kip lhok
Beranda / Berita / Aceh / Peringatan Hari Kemerdekaan Pers Sedunia, AJI Lhokseumawe Gelar Diskusi Soal Media

Peringatan Hari Kemerdekaan Pers Sedunia, AJI Lhokseumawe Gelar Diskusi Soal Media

Kamis, 11 Mei 2023 11:00 WIB

Font: Ukuran: - +


DIALEKSIS.COM | lhokseumawe - Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Lhokseumawe menggelar diskusi bertajuk “Independensi Media dan Demokrasi” saat peringatan Hari Kemerdekaan Pers Sedunia, di Lapangan Hiraq, Lhokseumawe, Rabu sore, (10/05/2023). 

Diskusi itu menampilkan tiga narasumber yaitu Prof. Dr. Nirzalin, M.Si. Sosiolog Universitas Malikussaleh/Unimal, Dr. Tgk. M. Rizwan Haji Ali, M.A. Dosen Ilmu Politik Fisipol Unimal dan Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama/PCNU Kota Lhokseumawe, dan Ayi Jufridar Ketua Majelis Etik AJI Lhokseumawe dan salah seorang Ahli Pers Dewan Pers di Aceh.

Selain diskusi, ada pula pembacaan puisi oleh Pimen (Penyair Aceh) dan Ayi Jufridar, dilanjutkan penampilan penghikayat Fuady Keulayu (Seniman muda Aceh).  

Kegiatan diawali dengan pameran foto tentang sejumlah aksi damai para jurnalis di Lhokseumawe tahun 2000, 2012, 2016, 2017, 2020, dan 2021 untuk menolak kekerasan dan kriminalisasi terhadap jurnalis. Sebanyak 16 foto yang dipamerkan tersebut karya Rahmad YD, Fotografer LKBN Antara di Aceh.

Selain anggota AJI Lhokseumawe, kegiatan tersebut diikuti perwakilan Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI) Korda Lhokseumawe, Pewarta Foto Indonesia (PFI) Aceh dan para wartawan dari organisasi profesi kewartawanan lainnya, perwakilan Basri Daham Journalism Institute (BJI) Lhokseumawe, Lembaga Pers Mahasiswa Al-Kalam IAIN Lhokseumawe, HMI Lhokseumawe-Aceh Utara, LMND Lhokseumawe, PMII Lhokseumawe, dan mahasiswa alumni Kelas Jurnalistik Ramadan (KJR) AJI Lhokseumawe tahun 2023. 

Setelah diskusi, pembacaan puisi dan penampilan penghikayat, para peserta melakukan long march dari Jalan Merdeka depan Lapangan Hiraq hingga depan Masjid Islamic Center Lhokseumawe.

Ketua AJI Lhokseumawe Irmansyah mengatakan Hari Kemerdekaan Pers Sedunia diperingati setiap 3 Mei. AJI Lhokseumawe memperingati Hari Kemerdekaan Pers Sedunia dengan menggelar diskusi pada Rabu (10/5). Tema diskusi tentang independensi media dan demokrasi dipilih sesuai dengan momentum Pemilu 2024 yang tahapannya sedang berlangsung.

“Meskipun peringatan Hari Kemerdekaan Pers Sedunia kita laksanakan secara sederhana, tapi diharapkan dapat memberikan pesan mendalam tentang independensi media dan perkembangan demokrasi terutama di Aceh,” kata Irman didampingi Sekretaris AJI Lhokseumawe Jafaruddin.

Dalam diskusi dipandu Zulfikar Syarif (mantan Sekretaris AJI Lhokseumawe), Sosiolog Unimal Nirzalin menyampaikan bahwa paling penting adalah ketika pemberitaan dari media massa bersifat independen dan objektif, masyarakat atau publik akan bisa saling sharing perbedaan-perbedaan pendapat di antara mereka. Oleh karena itu, dalam kontestasi politik tahun 2024, konteks ini paling penting, karena ketika independensi media itu tidak terjaga dengan baik dan sudah hilang menjadi memihak kepada kekuasaan dan ekonomi di belakangannya, maka pasti media akan melakukan proses-proses pemberitaan yang tidak objektif.

"Pemberitaan yang tidak objektif terkait dengan visi-misi dan juga kompetensi si calon pada panggung politik Pemilu 2024, ini akan berdampak kepada pilihan politik yang juga tidak tepat, maka akan menghasilkan kepemimpinan politik yang tidak tepat pula. Ini menjadi perkara besar ketika kita berhadapan dengan eksisting Indonesia yang pada 2035 memiliki bonus demografi, dan 2045 berharap menjadi negara maju. Artinya, Pemilu 2024 menjadi pertaruhan bagi Indonesia untuk bisa menjadi negara maju atau tidak pada 2045, karena pada 2024 sampai 2029 adalah rintisan jalan menuju ke sana," kata Nirzalin.

Menurut Nirzalin, tentunya ini sesuatu hal paling signifikan yang dijaga dan diperjuangkan supaya pers dapat memberikan pemberitaan objektif agar masyarakat bisa memilih pemimpin yang tepat. Tidak hanya pada orangnya, juga terhadap visi atau komitmen dan kinerjanya yang nantinya sebagaimana diharapkan bersama. "Saya kira proses ini menjadi sesuatu yang tidak bisa tidak. Dan, idealis pers harus selalu dikedepankan sehingga pemberitaannya penuh dengan etika dan objektivitas,” ujarnya.

“Lalu, bagaimana dengan Aceh sekarang, apakah pemberitaan persnya sudah independen? Saya kira kita di Aceh itu terbelah, ada media yang berusaha untuk menjalankan idealismenya sehingga pemberitaannya berbasis pada fakta, apa yang disampaikan merupakan suatu data yang tidak dapat dibantah. Tetapi, ada juga sebagian pemberitaan pers kita yang masih memihak kepada kepentingan-kepentingan yang ada di belakangnya. Ini kemudian membuat masyarakat sulit untuk bertindak yang objektif," ungkap Nirzalin.

Menurut Nirzalin, ada teori menyebutkan dan menjadi sesuatu yang booming di tingkat internasional bahwa 

“kebohongan yang disampaikan terus-menerus akan dianggap sebagai kebenaran”. “Jadi, orang ketika terus-menerus dijejali dengan pemberitaan yang tidak objektif, bohong atau tidak sesuai dengan fakta, tapi karena disampaikan terus akan dianggap itu yang benar. Sehingga kemudian sama juga ketika orang yang tidak benar disampaikan sebagai orang yang jujur oleh pers secara terus-menerus akan dianggap sebagai orang yang baik, dan orang akan memilih yang tidak baik karena dianggap baik. Ini problemnya, maka independensi pers harus tetap terjaga sampai kapanpun karena dia adalah pengawal demokrasi,” tegasnya.

Keyword:


Editor :
Zulkarnaini

riset-JSI
Komentar Anda