DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Pemerintah Aceh terus mematangkan persiapan pelayaran internasional rute Krueng Geukueh-Penang, Malaysia.
Kepala Dinas Perhubungan Aceh, T. Faisal, ST., MT., menegaskan bahwa koordinasi dengan berbagai pihak, termasuk CIQS (Customs, Immigration, Quarantine, and Security), telah berjalan intensif. Targetnya, pelayaran perdana dapat resmi beroperasi pada akhir Oktober 2025.
“Pelabuhan Krueng Geukueh terbuka untuk pelayaran internasional. Semoga akhir Oktober nanti kita bisa launching sesuai timeline yang ditetapkan,” ujar Faisal saat dikonfirmasi wartawan dialeksis.com, Minggu, 14 September 2025.
Faisal menekankan, keberhasilan pelayaran perdana ini membutuhkan sinergi kuat dari seluruh pemangku kepentingan. Persiapan mencakup penyediaan sarana-prasarana pelabuhan, kesiapan peralatan CIQS, hingga pemetaan komoditas asli Aceh yang akan menjadi muatan kapal.
“Untuk melakukan pelayaran ke luar negeri dan kegiatan ekspor-impor, peran CIQS menjadi sangat penting sebagai garda terdepan,” jelasnya.
Meski demikian, Faisal mengakui masih ada sejumlah kendala yang harus segera dituntaskan. “Ada beberapa pekerjaan rumah yang masih perlu kita kejar bersama agar kesiapan sarana dan prasarana menjelang pelayaran perdana semakin matang,” katanya.
Pemerintah Aceh juga menunjukkan dukungan penuh terhadap program ini. Dalam rapat di Kantor PT Pelindo Multi Terminal (SPMT) Lhokseumawe, Asisten II Setda Aceh, Zulkifli, menegaskan bahwa pertemuan tersebut merupakan langkah penting memastikan kesiapan pelabuhan yang dikelola PT Pelindo dalam mendukung rute internasional tersebut.
“Pembahasan hari ini mengenai langkah-langkah yang ditempuh sebagai bentuk kolaborasi Kementerian/Lembaga dalam mempersiapkan rencana operasional angkutan laut luar negeri Krueng Geukueh - Penang,” ujar Zulkifli.
Rute pelayaran internasional Krueng Geukueh-Penang menjadi salah satu program prioritas Gubernur Aceh, Muzakir Manaf, dan Wakil Gubernur Aceh, Fadhlullah.
Pemerintah Aceh menilai jalur laut ini bukan sekadar membuka akses logistik, tetapi juga akan memperkuat konektivitas ekonomi, pariwisata, dan hubungan sosial budaya antara Aceh dan Malaysia.