Beranda / Berita / Aceh / Pompanisasi Rusak Akibat Proyek Bendungan Krueng Pase, Petani Minta Rekanan Ganti Rugi

Pompanisasi Rusak Akibat Proyek Bendungan Krueng Pase, Petani Minta Rekanan Ganti Rugi

Jum`at, 21 Februari 2025 22:30 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Rizkita Gita

Kondisi sungai Kreung Pase Kabupaten Aceh Utara Foto: Rizkita/Dialeksis


DIALEKSIS.COM | Lhokseumawe - Petani Kecamatan Meurah Mulia, Kabupaten Aceh Utara, tidak bisa ke sawah lantaran mesin pompanisasi digunakan petani untuk mengaliri air sungai ke sawah telah ambruk ke sungai Krueng Pase akibat pembangunan bendungan Krueng Pase yang sedang dikerjakan oleh rekanan.

Setidaknya, lima desa terkena dampak yaitu Desa Leubok Tuwe, Pulo Blang, Beureungen, Ujong Kuta Bate dan Teungoh Kuta Batee. Petani meminta agar perusahaan rekanan itu agar dapat ganti kerugian yang dialami petani tersebut.

“Ambruk mesin pompa air waktu itu, sebagian pembangunan bendungan Krueng Pase sudah selesai, jadi untuk membawa kembali arus air ke dasar, maka pekerja proyek itu harus menutup satu aliran sungai, debit air itu mengalir sangat deras sehingga tanggul sungai longsor sehingga pondasi letak mesin rusak sehingga semuanya ambruk ke sungai,” kata Kepala Desa Teungoh Kuta Bate, Yusriadi kepada wartawan Jumat (21/2/2025).

Menurut Yusriadi, seharusnya pihak rekanan terlebih dahulu memberitahukan kepada petani agar mereka bisa memindahkan mesin itu. Oleh karena itu, petani meminta agar pihak rekanan bertanggung jawab atas kejadian ini.

“Kalau sudah begini petani tidak bisa ke menggarap sawah, kalau menunggu air hujan petani hanya bisa turun ke sawah setahun sekali saja, selama ada pompa air itu petani bisa menggarap sawah setahun tiga kali. Ini jelas merugikan petani,” ujarnya.

Kata dia, sejak kerusakan pada 30 Desember 2024 lalu, sampai hari ini belum ada jawaban pasti terkait ganti rugi. Padahal patani sudah berulang kali melakukan koordinasi dengan pihak rekanan tapi masih belum ada titik temu.

Petani di kecamatan tersebut juga meminta kepada Pemerintah Kabupaten Aceh Utara agar mencari solusi terkait kerusakan tersebut agar petani bisa kembali menggarap sawah untuk memenuhi kebutuhan ekonomi.

“Petani tidak ada dana lagi apabila harus membangun kembali pompanisasi itu. Sebelumnya kita gunakan anggaran desa,” ujarnya.

Yusriadi, menambahkan akibat longsor tanggul sungai Krueng Pase sejumlah kuburan ikut terbawa arus sungai. “Awalnya lebar aliran sungai hanya 15 meter sekarang jadi 40 meter. Sehingga warga harus kehilangan lahan tempat tinggal warga,” pungkasnya.

Keyword:


Editor :
Alfi Nora

riset-JSI