Beranda / Berita / Aceh / Petani dan Seniman: Perspektif Seorang Din Saja

Petani dan Seniman: Perspektif Seorang Din Saja

Minggu, 16 Februari 2025 16:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Ratnalia

Din Saja yang juga dikenal sebagai Ade Soekma dan Fachruddin Basyar. Foto: doc Dialeksis.com


DIALEKSIS.COM | Aceh - Dalam bincang bincang bersama Dialeksis, Minggu (16/02/2025), Din Saja yang juga dikenal sebagai Ade Soekma dan Fachruddin Basyar memberikan pandangannya mengenai perbedaan dan persamaan antara petani dan seniman di tengah dinamika zaman. Meski dikenal dengan beragam nama, Din Saja menegaskan bahwa ia adalah satu pribadi yang melihat kedua profesi itu sebagai cerminan semangat kehidupan yang sejati.

“Apa yang membedakan petani dengan seniman? Kalau bukan karena petani menyemai dan menghasilkan padi, sedangkan seniman mendalami ilmu kesenian untuk menciptakan karya yang bernilai,” ujar Din Saja.

Menurutnya, perbedaan mendasar terletak pada aktivitas yang mereka lakukan. Namun, ia menambahkan, “Apa kesamaan mereka? Selain sama-sama manusia yang hidup sederhana, keduanya juga memiliki jiwa kreatif dan keuletan dalam menghadapi tantangan hidup.”

Din Saja kemudian melanjutkan, “Pertanyaan yang sering muncul adalah, apakah petani itu pemikir seperti seniman? Tentu saja benar. Tanpa harus mengandalkan teori yang rumit, petani sejak berabad-abad lalu telah berpikir kritis tentang cara menghasilkan beras berkualitas tinggi tanpa merusak alam. Di sisi lain, seniman juga terus mencari ide dan inspirasi untuk menciptakan karya yang tinggi nilainya.”

Ia pun mengungkapkan keprihatinannya terhadap perkembangan zaman: “Sayang sekali, politik dan teknologi kini telah merusak esensi tersebut. Sistem yang serba mekanis membuat manusia kehilangan harga diri, sehingga kita seolah-olah menjadi robot, budak tidak berdaya.”

Menurutnya, arus globalisasi dan dominasi teknologi telah mengikis nilai-nilai tradisional yang selama ini menjadi tumpuan kehidupan masyarakat, baik bagi petani maupun seniman.

Din Saja menekankan bahwa kekuatan sejati terletak pada kemampuan berpikir kritis dan kreatif yang dimiliki kedua profesi ini.

“Baik petani yang mengolah bumi maupun seniman yang mengolah imajinasi, keduanya merupakan ujung tombak peradaban. Mereka seharusnya dihargai sebagai pilar yang menjaga keseimbangan alam dan budaya,” tegasnya.

Sebagai penutup, Din Saja berharap agar masyarakat dapat lebih menghargai peran petani dan seniman dalam mempertahankan kearifan lokal serta mendorong perubahan sistem yang lebih manusiawi.

“Dengan kesadaran bersama, kita dapat mengembalikan nilai kemanusiaan dan kreativitas yang selama ini terabaikan oleh arus modernisasi,” pungkasnya.

Keyword:


Editor :
Redaksi

riset-JSI