Beranda / Berita / Aceh / Perpusnas RI Usul Hikayat Aceh Jadi Warisan Dunia

Perpusnas RI Usul Hikayat Aceh Jadi Warisan Dunia

Rabu, 13 Oktober 2021 20:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Akhyar

Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Aceh, Dr Edi Yandra. [Foto: tangkap layar]

DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Naskah Hikayat Aceh sedang diupayakan untuk dijadikan Memory of The World (warisan dunia) ke UNESCO. Misi ini sedang diupayakan oleh Perpustakaan Nasional (Perpusnas) RI dan disampaikan dalam Webinar Hikayat Aceh Road to Memory of The World.

Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Aceh (DPKA), Dr Edi Yandra mengatakan, Pemerintah Aceh sangat mengapresiasi usaha menjadikan Hikayat Aceh sebagai warisan dunia.

“Satu kebanggaan dari Pemerintah Aceh pada tahun ini Hikayat Aceh dapat diusulkan sebagai Memory of The Wolrd ke UNESCO. Mudah-mudahan usaha kita bersama nantinya bisa menjadikan Hikayat Aceh sebagai warisan dunia serta pembelajaran maupun pengetahuan bagi generasi yang akan datang,” kata Dr Edi Yandra dalam Webinar tersebut, Banda Aceh, Rabu (13/10/2021).

Pakar Bidang Agama dan Tradisi Keagamaan dan Pakar Filologi Aceh dan Melayu, Dr Fakhriati mengatakan, naskah Hikayat Aceh merupakan koleksi langka karena ditulis sekitar abad ke-17 Masehi.

Hingga saat ini, kata dia, naskah asli Hikayat Aceh belum ditemukan. Akan tetapi salinannya terdapat di Perpustakaan Universitas Leiden, Belanda.

“Ada satu salinan yang hanpir mendekati naskah asli Hikayat aceh, yaitu koleksi perpustakaan universitas Leiden dengan kode OR-1954,” kata dia.

Di dalam Hikayat Aceh, lanjut dia, nama Iskandar Muda tidak pernah disebut secara langsung. Di dalam Hikayat Aceh, nama Iskandar Muda disebut dengan istilah lain yaitu Pancagah, Johan Alam, dan Perkasa Alam.

Nama Iskandar Muda ternyata setelah kita baca itu ada pada naskah Bustan Al-Salatin yang ditulis oleh Nuruddin Ar-raniry,” jelas Dr Fakhriaty.

Sementara itu, Pakar Filologi Aceh dan Melayu, Hermansyah mengatakan, bahasa penulisan yang digunakan dalam Hikayat Aceh bukanlah bahasa Aceh melainkan Aksara Jawi Melayu.

“Banyak orang yang menyangka jika Hikayat Aceh ini berbahasa Aceh, nggak. Bahasa yang sebenarnya adalah Aksara Jawi Melayu, bahasa Indonesia,” ungkap Hermansyah.

Di kesempatan itu, Pakar Pendidikan dan Sejarah, Prof Dr Ing Wardiman Djojonegoro mengatakan, usaha mengajukan Hikayat Aceh sebagai warisan dunia ke UNESCO dikarenakan UNESCO baru membuka pendaftaran setelah sebelumnya sempat ditunda akibat pandemi Covid-19.

Ia berharap, dengan pembukaan waktu pendaftaran yang begitu singkat ini, Perpusnas RI dengan Perpustakaan Universitas Leiden bisa bersinergi bersama dalam mengajukan Hikayat Aceh sebagai warisan dunia.

“Kenapa harus dengan Leiden, karena naskah salinan tertua itu adanya di Leiden. Kita sudah berkoordinasi dengan pihak Leiden, mereka juga sangat setuju dan antusias mengajukan Hikayat Aceh sebagai warisan dunia,” pungkas Prof Wardiman.

Keyword:


Editor :
Alfi Nora

riset-JSI
Komentar Anda