Pemurnian Benih dan Diversifikasi Produk Tembakau Aceh, Peluang Ekonomi bagi Petani
Font: Ukuran: - +
Reporter : Redaksi
UPTD BBHTPP Aceh sedang meninjau lokasi kebun tembakau. [Foto: dokumen Distanbun Aceh untuk dialeksis.com]
DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Tembakau telah lama menjadi salah satu komoditas perkebunan unggulan yang dibudidayakan oleh petani Aceh, khususnya di Dataran Tinggi Gayo, meliputi Kabupaten Gayo Lues, Aceh Tengah, dan Bener Meriah.
Seiring berjalannya waktu, ketertarikan terhadap tanaman bernama latin Nicotiana tabacum ini meluas ke daerah-daerah pesisir seperti Aceh Besar, Pidie, Pidie Jaya, Bireuen, Aceh Utara, dan Aceh Timur.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) 2023, luas lahan perkebunan tembakau di Aceh mencapai 2.543,30 hektare. Angka ini merupakan akumulasi dari kegiatan penanaman petani, meskipun lahan tersebut belum tersusun dalam hamparan seperti kebun kopi.
Kepala Dinas Pertanian dan Perkebun Aceh (Kadistanbun Aceh) melalui Zaini, Kepala UPTD Balai Benih Hortikultura Tanaman Perkebunan dan Pengembangan (BBHTPP) Aceh mengungkapkan, tembakau Aceh memiliki potensi besar untuk terus berkembang. Hal ini sejalan dengan meningkatnya kesadaran petani akan manfaat diversifikasi produk tembakau.
"Tembakau tidak hanya digunakan sebagai bahan baku rokok dan cerutu, tetapi juga dapat diolah menjadi 16 varian produk lainnya, seperti kompos, tisu, pestisida, kosmetik, kertas, hingga antiseptik yang berguna di dunia kesehatan. Banyak manfaat lain yang dapat diperoleh dari tembakau, dan hal ini mulai disadari oleh petani Aceh," ujar Zaini kepada Dialeksis.com, Jumat (29/11/2024).
Dinas dan Perkebunan (Distanbun) telah memulai program pemurnian benih tembakau bekerja sama dengan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Langkah ini bertujuan untuk menghasilkan benih unggul nasional yang berkualitas tinggi.
"Pemurnian benih tembakau dilakukan melalui pengamatan morfologi, uji nikotin, serta ketahanan terhadap hama dan penyakit. Setelah melalui tahapan ini, varietas unggul akan dilepas sebagai tembakau khas Aceh yang memiliki daya saing tinggi," kata Zaini.
Ia menjelaskan bahwa selama ini petani di Dataran Tinggi Gayo menanam benih tembakau secara turun-temurun dari varietas lokal yang belum dimurnikan.
Hal ini menyebabkan kualitas benih cenderung bervariasi karena petani mencampur varietas lokal dalam satu lahan, sehingga hasilnya kurang konsisten.
"Penelitian ini dilakukan untuk memberikan nama dan karakteristik khusus pada benih tembakau Aceh. Dengan demikian, petani dapat menikmati hasil panen yang lebih maksimal dan mutu yang lebih baik," jelas Zaini.
UPTD BBHTPP Aceh sedang meninjau lokasi kebun tembakau. [Foto: dokumen Distanbun Aceh untuk dialeksis.com]Tantangan dalam Budidaya Tembakau
Salah satu tantangan terbesar dalam pengembangan tembakau di Aceh adalah kurangnya penerapan praktik pertanian yang baik (Good Agricultural Practices).
Mencampur varietas dalam satu hamparan lahan dapat memengaruhi kualitas dan produktivitas tanaman. Selain itu, masih terdapat stigma di masyarakat yang mengaitkan tembakau hanya dengan produk rokok. Padahal, potensi produk turunan tembakau sangat luas dan dapat menjadi peluang ekonomi baru.
"Kita harus mengubah cara pandang masyarakat terhadap tembakau. Ini bukan hanya soal rokok, tetapi juga tentang diversifikasi produk yang dapat meningkatkan pendapatan petani dan membawa manfaat bagi sektor lain," ungkapnya.
Pemerintah Aceh melalui Distanbun Aceh berkomitmen untuk memperkenalkan tembakau Aceh sebagai komoditas unggulan nasional. Selain menjamin mutu benih melalui program pemurnian, pemerintah juga berupaya menjalin kerja sama dengan berbagai industri untuk memperluas pasar produk turunan tembakau.
"Kami ingin memastikan bahwa benih tembakau Aceh tidak dipatenkan atau dikuasai oleh pihak lain. Ini adalah langkah penting untuk melindungi kekayaan lokal Aceh," tegas Zaini.
Dengan citarasa khas yang lebih lembut dibandingkan tembakau dari daerah lain, tembakau Aceh memiliki daya tarik tersendiri di pasar nasional dan internasional.
Dukungan pemerintah dalam menjamin ketersediaan benih unggul dan membuka peluang kerja sama dengan industri tembakau memberikan harapan cerah bagi petani Aceh.
Peluang Ekonomi Petani Tembakau
Secara ekonomi, tembakau dinilai mampu memberikan kontribusi signifikan terhadap pendapatan petani. Dengan potensi keuntungan hingga puluhan juta rupiah per hektare, tembakau menjadi alternatif komoditas yang menjanjikan di samping kopi, yang telah lama menjadi primadona Aceh.
Melalui langkah strategis ini, Distanbun Aceh berharap tembakau dapat menjadi salah satu komoditas andalan yang mengangkat nama Aceh di kancah nasional dan internasional.
Dengan inovasi dan kerja sama lintas sektor, tembakau Aceh siap bersaing sebagai produk unggulan yang tidak hanya memberikan keuntungan ekonomi, tetapi juga mencerminkan kekayaan budaya dan potensi agraris Aceh.
"Dengan benih unggul, petani tidak hanya dapat meningkatkan produktivitas, tetapi juga menghasilkan produk yang memiliki nilai tambah tinggi. Hal ini akan berdampak langsung pada peningkatan kesejahteraan petani Aceh," tutup Zaini. [adv]