Beranda / Berita / Aceh / Pemda Aceh Tengah Tak Mampu Mengelola Danau Lut Tawar

Pemda Aceh Tengah Tak Mampu Mengelola Danau Lut Tawar

Senin, 24 Desember 2018 15:29 WIB

Font: Ukuran: - +

Shabela Abubakar, Bupati Aceh Tengah.

DIALEKSIS.COM | Takengon - Danau yang menjadi kebanggaan Aceh, belum mampu dikelola Pemerintah Daerah (Pemda) secara optimal. Danau yang berada di pegunungan hamparan kopi ini membutuhkan perhatian semua pihak untuk melestarikanya.

Danau Lut Tawar, Gayo, bukan hanya menjadi sumber penghidupan masyarakat di seputaran danau. Namun menjadi sumber ekonomi bagi pemerintahan Bener Meriah, Bireun, dan Aceh Utara. Air dari danau ini menjadi sumber kehidupan bagi kabupaten lainya.

Walau menjadi sumber kehidupan bukan hanya untuk masyarakat Gayo, pelestarian danau ini belum serius. Dibiarkan apa adanya, hanya ada agenda serimonial, berupa peneburan benih ikan, atau penghijauan di seputar danau.

Tidak ada pengelolaan khusus untuk melestarikan danau. Obyek wisata di seputar danau juga ditagangani apa adanya. Sebagian besar masyarakat yang memanfaatkan danau sebagai obyek wisata, belum menata dengan baik destinasi ini, kearah yang professional.

" Jujur, Pemkab Aceh Tengah tidak punya kemampuan keuangan dan SDM yang memadai untuk mengelola danau kebanggaan rakyat Gayo ini. Untuk itu keterlibatan Pemda Aceh dan Pemerintah Pusat, sangat diharapkan. Agar danau ini tetap menjadi kebanggaan, mampu dilestarikan," sebut Shabela Abubakar, menjawab Dialeksis.com, Senin (24/12/2018).

Persoalan pelestraian danau menurut Shabela, sudah disampaikanya kepada Plt Gubernur Aceh, Nova Iriansyah. Pak Gubernur menjanjikan akan membantu meyakinkan pemerintah pusat agar Danau Lut Tawar menjadi perhatian dan ditangani serius.

 "Jika kawasan dan ekosistem Danau Lut Tawar terus terganggu atau bahkan rusak, bukan hanya masyarakat Aceh Tengah saja yang rugi. Namun beberapa wilayah Aceh lainya juga akan mendapat dampak," katanya.

Air yang bersumber dari danau ini, akan dipergunakan menjadi sumber pembangkit energi listrik PLTA 1 dan 2. Dari air ini akan mampu dihasilkan arus listrik mencapai 88. Kekuatan ini akan mampu memenuhi kebutuhan listrik sebagain wilayah Aceh.

"Kami sangat menaruh harapan, bapak Plt Gubernur Aceh memberi perhatian khusus untuk danau. Memperjuangkanya ke ke pusat, agar pengelolaan danau ini menjadi perhatian. Kalau dibiarkan terus menerus seperti ini, danau kebanggaan Aceh ini akan rusak," kata Bela, panggalilan akrabnya.

Selain sebagai sumber pembangkit listrik dan obyek wisata, danau ini juga menjadi sumber penghidupan masyarakat di sekitarnya. Ikan yang ada di danau merupakan topangan ekonomi keluarga. Namun mengandalkan danau tidak selamanya menjajikan. Populasi ikan yang ada di dalamnya, khususnya ikan lokal semakin hari semakin menciut.

"ikan khas danau seperti depik, kawan,jejolong, keberadaanya dari tahun ke tahun semakin sedikit. Untuk kawan dan jejolong sudah sangat susah ditemukan. Demikian dengan depik, juga populasinya semakin berkurang. Intinya danau ini harus diselamatkan," sebut Shabela. (Baga).

Keyword:


Editor :
Redaksi

riset-JSI
Komentar Anda