Beranda / Berita / Aceh / Peluncuran MyNilam, Teknologi Baru Meningkatkan Produktivitas Petani Nilam Aceh

Peluncuran MyNilam, Teknologi Baru Meningkatkan Produktivitas Petani Nilam Aceh

Selasa, 15 Oktober 2024 16:30 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Naufal Habibi

Peluncuran MyNilam, sistem yang diperkenalkan dalam acara yang diadakan oleh Organisasi Perburuhan Internasional (ILO), Universitas Syiah Kuala (USK), dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), bertepatan dengan penandatanganan Perjanjian Kerja Sama antar ketiga lembaga tersebut pada Selasa (15/10/2024). [Foto: Naufal Habibi/Dialeksis.com]


DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Sektor minyak nilam di Aceh mencetak tonggak sejarah baru dengan peluncuran MyNilam, sebuah sistem Enterprise Resource Planning (ERP) berbasis web yang dirancang khusus untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas petani nilam

Sistem ini diperkenalkan dalam acara yang diadakan oleh Organisasi Perburuhan Internasional (ILO), Universitas Syiah Kuala (USK), dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), bertepatan dengan penandatanganan Perjanjian Kerja Sama antar ketiga lembaga tersebut pada Selasa (15/10/2024).

Acara yang berlangsung di Universitas Syiah Kuala Banda Aceh ini tidak hanya menandai babak baru bagi sektor minyak nilam, tetapi juga membuka jalan bagi inklusi keuangan dan akses yang lebih luas ke modal bagi para petani kecil di wilayah tersebut. 

Dengan dominasi Aceh sebagai penyedia 70 persen minyak nilam dunia, kolaborasi antara ILO, USK, dan OJK ini diharapkan dapat membawa dampak yang signifikan pada pengembangan industri nilam lokal.

Peluncuran MyNilam menjadi bagian dari inisiatif Promise II Impact yang dipimpin oleh ILO. Sistem ini menawarkan solusi bagi tantangan-tantangan yang dihadapi petani nilam, terutama dalam manajemen produksi dan keterlacakan komoditas. 

Djauhari Sitorus, Manajer Proyek ILO, menegaskan bahwa MyNilam adalah inovasi yang akan mentransformasi cara petani mengelola operasional mereka.

"Peluncuran MyNilam ini tidak hanya akan meningkatkan kredibilitas petani di mata konsumen, tetapi juga membuka peluang lebih besar bagi mereka untuk mendapatkan akses pembiayaan dari lembaga keuangan. Hal ini sangat penting untuk keberlanjutan produksi nilam," ujar Djauhari.

MyNilam memungkinkan para petani untuk mencatat proses produksi secara real-time, mengelola rantai pasok, dan memantau penjualan. 

Dengan begitu, petani dapat memastikan kepatuhan terhadap standar industri dan regulasi, yang pada akhirnya akan meningkatkan kualitas dan nilai jual produk mereka di pasar lokal dan internasional.

Universitas Syiah Kuala, sebagai mitra kunci dalam proyek ini, turut berperan dalam pengembangan dan pelaksanaan MyNilam. 

Prof. Dr. Ir. Marwan, Rektor Universitas Syiah Kuala, menyampaikan bahwa teknologi ini merupakan langkah maju dalam memperkuat sektor pertanian nilam di Aceh.

"Ini bukan hanya soal teknologi. Kami membekali petani dengan sumber daya dan pengetahuan yang mereka butuhkan untuk membangun masa depan yang berkelanjutan. Dengan MyNilam, petani nilam di Aceh akan mampu bersaing di pasar global," tegas Prof. Marwan.

Sementara itu, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) berperan penting dalam menciptakan ekosistem keuangan yang inklusif untuk mendukung para petani. 

Melalui program Desa Ekosistem Keuangan Inklusif (EKI), OJK berkolaborasi dengan ILO untuk membuka akses yang lebih luas terhadap perbankan, asuransi, dan pasar modal. 

Hal ini akan membantu para petani nilam mendapatkan modal yang sangat dibutuhkan untuk meningkatkan produktivitas mereka.

Mahendra Siregar, Ketua Dewan Komisioner OJK, menyampaikan, kolaborasi ini akan mendorong pertumbuhan sektor minyak nilam dengan memperkuat akses petani terhadap layanan keuangan. 

"Ini adalah langkah strategis untuk membuka potensi penuh daerah pedesaan Aceh, baik dari sisi ekonomi, sosial, maupun keuangan," tambahnya. 

Sistem MyNilam bukan hanya alat manajemen, tetapi juga menjadi kunci untuk meningkatkan daya saing sektor minyak nilam Aceh di pasar global. 

Jonas Grunder, Manajer Program dari Sekretariat Negara untuk Urusan Ekonomi (SECO) Swiss, menambahkan bahwa dengan adanya teknologi ini, lembaga keuangan akan lebih tertarik untuk berinvestasi di sektor nilam karena adanya transparansi dan keterlacakan yang lebih baik.

"Inovasi digital seperti MyNilam akan memberikan petani keunggulan kompetitif di pasar internasional, sekaligus menarik minat lembaga keuangan untuk menyediakan akses kredit yang lebih luas. Ini adalah kunci untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan di Aceh," ungkap Grunder.

Dengan lebih dari 200 petani yang sudah mendapatkan manfaat dari pelatihan literasi keuangan melalui program ini, harapan besar ditempatkan pada MyNilam untuk memperluas dampak positifnya ke seluruh ekosistem petani nilam di Aceh. 

Selain itu, 20 persen peserta pelatihan ini adalah perempuan, yang menunjukkan adanya upaya inklusi gender dalam pengembangan sektor pertanian nilam.

Kolaborasi antara ILO, Universitas Syiah Kuala, dan OJK dalam peluncuran MyNilam diharapkan dapat memperkuat posisi Aceh sebagai produsen minyak nilam terbesar dunia. 

Dengan adanya dukungan teknologi dan akses keuangan yang lebih baik, para petani nilam di Aceh kini memiliki peluang yang lebih besar untuk meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan mereka.

"MyNilam diharapkan menjadi model transformasi digital yang dapat diterapkan di sektor pertanian lainnya, dengan tujuan akhir menciptakan pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan di Indonesia," pungkasnya. [nh]

Keyword:


Editor :
Indri

riset-JSI
Komentar Anda