Rustam Pengamat Ekonomi: Banyak Bank Kelimpungan, Sulit Lakukan Pembiayaan Saat Pandemi
Font: Ukuran: - +
Reporter : Baga
Rustam Effendi. [Foto: Ist]
DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Rustam Effendi pengamat ekonomi menilai bank bank yang beroperasi saat ini banyak yang kelimpungan, tantangan besar. Banyak usaha yang jatuh, kalau dilihat secara sektoral, data ekonomi pertumbuhanya negatif.
Hal itu dijelaskan Rustam Effendi, Sabtu (24/07/2021) menjawab Dialeksis.com, sehubungan dengan perkembangan bank disaat pandemi. Menurutnya, saat pandemi banyak sektor usaha kelimpungan, semuanya ini karena efek global terjadi diseluruh negara.
“Pandemi yang dihantam bukan lokal dan regional, namun global. Tanaman pangan, perikanan, keluatan, industry pengolahan, kontruksi, air bersih, jasa keuangan, administasi pemerintah dan jasa pemerintaha, semuanya terkena imbas,” jelas Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis USK.
Rata-rata semuanya negatif terkontraksi, yang positif adalah pertanian. Dilain sisi selama pandemi ini media sosial, jasa internet tumbuh pesat. Ekonomi disektor ini mengalami pertumbuhan. Namun walau pertumbuhan disektor ini pesat, namun bila dikaji pertumbuhan ekonomi itu negatif.
“Aceh saja juga negatif, minus 0,37 persen, bahkan untuk nasional diangka 2 persen, ini maknanya memang ekonomi tidak tumbuh,” sebutnya.
Dampaknya pihak bank kewalahan kemana mau kasih pembiayan, kemana mau dia berikan pinjaman. Selama ini banyak sumber pembiayaan bank, namun ketika ekonomi ini tidak menggeliat, efeknya kepada bank. Apalagi bank-bank yang mengandalkan sumber pendapatanya dari sektor produksi.
Bank-bank yang aman, jelasnya, selama ini mengandalkan pembiayaan dari sektor konsumtif, seperti memberi pinjaman kepada kepada PNS. Bank ini aman dia. Kalau bank yang mengandalkan produktif, saat pandemik ini mereka akan kelimpungan.
“Aceh, kita hanya punya satu bank sekarang berstatus syariah. Secara pilihan hanya ada satu jenis bank. Efeknya untuk Aceh juga saat signifikan. Sementara skala nasional dibawah 1 persen.” Jelasnya.
“Sementara Aceh terhadap Sumatra dibawah 5 persen, sudah pasti bank akan kesulitan dalam melakukan pembiayaan. Sumber pendapatan bank kan pada pembiayaan. Kalau dia kumpulkan uang fungsi intermediasi dia mainkan. Dia himpun dari nasabah lalu dia kembalikan uang itu. Atau sebagian dia tetapkan dalam bentuk apalah di bank sentral,” jelasnya.
Pihak bank menyimpanya, dia dapat bunga. Namun, tentunya yang lebih besar pendapatan bank ketika dia pergunakan dalam bentuk pembiayaan. Dia kembalikan kepada masyarakat dalam bentuk pinjaman. Itu menjadi sumber pendapatan bank, sebut Rustam.
Dijelaskanya, pendapatan itulah yang menjadikan sumber opersaional bank, untuk pegawai, bayar listrik, ini dan itu. Sudah pasti ketika situasi pendemi, aktifitas mengalami kontraksi, mengalami penciutan mengalami penurunan.
Maka, jelasnya, berimbas pada kegiatan bank. Ototamtis setiap bank, setiap usaha ingin dapat laba. Namun beban dalam situasi pandemi ini tidak mungkin semuanya diefesienkan. Sementara gaji, biaya operasional harus tetap dikeluarkan. Biaya operasional harus tetap ditanggung.
Sementara dilain sisi pendapatan belum pasti. Kebutuhan belanja tetap, sementara pemasukan mengalami penuruan, laba pasti akan menciut. Otamatis sangat berdampak pada bank, mereka menghadapi tantangan besar, jelasnya.
Bank terancam likuidasi? Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), Halim Alamsyah, mengatakan Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) tengah menyiapkan berbagai strategi untuk menjaga agar perbankan Indonesia selamat dari gempuran pandemi Virus Corona.
Dalam keteranganya, Halim Alamsyah menyebutkan, jika suatu saat terjadi kesulitan likuiditas maka pihaknya hanya mampu menyelamatkan 4 sampai 5 bank.
"4 hingga 5 bank masih bisa ditangani LPS. Tetapi kalau sudah masuk ke bank besar, atau bank sistemik, saya rasa sudah tidak mungkin LPS punya kemampuan keuangan," ujar Halim dalam rapat kerja dengan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) di Jakarta April lalu.
Bila pertumbuhan ekonomi masih tetap negatif, seluruh sisi kehidupan akan berdampak, tidak terkecuali untuk para perbankan. (baga)