Beranda / Berita / Aceh / Penertiban Krueng Aceh, Warga: Kami Harus Kerja ke Mana?

Penertiban Krueng Aceh, Warga: Kami Harus Kerja ke Mana?

Selasa, 18 Agustus 2020 10:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Indra Wijaya

DIALEKSIS.COM | Aceh Besar - "Kalau kawasan ini dikosongkan, habis ini harus kerja kemana lagi," keluh Safrizal seorang petugas parkir di Ngohya Kupi, Cot Iri, Aceh Besar, Minggu (16/8/2020).

Safrizal merupakan salah satu dari sekian orang yang mengais pundi-pundi rupiah walaupun hanya pekerja lepas. Ia tampak resah terkait surat pemeberitahuan Plt Gubernur Aceh, Nova Iriansyah tentang penataan Krueng Aceh, Bupati Aceh Besar Mawardi Ali. Surat pemberitahuan itu berisikan segera membongkar dan membersihkan bantaran sungai Krueng Aceh.

Ayah dua anak dan beristri satu ini tinggal di bantaran sungai Krueng Aceh itu. Ia sudah bekerja serabutan sejak tahun 80-an. Ia mengaku dulunya kawasan Krueng Aceh merupakan kawasan rawan maksiat, kini lokasi yang ingin ditertibkan pemerintah sudah berubah menjadi tempat warung kopi yang dikunjungi banyak orang, warung ini sudah menjadi salah tempat wisata di Aceh Besar.

"Di sini jalan paling rawan dengan maksiat, sebenarnya dengan adanya keramaian mencegah hal tersebut, apalagi warung ini menerapkan syariat," ungkapnya.

Menjadi petugas pakir di warung kopi Ngohya setiap hari ayah dua anak ini bisa mendapat upah Rp 50.000, sementara anaknya bekerja  mencuci piring di warung itu digaji Rp 70.000, ini sangat membantu kehidupan keluarga.

"Kalau ini dibongkar kami harus kerja ke mana lagi? ada solusi dari pemerintah?, kalau seperti ini apa saya harus merampok saja?," tanyanya.

Bupati Aceh Besar, Mawardi Ali mengluarkan surat bernomor 614/2804 menindaklanjuti surat Kepala Balai Wilayah Sungai Sumatera 1 Nomor SA.0401-Bws1/185 tanggal 12 Februari 2020 perihal permohonan fasilitasi penertiban dalam rangka penataan kawasan Krueng Aceh Floodway.

Wajah resah, tak terhitung sudah berapa kali dia mondar-mandir saat diwawancara Dialeksis.com. Gusar, resah menimpa dirinya, bukan hanya dia teman-temannya juga mencari rezeki di situ mengalami hal yang sama.

Rokok di sebelah kanan tangannya, dalam-dalam ia hisap. Asap putih mengepul di udara. Menurutnya penertiban ini bagus untuk pihak tertentu. Tidak baginya dan para pelaku usah.

"Penertiban ini bagus untuk pihak tertentu, bagi kami hancur. Karena pemasukan kami gada lagi. Selain itu, kami mempunyai runah tangga yang harus dinafkahi. Kami tinggal di tanggul," ujarnya.

"Seharusnya pemerintah jangan seperti ini, hal dapat menyiksa kami. Tidak ada lagi lapangan kerja," pintanya.

Plt Gubernur Aceh, Nova Iriansyah telah membentuk tim terpadu penataan kawasan kanal banjir Krueng Aceh melalui Keputusan Gubernur Aceh nomor 362/1337/2020.

Dalam keputusannya, Plt Gubernur Aceh membentuk tim terpadu yang melibatkan unsur SKPA, Pemerintah Kota Banda Aceh, Aceh Besar, unsur kecamatan dan TNI-Polri.

Dalam keputusan di SK tersebut, pada poin (c) Tim Pelaksana Pemeliharaan Rutin Kanal Banjir, melaksanakan pembersihan semak, pembersihan tanaman liar, pembersihan sampah serta pembersihan gulma air dan bangunan air. Memelihara dan memotong rumput pada permukaan lereng, tanggul dan bantaran. Melaksanakan pencabutan atau pemotongan pohon tanaman keras. Melaksanakan pembongkaran bangunan bekerjasama dengan Tim Sosialisasi dan Tim Pengamanan.

Pemilik warung kopi  Ngohya Kupi, Zulhelmi mengaku kini sudah memiliki sebanyak 172 karyawan yang mengadu rezeki ditempatnya.

"Di sini kita ada 172 yang mempunyai kepentingan untuk mencari rezeki disini. Mulai dari yang buat kue, pekerja harian, dan para karyawan juga," kata Zuhelmi saat ditemui dialeksis.com di warkop Ngohya, Aceh Besar, Minggu (16/8/2020).

Zulhelmi mengatakan, dirinya selaku pengelola usaha yang mengais pundi-pundi rupiah di bantaran Krueng Aceh mengaku mendukung dengan rencana penataan Krueng Aceh demi meminimalisir terjadinya luapan banjir dari sungai itu.

"Kalau dilihat dari kepentingan semua inikan pohon besar yang menyangkut di sungai kan bagus dibersihkan. Supaya pas terjadi hujan lebat, sungai tidak tersumbat dan tidak terjadi banjir," katanya.

Namun, meskipun ia mendukung rencana penertiban Krueng Aceh yang dikeluarkan oleh Pemerintah Provinsi Aceh, ia berharap dari penataan tersebut jangan sampai merugikan masyarakat yang mengadu nasib di seputaran sungai Krueng Aceh.

Lanjut Zulhelmi, daerah bantaran sungai Krueng Aceh ramai masyarakat yang mencari nafkah di sana.

"Kalau kita cek ada sekitaran 5000 orang lebih kurang, yang mencari nafkah diseputaran sungai. Banyak orang yang bergantung disini. Kita mintapun ke pemerintah belum sanggup mereka menfasilitasi pekerjaan mereka semua," ungkapnya.

Ia mempertanyakan, jika nanti penataan Krueng Aceh ini berlanjut tak terpaksa pelaku usaha yang berjualan di seputaran sungai direlokasi, para pekerja di sana harus ke mana.

"Ini kita lihat apa kepentingannya. Kalau memang nggak penting kali buat apa dilakukan, menghabiskan anggaran saja. Sekarang anggaran itu lebih penting untuk penanganan Covid-19," pungkasnya.(IDW)

Keyword:


Editor :
Zulkarnaini

Berita Terkait
    riset-JSI
    Komentar Anda