Ramai Soal Gempa Megathrust, Ini Kata BMKG
Font: Ukuran: - +
Reporter : Nora
Ilustrasi(MAST IRHAM/EPA)
DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Indonesia menjadi salah satu negara yang rawan terjadi bencana alam, termasuk gempa bumi. Baru-baru ini, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyampaikan kekhawatirannya terkait potensi gempa di dua zona Megathrustyang dapat memicu tsunami.
Menanggapi hal itu, Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Geofisika Aceh Besar, Andi Azhar Rusdin menegaskan pentingnya pemahaman masyarakat terkait informasi ini.
"Hingga saat ini, belum ada ilmu pengetahuan dan teknologi yang mampu secara tepat dan akurat memprediksi terjadinya gempa kapan, di mana, dan berapa kekuatannya. Kita tidak tahu kapan gempa akan terjadi, meskipun potensinya ada," kata Andi kepada Dialeksis.com, Senin (18/8/2024).
Ia menambahkan, informasi tentang potensi gempa Megathrust yang saat ini berkembang bukanlah prediksi atau peringatan dini.
"Masyarakat tidak perlu menafsirkan ini sebagai pertanda bahwa gempa besar akan segera terjadi," tegasnya.
BMKG juga mengimbau masyarakat untuk tetap tenang dan melanjutkan aktivitas seperti biasa. "BMKG selalu siap memberikan informasi gempa bumi dan peringatan dini tsunami secara cepat dan akurat melalui kanal resmi kami, baik melalui situs web, aplikasi Info BMKG, maupun jejaring media sosial BMKG," ujar Andi.
Andi menjelaskan, Megathrust sendiri merupakan istilah untuk fenomena gempa besar dengan magnitudo lebih dari 8 yang terjadi di zona subduksi area pertemuan dua lempeng tektonik pada kedalaman dangkal, di mana salah satu lempeng menyusup ke bawah lempeng lainnya.
Indonesia memiliki 13 zona Megathrust, termasuk di Aceh-Andaman yang terletak di bagian barat Indonesia, serta di Papua di bagian timur. Di Aceh, terdapat dua zona sumber gempa: zona subduksi di laut barat Aceh dan zona patahan aktif di laut serta darat Aceh.
"Setiap zona memiliki potensi gempa dengan kekuatan yang bervariasi. Sejarah mencatat gempa besar di laut barat Aceh pada 26 Desember 2004 dengan magnitudo 9,2 SR," ungkap Andi.
Perlu diketahui, untuk menghasilkan gempabumi kekuatan yang besar seperti gempa pada tahun 2004 lalu, membutuhkan waktu yang cukup lama untuk merilis sebuah energi yang besar.***