.
“Kondisi itulah yang membuat tubuh membutuhkan proses cuci darah menggunakan bantuan alat medis. Dengan kata lain, dalam kondisi ini, Hemodialisa menggantikan peran ginjal ketika organ tersebut sudak tidak mampu bekerja secara efektif,” jelasnya.
Muzakkir Ilyas juga menjelaskan, proses Hemodialisa itu sendiri, darah dialirkan ke luar tubuh dan disaring di dalam ginjal buatan atau yang disebut dengan dialyzer. Darah yang telah disaring kemudian dialirkan kembali ke dalam tubuh.
“Rata-rata manusia mempunyai sekitar 5,6 s/d 6,8 liter darah, dan selama proses Hemodialisa hanya sekitar 0,5 liter yang berada di luar tubuh, darah tersebut kemudian disaring, sehingga zat-zat kotor dalam darah menempel pada alat tersebut, sehingga darah yang dimasukan kedalam tubuh manusia itu darah yang sudah melalui proses penyaringan,” urainya lagi.
Ia menyebutkan, kebanyakan gagal ginjal disebabkan penyakit kronik seperti Diabetes dan Hipertensi.
“Kebanyakan gagal ginjal disebabkan oleh dua hal tersebut, ketika manusia mengidap Diabetes dan Hipertensi kebanyakan akan mengalami gagal ginjal,” tuturnya.
Ia mengatakan, ada beberapa kasus gagal ginjal akut yang memang harus berulang kali melalui proses hemodialisis.
“Biasanya itu terjadi pada mereka yang benar-benar kronis, beberapa kali kita lakukan Hemodialisis dan alhamdulillah ada beberapa orang yang sudah normal kembali,” ucap dr. Muzakkir.
Untuk pelayanan yang diberikan kepada pasien, ia menjelaskan, secara umum pelayanan dan alat yang diberikan kepada pasien itu semua sama mungkin hanya ada sedikit perbedaan tambahan obat yang diberikan.
“Tapi itu tergantung pada rumah sakit itu sendiri, nah untuk kita di Meuraxa kita memberikan semua obat yang dibutuhkan oleh pasien,” tuturnya.
Muzakkir mengungkapkan, layanan Hemodialisis ini harus ada di seluruh RSU milik Pemerintah, mengingat, pasien yang membutuhkan layanan ini juga datang dari berbagai kabupaten/kota.
“Kasihan masyarakat yang datang dari jauh, mereka harus mengeluarkan biaya transportasi dan penginapan di Banda Aceh untuk mendapatkan layanan Hemodialisis ini, selama ini banyak pasien yang datang ke RSUD Meuraxa dan RSUDZA untuk pemasangan akses pertama selanjutnya mereka menjalani terapi ditempat masing-masing,” katanya.
Ia mengimbau, bagi masyarakat yang memiliki penyakit kronis untuk memeriksakan kondisinya kepada dokter yang berkompeten, sehingga target pengobatan yang diberikan oleh dokter kepada pasien dapat tercapai dan tidak sampai mengalami gagal ginjal.
Sebagai informasi tambahan, sejak 19 Oktober 2021 yang lalu, saat pertama kali layanan Hemodialisis dibuka kembali di RSUD Meuraxa, tercatat 379 tindakan layanan yang diberikan kepada masyarakat, baik dari Banda Aceh, Aceh Besar, Aceh Jaya, Sabang dan Bireuen.
“Sudah 379 tindakan yang kita lakukan, saat ini RSUD Meuraxa memiliki 10 alat dialyzer yang kita gunakan,” pungkasnya. [DKB]