Pengaruh Terorisme, Teuku Fauzansyah: 45 Persen Karena Ideologi yang Keliru
Font: Ukuran: - +
Reporter : Zulkarnaini
DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Prodi Ilmu Politik Jurusan Ilmu Politik dan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Malikussaleh mengadakan kuliah dosen tamu dalam mata kuliah Studi Terorisme dan Gerakan Radikal pada Jumat (23/6/2023). Kuliah ini diadakan secara hybrid melalui Zoom Meeting dan tatap muka di Ruang Seminar Prodi Ilmu Politik.
Kuliah dosen tamu ini disampaikan oleh pemateri Teuku Fauzansyah, Subkoordinator Penelitian dan Evaluasi dari Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) RI. Kehadiran Teuku Fauzansyah memberikan perspektif yang berharga mengenai bahaya terorisme dan upaya pencegahannya.
Dalam kuliah tersebut, yang dipandu oleh mahasiswa dari Prodi Ilmu Politik, Rijkia Harahap, banyak materi penting dibahas. Salah satunya adalah mengenai "Bahaya Terorisme dan Upaya Pencegahannya". Materi ini memberikan wawasan yang mendalam tentang ancaman terorisme dan bagaimana upaya-upaya dapat dilakukan untuk mencegahnya.
Dosen Pengampu Mata Kuliah sekaligus Kaprodi Ilmu Politik, Teuku Muzaffarsyah mengatakan, kegiatan ini memang dirancang untuk mendatangkan para pakar yang berkaitan dengan perkuliahan sehingga mahasiswa dapat memahami serta menambah pengetahuan terkait potensi radikalisme dan terorisme di kalangan mahasiswa maupun masyarakat.
“Kuliah Dosen Tamu ini sangat penting dilakukan agar mahasiswa dapat memperoleh pemahaman-pemahaman terkait radikalisme sehingga mahasiswa akan mengetahui betapa bahaya terorisme dan bagaimana upaya mencegah itu terjadi,” katanya.
Semenatara itu Dekan Fisipol, Dr. M. Nazaruddin, M.Si dalam welcome speech menyampaikan mengenai persepsi umum tentang gerakan teorisme dan radikalisme yang ada di Indonesia.
“Tidak ada satu agama pun yang mentolerir aksi dari terorisme”, katanya.
Teuku Fauzansyah dalam pemaparannya menyampaikan motif terorisme berdasarkan riset yaitu 45,5% ideologi agama (yang Keliru), 20% solidaritas komunal (yang negatif), 12,7% mob mentality, 10,9% balas dendam, 9,1% situasional dan 1,8% separatisme. Selain itu hasil riset BNPT tahun 2022, potensi radikalisme berdasarkan demografi yang menyimpulan indeks potensi radikalisme cenderung lebih tinggi pada perempuan, kalangan urban, gen Z dan milenial serta yang aktif di internet.
Dia juga menyampaikan pola radikalisme di kampus dimana kelompok radikal merebut wacana (intoleransi, narasi keagaamaan, konsep kenegaraan, dll), merebut struktur dalam posisi struktural dan kelembagaan, serta merebut kultur seperti rumah ibadah dan kegiatan keagamaan.
“Pencegahan radikalisme di kampus dengan membangun sistem deteksi dini radikalisme serta membangun nalar kritis dalam kontestasi wacana melalui diskusi, organisasi, literasi, serta aktifitas lainnya” kata Teuku Fauzansyah.