Remaja Diminta Cegah Kekerasan Terhadap Sesama, Ini Pesan Ketua Tim Penggerak PKK Aceh
Font: Ukuran: - +
Ketua TP-PKK Aceh, Ny. Ayu Marzuki saat menjadi narasumber pada Talk Show International Youth Day di Kantor BKKBN Perwakilan Provinsi Aceh, Banda Aceh, Minggu (13/8/2023).
DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Penjabat Ketua Tim Penggerak PKK Aceh Ayu Candra Febiola Nazuar, meminta remaja Aceh agar lebih menjaga lingkungan dan mencegah kekerasan terhadap sesama remaja, termasuk kekerasan seksual, dalam upaya mempersiapkan mereka menjadi generasi pembangun bangsa di masa depan.
Hal itu disampaikan wanita yang juga dikenal Ayu Marzuki itu, dalam peringatan International Youth Day atau peringatan Hari Remaja Internasional 2023, di halaman Kantor Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Perwakilan Provinsi Aceh, Minggu (13/08/2023).
Acara itu juga di warnai dengan jalan santai yang diikuti oleh seratusan remaja Aceh yang diwarnai dengan pembagian, ratusan kupon doorprize, serta Talkshow bersama Ayu Marzuki, PLT Kepala BKKBN, Aktifis Lingkungan USK, dan Duta Genre Aceh tahun 2022, dengan tema utama “Green Youth Festival”.
Ayu menerangkan, kesadaran remaja Aceh terhadap lingkungan cenderung masih terbagi dua, ada kubu remaja yang sangat konsen terhadap lingkungan, dan sebahagian lagi masih banyak juga remaja yang apatis terhadap hal tersebut. “Tentu ini menjadi PR besar bagi Aceh untuk meningkatkan kesadaran ini pada remaja, agar mereka bisa merawat dan menjaga lingkungan, ini sangat perlu digerakkan dari semua lini,” kata Ayu saat dijumpai seusai kegiatan tersebut.
Selain itu, Ayu juga mengungkapkan angka kekerasan terhadap remaja juga relatif tinggi berdasarkan laporan Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Aceh (DP3A). Sehingga hal itu membuat kesehatan remaja baik fisik maupun mental terganggu, yang berdampak jangka panjang terhadap kaum muda.
Karena hal itu, Ayu mengajak semua pihak khususnya Ketua TP PKK kabupaten dan kota se Aceh, untuk terus bergerak melakukan penguatan-penguatan pola asuh terhadap anak, hingga mereka beranjak dewasa. Terutama penyiapan di masa pubertas mereka.
Karena pubertas adalah masa transisi anak menuju dewasa. Di masa ini waktu penting untuk membentuk dan memperkenalkan pendidikan seksual sejak usia dini atau PAUD. “Di masa ini anak sudah diajarkan secara bertahap pengenalan bagian penting dari tubuhnya, kemudian apa yang boleh disentuh dan tidak. Ketika mendekati masa pubertas ini orang tua dan pihak sekolah harus mengajarkan itu dengan baik,” ujarnya.
Apalagi, di era digitalisasi ini, akses informasi yang kian mudah digapai membuat anak-anak akan mencari tahu segala informasi sendiri, sehingga pemahaman mereka tentang seksualitas akan sangat vulgar lantaran tidak adanya bimbingan. “Kita anggap pendidikan seksual itu tabu, tapi justru kita kebobolan dari medsos dan internet, karena pornografi ada digenggaman kita (gadget) dan siapapun bisa mengakses bahkan anak-anak,” kata Ayu.
Karena Itu, Ayu meminta para orang tua agar lebih sadar dan peka terhadap tingkah laku anak, kemudian dan tidak lagi menganggap pendidikan seksual bertahap itu tabu. Dan bangun komunikasi hangat dengan anak, dengan benar-benar mempersiapkan masa pubertasnya.
Ia mengungkapkan, pendidikan seksual yang disampaikan secara bertahap dengan bahasa ibu dan kehangatan orang tua akan lebih efektif dibandingkan, kasih informasi dadakan yang diperoleh dari luar. Walaupun proses pendidikan ini butuh waktu panjang dan harus dimulai sedini mungkin, yakni dari usia 0 hingga 10. “Jadi peran orang tua dalam pola asuh harus digencarkan.”