DIALEKSIS.COM | Subulussalam - Kementerian Agama (Kemenag) telah mengirim 1.000 dai ke berbagai wilayah Terdepan, Terluar, Tertinggal (3T) selama bulan Ramadan 1446 H/2025 M. Dari jumlah tersebut, 213 orang atau 21% yang diberangkatkan adalah dai perempuan (daiyah).
Salah satu daiyah yang dikirimkan ke wilayah 3T bernama Siti Kasumah, Dirinya ditugaskan ke Desa Laelangge, Kecamatan Sultan Daulat, Kota Subulussalam, Provinsi Aceh.
Siti merasakan langsung tantangan berdakwah di daerah 3T. Berasal dari Desa Jabi-Jabi Barat, Kecamatan Sultan Daulat, perempuan berusia 27 tahun ini harus menempuh perjalanan yang tidak mudah untuk sampai ke lokasi tugasnya.
“Medannya cukup sulit. Saya harus melewati jalan berbatu dan sebagian besar masih tanah merah. Kalau hujan turun, jalannya makin licin. Tapi semua itu saya jalani dengan niat dakwah,” ungkapnya.
Desa Laelangge sendiri merupakan wilayah terpencil dengan akses terbatas terhadap pendidikan agama. Banyak anak-anak yang belum lancar membaca Al-Qur’an, serta kaum ibu yang masih minim pemahaman tentang fikih ibadah. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi Siti.
“Di sini saya bukan hanya mengajar mengaji, tetapi juga memberi bimbingan keagamaan bagi para ibu, termasuk tentang fikih wanita. Mereka antusias sekali, karena selama ini jarang ada pendakwah perempuan yang bisa mereka ajak berdiskusi lebih dalam tentang persoalan keagamaan yang mereka alami,” katanya.
Menurut Siti, salah satu kendala utama dalam berdakwah di wilayah ini adalah keterbatasan infrastruktur, fasilitas di masjid/musala, dan akses informasi.
“Jaringan internet lemah, listrik juga kadang padam. Fasilitas di masjid/musala masih sangat terbatas. Tapi saya bersyukur, masyarakat di sini sangat terbuka dan mendukung program dakwah kami,” pungkasnya. [*]