Beranda / Berita / Aceh / Pemerintah Aceh Peringati HUT KORPRI ke-48

Pemerintah Aceh Peringati HUT KORPRI ke-48

Jum`at, 29 November 2019 22:16 WIB

Font: Ukuran: - +

Foto: Diskominsa Aceh

DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Pemerintah Aceh menggelar upacara peringatan Hari Ulang Tahun Korps Pegawai Republik lndonesia (KORPRI) yang Ke-48 dengan tema Korpri Berkarya, Melayani dan Menyatukan Bangsa di Halaman Kantor Gubernur Aceh, Jumat (29/11/2019).

Presiden Republik Indonesia Joko Widodo dalam pidatonya yang dibacakan Asisten I Bidang Hukum dan Pemerintahan Sekda Aceh M Jakfar, menyampaikan apresiasi khusus pada anggota KORPRI yang bertugas di pelosok-pelosok negeri, di pulau-pulau terdepan, di kawasan perbatasan dan wilayah-wilayah terisolir.

Mereka adalah abdi negara yang menjalankan tugas dengan penuh dedikasi, untuk memastikan negara hadir di seluruh penjuru tanah air. "Terima kasih atas pengabdian yang saudara-saudara berikan kepada rakyat, bangsa dan negara," sebutnya.

Saat ini, lanjutnya, dunia berubah dengan cepat, yang sangat berbeda dengan dua puluh, tiga puluh atau empat puluh tahun yang lalu. Revolusi Industri jilid ke-4 telah mendisrupsi segala lini kehidupan, bukan hanya cara dalam berkomunikasi tapi juga dalam cara mengelola pemerintahan.

Di sisi lain, persaingan antarnegara juga semakin sengit untuk berebut teknologi, berebut pasar dan memperebutkan talenta-talenta hebat yang digunakan untuk memajukan negaranya.

Dalam menghadapi perubahan dan persaingan itu, Joko Widodo menegaskan tidak boleh takut. Persaingan harus dihadapi dengan cara-cara terkini menggunakan terobosan-terobosan baru. Kecepatan, kreativitas dan inovasi adalah kunci.

"Cara-cara lama yang monoton dan tidak kompetitif jangan diteruskan lagi. Kita harus bisa lebih cepat dan lebih baik dibandingkan dengan negara lain," tegasnya.

Karena itu, Joko Widodo mengajak seluruh anggota KORPRI untuk mengambil jalan perubahan, melakukan reformasi secara berkelanjutan.

"Tidak ada lagi pola pikir lama, tidak ada lagi kerja linear dan tidak ada lagi kerja rutinitas. Birokrasi harus berubah. Kita harus membangun nilai-nilai baru dalam bekerja cepat beradaptasi dengan perubahan," jelasnya.

"Saya mengajak seluruh anggota KORPRI untuk terus menerus bergerak mencari terobosan, terus menerus melakukan inovasi. Pelayanan yang ruwet, berbelit-belit dan yang menyulitkan rakyat, harus kita pangkas. Kecepatan melayani menjadi kunci reformasi birokrasi," imbuhnya.

Orientasi birokrasi, lanjutnya, harus betul-betul berubah. Bukan lagi berorientasi pada prosedur, tapi lebih berorientasi kepada hasil nyata. Panjangnya rantai pengambilan keputusan juga harus bisa dipotong, dipercepat dengan cara penerapan teknologi. Bahkan ia sudah minta eselon 3 dan 4 untuk ditiadakan, sehingga pengambil keputusan bisa lebih cepat.

Di era persaingan antar negara yang semakin sengit seperti saat ini, jika lambat pasti tertinggal. Karena itu ukurannya adalah bukan lebih baik dari sebelumnya tapi lebih baik dari negara lain yang menjadi saingan.

"Saya juga sering mengingatkan bahwa kita harus mengurangi kegiatan seremonial yang sifatnya rutinitas dan lebih meningkatkan produktivitas serta berorientasi pada hasil. Tugas birokrasi adalah memastikan rakyat terlayani dengan baik serta program-program pembangunan betul-betul terdelivered, dirasakan manfaatnya oleh rakyat. Sekedar melayani saja sudah tidak cukup, pelayanan yang diberikan harus baik dan diimbangi dengan kemudahan serta kecepatan," katanya.

Dengan kemajuan teknologi, cara kerja birokrasi juga harus berubah. Inovasi teknologi harus bisa mempermudah, bukan mempersulit pekerjaan. Kemajuan teknologi adalah instrumen untuk mempercepat penyelesaian masalah. Masalah saat ini harus diselesaikan dengan smart shortcut yang lebih cepat, lebih efisien dan lebih memberikan dampak yang luas.

"Kita harus optimis menatap masa depan. Kita harus percaya diri menghadapi tantangan kompetisi global. Kita harus yakin menjadi salah satu negara terkuat di dunia. Menjadi negara pemenang".

Kuncinya adalah mau bersatu. Persatuan dan kesatuan adalah pengikat untuk menuju Indonesia maju. Tanpa persatuan, kemajemukan negara tidak akan pernah menjadi energi kolektif untuk mencapai kemajuan. Tanpa persatuan, Indonesia akan menjadi negara yang lemah dan pecundang.

Karena itu, Presiden mengajak pada seluruh anggota KORPRI yang tersebar di seluruh Indonesia menjadi garda terdepan dalam merajut persatuan, menjaga tali persaudaraan sebagai satu saudara se-bangsa dan se-tanah air.

"Kita harus ingat bahwa negara kita adalah negara besar. Negara dengan 17 ribu pulau, dengan agama, suku, budaya dan bahasa daerah yang beragam. Kita adalah negara yang ber-bhinneka tunggal ika. Keberagaman ini adalah kekuatan kita. Kemajemukan adalah anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa kepada bangsa Indonesia, yang harus kita jaga dan rawat bersama-sama," tutupnya. (dka/rls)


Keyword:


Editor :
Indri

riset-JSI
Komentar Anda