Beranda / Berita / Aceh / Petani Sawit Aceh: Menggapai Sejahtera di Tengah Tantangan

Petani Sawit Aceh: Menggapai Sejahtera di Tengah Tantangan

Selasa, 30 Juli 2024 16:30 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Ratnalia

Fadhli Ali, Sekretaris Asosiasi Petani Sawit Indonesia (APKASINDO) Aceh, membeberkan kondisi terkini dan upaya peningkatan kesejahteraan para petani sawit. [Foto: for Dialeksis.com]


DIALEKSIS.COM | Aceh - Petani kelapa sawit di Aceh tengah menghadapi berbagai tantangan. Fluktuasi harga komoditas dan keterbatasan akses sarana dan prasarana menjadi isu utama yang mengancam kesejahteraan mereka. Fadhli Ali, Sekretaris Asosiasi Petani Sawit Indonesia (APKASINDO) Aceh, membeberkan kondisi terkini dan upaya peningkatan kesejahteraan para petani.

"Petani sawit di Aceh masih bergulat dengan banyak kendala. Harga kelapa sawit yang masih sering dibeli oleh PKS dibawah harga ketetapan pemerintah sementara harga input produksi seperti pupuk, upah kerja dll yang tinggi, belum perubahan iklim yang membuat produksi TBS rendah membuat pendapatan petani seret ," ujar Fadhli Ali kepada Dialeksis.com (30/07/2024).

Menurutnya, selain harga yang fluktuatif, petani juga menghadapi masalah produksi atau produktivitas.

APKASINDO Aceh telah mengambil sejumlah langkah untuk mengatasi masalah ini. "Kami berusaha meningkatkan SDM petani melalui pelatihan panen dan paska panen, pemeliharaan tananaman untuk meningkatkan kualitas dan produksi dengan memberikan pelatihan teknis kepada petani. Selain itu, kami juga mendorong penggunaan pupuk dan teknologi pertanian yang lebih modern," jelas Fadhli.

Selain pelatihan, APKASINDO Aceh juga berusaha memperbaiki akses pasar bagi para petani dengan mendorong adanya pabrik refenery minyak sawit di Aceh. Termasuk mendorong adanya pabrik minyak makan merah. Aceh punya CPO lebih dari cukup untuk refenery. "Kami bekerja sama dengan pemerintah daerah dan beberapa perusahaan untuk memastikan petani mendapatkan harga yang layak dan akses ke pasar yang lebih luas. Hal ini diharapkan bisa meningkatkan pendapatan petani secara signifikan," tambahnya.

Fadhli menekankan pentingnya peran pemerintah dalam mendukung kesejahteraan petani sawit. "Kami berharap pemerintah dapat memberikan subsidi pupuk untuk petani sawit yang memiliki lahan maksimal 4 hektar dan bantuan teknis lainnya. Selain itu, pembangunan infrastruktur seperti jalan dan fasilitas penunjang lainnya juga sangat diperlukan agar pengangkutan hasil panen lebih lancar," paparnya.


Keberhasilan dari upaya-upaya ini terlihat dari beberapa desa yang sudah mulai merasakan peningkatan pendapatan. 

"Beberapa petani yang sudah menerapkan bibit unggul dan mengikuti pelatihan teknis melaporkan adanya peningkatan hasil panen dan kualitas buah sawit mereka," ungkap Fadhli.

Namun, Fadhli menyadari bahwa upaya ini tidak bisa dilakukan sendiri. "dibutuhkan kerjasama dari semua pihak, baik pemerintah, perusahaan, maupun masyarakat luas. Dengan sinergi yang baik, kami optimis petani sawit di Aceh bisa lebih sejahtera," tuturnya.

Dengan upaya berkelanjutan dan dukungan dari berbagai pihak, Fadhli berharap petani kelapa sawit di Aceh dapat meningkatkan kesejahteraan mereka dan berkontribusi lebih besar pada perekonomian daerah.


Jika hari ini pemerintah Aceh ingin melakukan aktivitas ekspor di Aceh hanya CPO yang diyakini dapat dilakukan secara kontunyu. Tapi sayangnya belum ada inisiatif dan keberanian yang sungguh-sungguh untuk melakukan pengiriman CPO dari Aceh. Kami berharap kedepan akan ada pemilik modal nasional maupun asing yang tertarik dan bersungguh-sungguh untuk melakukan pengiriman CPO dari Aceh terutama untuk kebutuhan Asia Selatan dan juga Timur Tengah.


Hilirisasi dengan pembangunan pabrik refenery CPO dan pengiriman CPO dari adalah bagian dari solusi meningkatkan harga TBS petani di Aceh. Tapi kapan dan siapa pemimpin Aceh yang berani dan mampu...?


Semoga pemimpin Aceh yang mencalonkan diri dan terpilih pada Pilkada nanti memiliki konsern yang besar terhadap masalah perkelapa sawitan di Aceh

Keyword:


Editor :
Indri

kip
riset-JSI
Komentar Anda