Direktur Utama PT PEMA, Zubir Sahim dan Direktris PT Alpine Green, Iyohama, memperlihatkan naskah perjanjian kerja sama terkait pemakaian lahan industri KIA Ladong, Aceh Besar. [Foto: Dialeksis/ftr]

DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - PT Alpine Green akan membangun pabrik pengelolaan cangkang sawit untuk pasar ekspor di atas lahan seluas 200 hektar di Kawasan Industri Aceh (KIA) di Desa Ladong, Kecamatan Mesjid Raya, Kabupaten Aceh Besar.

Direktris PT Alpine Green Energy, Iyohama mengatakan, pembangunan pabrik pengelolaan cangkang sawit tersebut akan dimulai akhir Desember 2021 mendatang.

“Rencana pabrik itu akan dibangun dibangun Desember akhir tahun 2021, dan target ekspor itu pertamanya ke jepang itu inginnya saya awal Maret atau awal April tahun 2022,” ucapnya kepada media saat diwawancara disela-sela usai penandatangan naskah kerjasama dengan PT Pembangunan Aceh (PEMA) di Banda Aceh, Jum’at (12/11/2021) di Kantor Disperindag Aceh.

Iyohama menilai kawasan KIA Ladong sangat cocok dijadikan lokasi ekspor cangkang sawit langsung dari Aceh ke Jepang.

“Jadi ini bahan bakunya kita beli langsung dari Aceh, kemudian kita ekspor langsung ke Jepang. Selama ini jepang tidak tahu bahwa Aceh memiliki bahan cangkang sawit, Jepang itu tahu nya dari medan atau dari Pekanbaru, padahal selama ini Medan itu belinya langsung dari Aceh,” sebutnya.

Oleh karena itu, Kata Iyohama, Kenapa tidak kita ekspor langsung dari Aceh ke Jepang dan ini merupakan hal yang bagus juga untuk memperkenalkan Aceh ke Mancanegara.

Dirinya yang juga merupakan kelahiran Aceh (Putri Daerah), menyebutkan bahwa nantinya akan ada 11 perusahaan yang akan bekerja sama di Aceh.

“Kita sudah survei, untuk potensi dan bahan bakunya mencukupi, nanti bakal ada 11 perusahaan yang bekerjasama, dan diharapkan perusahaan-perusahaan lain juga dapat kut bekerjasama dengan kita, inikan merupakan potensi bahwa Aceh juga memiliki potensi di tanaman sawit,” ungkapnya.

Kemudian, PT Alpine Green menargetkan, di tahun pertama akan mengekspor sebanyak 5 Ribu ton bahan baku per bulan dan di targetkan di tahun berikutnya naik menjadi 10 Ribu Ton perbulannya.

Iyohama juga mengatakan, untuk tenaga kerjanya tentu akan menggunakan tenaga kerja dari Aceh, namun untuk tenaga ahli dibidang itu akan didatang langsung dari luar daerah.

“Karena kita juga tidak mau mengambil resiko, jadi untuk tenaga tetap dari Aceh, hanya saja untuk tenaga ahli yang ahli dibidangnya itu akan didatangkan dari luar daerah,” sebutnya. [ftr]