Peringati Hari Pengungsi Sedunia, Yayasan Geutanyo Gelar Sayembara Menulis dan Fotografi
Font: Ukuran: - +
Reporter : Naufal Habibi
DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Peringatan Hari Pengungsi Sedunia (World Refugee Day) 2022, Yayasan Geutanyoe menyelenggarakan sayembara Menulis dan Fotografi. Periode sayembara ditentukan sejak tanggal 2 s.d. 12 Juni 2022.
Adapun kegiatan Sayembara Artikel dan Fotografi ini mengambil tema "Aksi Kemanusiaan terhadap Pengungsi Luar Negeri di Aceh".
Kepada Dialeksis.com, Pendiri yayasan Geutanyo, Iskandar mengatakan banyak agenda yang akan dilakukan dalam kegiatan sayembara Menulis dan Fotografi ini.
"Agenda Dokumentasi dan Publikasi ini dilaksanakan dalam beberapa kegiatan utama. Selain melaksanakan penulisan buku menyangkut pengalaman respon kemanusiaan penanganan pengungsi Rohingya di Aceh, juga akan dipublikasikan pada Acara Publikasi berupa Launching Buku (buku pengalaman Respon Kemanusian dan buku Kumpulan Artikel) dan Pameran Fotografi di akhir Juni ini," ujar Iskandar, Kamis (2/6/2022).
Selain itu, tambahnya, peserta sayembara menulis diperuntukkan secara nasional dan peserta fotografi hanya untuk se-Sumatera saja.
"Total hadiah sayembara ini berkisar senilai 20 juta rupiah. Peserta sayembara merupakan peserta umum berskala nasional untuk sayembara menulis dan berskala Sumatra untuk sayembara fotografi. Syarat dan ketentuan lebih lanjut dapat diakses di website Yayasan Geutanyoe www.geutanyoe.id dan akun media sosial instagram @geutanyoefoundation," jelasnya.
Foto: dok. Yayasan GeutanyoIskandar mengungkapkan, dasar pemikiran kegiatan ini adalah Aceh merupakan salah satu wilayah yang memiliki pengalaman dan sejarah khusus dengan pengungsi dari luar negeri, baik pengungsi Rohingya sebagai yang paling dominan di Aceh dan berbagai pengungsi lain yang pernah terhubung dengan Aceh.
"Pengalaman dan sejarah khusus ini bukan hanya menyangkut Aceh sebagai tempat berlabuh dan transit, namun juga terkait sejumlah penanganan dan respon kemanusiaan terhadap para pengungsi dari hulu ke hilir. Aceh melakukan berbagai respon kemanusiaan dan terus belajar dari pengalaman mengenai respon-respon yang diberikan," tuturnya.
Dalam hal ini, sebut Iskandar, aktivitas dokumentasi dan publikasi atas pengalaman-pengalaman respon kemanusiaan yang dilakukan di Aceh menjadi sangat krusial.
"Dokumentasi dan publikasi sangat penting sebagai rekaman sejarah. Berbagai kajian atas pengalaman respon dan aksi kemanusiaan terhadap pengungsi luar negeri juga sangat penting untuk basis perkembangan pengetahuan atas aktivitas kemanusiaan di Aceh," pungkasnya. [NH]