Jum`at, 27 Juni 2025
Beranda / Berita / Aceh / Petani di Bener Meriah Resah, Gajah Liar Serang Warga dan Hancurkan Kebun

Petani di Bener Meriah Resah, Gajah Liar Serang Warga dan Hancurkan Kebun

Kamis, 26 Juni 2025 20:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Rizkita Gita

WargaBener Meriah, Abdul Talep (50), menjadi korban serangan seekor gajah dan mengalami luka serius. Foto: Rizkita Gita/Dialeksis 


DIALEKSIS.COM | Bener Meriah - Petani di Desa Negeri Antara, Kecamatan Pintu Rime Gayo, Kabupaten Bener Meriah, dibuat resah akibat gangguan gajah Sumatera yang masuk ke area perkebunan warga.

Salah seorang warga, Abdul Talep (50), menjadi korban serangan seekor gajah dan mengalami luka serius. Ia kini masih menjalani perawatan intensif di RSUD Muyang Kute.

Selain menyerang warga, gajah kerap merusak tanaman dan hasil kebun milik petani. hewan tersebut dilaporkan masih terlihat di sekitar perkebunan warga, hal ini menimbulkan kekhawatiran akan terjadinya serangan susulan.

Warga berharap pemerintah dan pihak terkait segera turun tangan untuk menangani konflik antara manusia dan satwa tersebut, sebelum jatuh korban berikutnya.

“Kami mohon kepada pemerintah dan pihak BKSDA agar segera menangani masalah ini. Gajah itu sangat ganas, kalau ketemu warga langsung diserang. Ini sangat mengganggu aktivitas kami, padahal penghasilan kami sehari-hari hanya dari berkebun,” kata Talep kepada Dialeksi.com Kamis (26/6/2025). 

Menanggapi kejadian itu, Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Provinsi Aceh, Ujang Wisnu Barata, mengatakan pada hari yang sama petugas langsung mengunjungi korban dan keluarganya di rumah sakit untuk memberikan santunan. 

Sementara itu, tim lainnya melakukan koordinasi dengan aparatur desa serta pengecekan langsung ke lokasi kejadian. 

“Hingga hari ini, tim masih berupaya melakukan pengamanan, penjagaan, dan penghalauan gajah masih terus dilakukan secara bersama-sama dengan masyarakat dan mitra terkait,” terang Wisnu. 

Dia menanbahakan, ke depan, upaya mitigasi akan diperkuat melalui peningkatan kapasitas masyarakat dalam merespons konflik satwa liar. Selain itu, pembinaan habitat gajah juga direncanakan dengan cara penyediaan pakan dan garam di beberapa titik habitat alami.

“Penebalan barier di sekitar koridor gajah juga akan dilakukan, salah satunya melalui penanaman komoditas yang tidak disukai gajah namun tetap bernilai ekonomi bagi warga,” pungkasnya.

Keyword:


Editor :
Alfi Nora

riset-JSI
dpra